DESIRE

DESIRE

Bab 1

Di sebuah lorong rumah sakit, pada malam hari.

Sebuah brangkar pasien tengah didorong dengan begitu cepat menuju ke ruang gawat darurat.

Seorang wanita yang saat itu berada di atas brangkar, nampak dengan mulut penuh darah bahkan mengenai kerah bajunya, hingga beberapa terlihat berceceran di lantai.

Seorang gadis, dengan masih menggunakan seragam sekolah lengkap dengan tasnya, turut datang bersama pasien itu, dan terus berlari mengimbangi para tenaga medis yang juga berlari mendorong brangkar.

"Tolong bertahan, Bu. Tolong lah," batin gadis itu.

Sesampainya di ruang penanganan, seorang perawat yang berada paling belakang, menahan sang gadis yang sejak tadi terus mengikuti mereka.

"Maaf, Nona. Sebaiknya Anda sedikit menjauh! Biarkan tim medis menangani pasien terlebih dulu," seru perawat itu.

"Tapi tolong selamatkan Ibu ku. Tolong," pinta gadis berseragam.

"Kami akan berusaha sebaik mungkin, untuk memberikan pertolongan darurat kepada pasien! tenanglah," pesan perawat itu.

Sang perawat pun kemudian bergabung dengan tim medis lain, dan menarik tirai transparan untuk menjaga kesterilan ruangan, meninggalkan sang gadis menunggu seorang diri di depan sana.

Kesibukan benar-benar terjadi di tempat tersebut hanya untuk menangani wanita paruh baya yang sudah tak sadarkan diri dengan muntahan darah yang begitu banyak.

Tak berselang lama, dokter yang menangani pasien meninggalkan anggotanya dan menghampiri si gadis.

"Apa kau walinya?" tanya sang dokter.

"Benar, Dok. Bagaimana kondisi ibu saya?" tanya si gadis.

"Ibu Nona harus segera mendapatkan tindakan operasi. Lambungnya sudah sangat parah, dan ini karena beliau selalu menunda operasinya," ucap sang dokter.

Bak di hantam ribuan belati, gadis tersebut membelalak saat sang dokter mengatakan hal tersebut. Pasalnya, dia sendiri tak tahu apa sebenarnya penyakit ibunya.

"Ma... maaf, Dok. Sebenarnya, apa penyakit ibuku?" tanya si gadis takut.

"Kanker lambung... dan ini sudah berjalan hampir dua tahun," ungkap sang dokter.

Sontak, gadis itu menutup mulutnya rapat karena benar-benar terkejut mendengar kenyataan tersebut.

"Apa pihak keluarga tidak mengetahuinya?" tanya si dokter yang curiga melihat reaksi gadis itu.

Sang gadis menggeleng, dengan masih menutup rapat mulutnya dengan telapak tangan.

Helaan nafas berat keluar dari mulut dokter tersebut, menyadari hal itu.

"Sekarang, Anda sudah tahu apa penyakit beliau. Sebaiknya, Nona menandatangi persetujuan operasi untuk menyelamatkan hidupnya," seru sang dokter.

"Apa Ibu ku bisa sembuh dengan operasi?" tanya si gadis dengan air mata yang telah berlinang.

"Setidaknya, kita harus mencoba semua hal untuk menyelamatkannya," sahut sang dokter.

Akhirnya, dengan langkah gontai dan perasaan was-was, gadis itu memberanikan diri untuk pergi ke bagian administrasi.

Seorang perawat menyodorkan lembar persetujuan wali pasien atas tindakan operasi, sekaligus juga rincian biaya yang harus disiapkan.

"A... Apa?! Dua... dua ribu dolar?" tanya gadis itu tergagap.

Perawat tersebut pun membenarkan.

Gadis itu seketika lemas seakan tak memiliki tenaga, tatkala mengetahui biaya operasi yang harus ia penuhi sangatlah besar.

Bagai tubuh tanpa tulang, gadis itu berjalan gontai, kembali ke arah ruang operasi setelah menandatangani surat persetujuan itu.

Dia duduk di kursi tunggu seorang diri, dengan air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya.

"Dari mana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Bagaimana aku harus menyelematkan Ibu?" gumamnya dengan begitu putus asanya.

...🍂🍂🍂🍂🍂...

Sementara itu, di sebuah tempat yang memiliki aura gelap, suram dan hitam. Tempat dengan bau alkohol dan asap rokok yang begitu pekat dan dominan memenuhi udara, hingga membuat siapa pun yang masuk, akan seketika tercekik layaknya orang yang tak mendapatkan suplai oksigen.

Banyak manusia berkumpul di sana untuk memiskinkan diri mereka sendiri. Tempat itu tak lain adalah rumah perjudian dan kedai miras.

Gadis malang yang masih mengenakan seragam sekolahnya itu, rupanya mendatangi tempat laknat tersebut.

Sang gadis berjalan dengan perasaan takut, melihat orang-orang yang ada di sana tak nampak seperti manusia, melainkan iblis yang berwujud manusia.

Perlahan, dia berjalan dan menatap satu persatu kerumunan orang yang berada di sekelilingnya. Hingga akhirnya, dia melihat seseorang yang dicari-cari.

Segera, gadis itu menghampiri laki-laki muda, berumur sekitar tiga tahun lebih tua darinya, sedang memegang tiga lembar kartu di tangan kiri, dan sebatang rokok yang sudah menyala di tangan kanan.

"Ibu di Rumah Sakit, Kak. Dia sedang dioperasi. Kita butuh banyak uang," ucap gadis tersebut di samping laki-laki, yang yang dipanggilnya kakak.

"Ayo cepat bagi kartunya! Malam ini aku pasti menang!" seru laki-laki itu, seolah tak mempedulikan gadis yang sedari tadi berada di sampingnya.

"Kak, Ibu membutuhkan kita sekarang!" kata sang gadis sedikit berteriak, demi agar bisa didengar okeh kakaknya.

"Ayo-ayo! Pasang taruhannya dulu!" teriak salah seorang yang memimpin permainan.

Tanpa di suruh dua kali, para pemain mulai melemparkan benda-benda berharga milik mereka.

Gadis itu tetap berusaha untuk berbicara kepada Kakaknya.

"Kak, aku mohon. Ibu sedang kritis sekarang. Ayolah, Kak. Ikut aku ke Rumah sakit!" bujuk gadis tersebut dengan menarik-narik lengan kakak laki-lakinya.

Laki-laki itu masih saja fokus pada permainan yang tengah berlangsung, dan tak mempedulikan sedikitpun gadis, yang sudah memohon-mohon padanya sejak tadi.

"Oke! Sekarang, buka kartu masing-masing!" perintah si pemimpin permainan.

"Breng*sek! Aku kalah lagi," umpat laki-laki itu yang rupanya mengalami kekalahan.

Dia mengusap kasar wajah dan menjambak rambutnya sendiri.

Diteguknya minuman dalam botol yang sedari tadi ada di hadapan.

"Kak, ayo ikut aku. Ibu kritis sekarang. Dia membutuhkan kita" mohon gadis itu yang tetap berusaha menarik-narik lengan Kakaknya.

PRAANNGGGGGG!

Botol minuman yang masih berisi separuh itu pun dibanting dengan kasar ke lantai oleh laki-laki tersebut.

Dia berbalik dan memandang wajah adiknya dengan mata yang merah, seakan dipenuhi oleh emosi.

Satu tangannya mencengkeram kedua pipi sang gadis, sedangkan tangan satunya, masih mengapit sisa rokok yang tinggal setengah.

"Hei, Lisa! Gara-gara kau, aku jadi kalah tadi. Memang kau itu anak pembawa si*l saja. Cari saja ayah bajing*n mu, dan minta dia bayar biaya operasi wanita itu," bentak sang kakak.

Gadis bernama Lisa itu, nampak bergetar ketakutan, mendapat perlakuan yang kasar seperti itu dari Kakaknya.

Namun demi sang ibu, dia tetap mencoba memohon kepada laki-laki di depannya, agar mau menolongnya.

"Kak, tolong selamatkan Ibu. Aku tak tau dimana ayah sekarang. Tolonglah, Kak," kata gadis itu mengiba.

"Biarkan saja Ibu mu itu mati. Bukankah itu lebih baik. Kau tak perlu pusing dengan biaya operasi segala macam, dan terpenting, jangan pernah ganggu hidup ku lagi, karena kau itu hanya saudara tiri ku. Paham?" kata laki-laki itu sambil menghempaskan wajah Lisa, yang sempat ia cengkeram tadi.

Lisa pun terhuyung ke belakang akibat dorongan keras dari kakak tirinya.

Namun, dia tetap mengejar laki-laki yang sudah sempoyongan berjalan akibat alkohol itu, dan sekali lagi menarik-narik lengannya, agar mau ikut dengannya.

PLAAAKKKK!

Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi gadis tersebut.

PLAAAAKKKK!

PLAAAAKKKK!

Kali ini, tamparan itu datang bertubi-tubi menghantam wajah Lisa.

"Sudah... ku katakan... jangan... ganggu... aku... lagi," ucapnya dengan penuh penekanan, dan tamparan di setiap kata yang diucapkannya.

Pipi gadis itu pun nampak merah, panas dan perih.

Terlihat darah segar mengalir dari kedua sudut bibirnya yang robek.

Lisa pun kemudian diam mematung, dan memandang punggung kakaknya yang kian menjauh.

Tak ada satu pun orang di tempat itu, yang berusaha membantu gadis tersebut. Bahkan, hanya untuk sekedar berempati pun tidak.

Tempat mengerikan yang dipenuhi oleh orang-orang, yang sudah menjelma menjadi setan itu, adalah tempat awal mula kemalangan dari gadis bernama Lisa Law.

Lisa pun hanya bisa berjalan gontai meninggalkan tempat penuh dosa itu, dan hendak kembali ke Rumah Sakit.

Namun saat dia telah berada di luar, tak sengaja dia melihat kakaknya sedang berbicara dengan seorang laki-laki paruh baya, yang memiliki perut buncit, rambut kriting gondrong, serta memakai kalung emas tebal yang melingkar di lehernya.

Gadis itu sangat hapal siapa laki-laki tersebut, karena dulu ibunya sering berurusan dengannya.

Lisa remaja, nampak mengendap-endap hendak segera lari dari tempat laknat yang suram itu.

Dia nampak ketakutan saat melihat laki-laki yang saat ini sedang berbicara bersama kakaknya.

.

.

.

.

Mohon tinggalkan jejak berupa like 👍, komen 📝, atau beri dukungan lainnya

terimakasih

Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23 Visual
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Ban 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
Episodes

Updated 132 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23 Visual
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Ban 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!