Balqis Untuk Baim

Balqis Untuk Baim

BUB 1 Putri Balqis

Balqis Untuk Baim (1)

Malam masih gelap, seorang gadis sudah terjaga dari tidurnya. Ia bangun dari kasur lantai yang sudah lama menemani tidurnya.

"Hoam.." Tangan kanannya menutup mulutnya. "Sudah jam tiga." Ucapnya saat melihat jam duduk bergambar hello Kitty di atas meja kayu tua yang ada di sampingnya.

Gadis itu bernama Putri Balqis. Nama yang cantik secantik orangnya. Nama yang indah, namun tidak seindah kehidupannya.

Hidup sebatang kara di usia yang kini menginjak dua puluh satu tahun. Tanpa orang tua, tanpa sanak keluarga. Ia pun hanya tinggal di sebuah kontrakan kecil yang akan di pandang sebelah mata oleh kebanyakan orang karena terlalu kecil.

Namun, rasa syukur tak pernah luntur ia ucapkan karena ia masih ada tempat untuk berteduh dan makanan untuk ia makan.

Orang-orang mengenal Balqis sebagai penjual nasi kuning. Keahliannya membuat nasi kuning ia pelajari dari almarhumah nenek yang dulu merawatnya. Seorang nenek tua renta yang dua puluh satu tahun lalu menemukannya menangis di dalam gerobak kosong saat ia hendak ke pasar.

Rasa iba membuatnya memungut Balqis kecil hingga dewasa dan satu tahun lalu berpulang ke Rahmatullah.

" Qis, Balqis. Kamu sudah bangun!" Arumi mengetuk pintu kontrakan Balqis di pagi buta.

Arumi adalah sahabat Balqis. Berbeda dengan Balqis yang lemah lembut, Arumi justru sedikit tomboi. Ia jago beladiri juga sangat blak-blakan dalam berbicara. Pokoknya bertolak belakang dengan Balqis. Namun, mereka saling melengkapi.

Usia keduanya sebaya. Namun, kehidupan Arumi lebih baik karena masih memiliki kedua orang tua yang lengkap juga masih bisa mengenyam pendidikan di bangku kuliah.

"Sudah, masuklah dulu. Aku mau pakai kerudung dulu." Jawab Balqis membuka pintu dan membiarkan Arumi duduk di atas tikar menunggunya.

Nenek Ina, semasa hidupnya pernah menolong orang tua Arumi saat akan melahirkan Arumi dulu, sehingga akhirnya sebagai rasa terima kasih, mereka selalu membantu Balqis. Bahkan Arumi selalu menemani Balqis berbelanja ke pasar di pagi buta.

Tentu agar Balqis lebih aman karena Arumi bisa menjaganya dari orang yang berniat jahat.

" Maaf selalu merepotkanmu." Balqis berjalan ke arah Arumi yang langsung berdiri melihat Balqis sudah siap.

" Jangan sungkan. Aku malah suka, lumayan bisa dapat camilan gratis." Arumi terkekeh. Ia selalu di belikan jajanan pasar yang menjadi kegemarannya setiap menemani Balqis belanja ke pasar.

" Aku hanya bisa memberimu itu." Balqis merasa pemberiannya tidak seberapa.

"Jangan di pikirkan. Aku senang kok." Arumi mulai membuka pintu. "Ayo pergi sekarang, nanti malah kesiangan."

Balqis pun menuruti perkataan sahabatnya. Ia berjalan keluar lalu mengunci pintunya.

Mereka melewati gang sempit hingga berujung di jalan raya. Udara terasa sangat dingin karena hujan baru saja reda.

Byurrr

Sebuah mobil melaju dengan kencang melewati kubangan. Alhasil, airnya terciprat tepat ke tubuh Arumi.

" Arghhhh.." Kesal Arumi karena badannya menjadi basah sekaligus kotor.

" Sudah tahu ada genangan air masih saja di terobos, bukannya pelan-pelan." Geram Arumi.

Balqis mencoba melap Arumi dengan sapu tangannya.

" Kamu pulang saja, Arumi. Mana mungkin kamu pergi dengan pakaian begini." Ucap Balqis

"Kamu tunggu saja aku sebentar ya. Aku akan cepat-cepat ganti pakaiannya." Arumi tidak berani membiarkan Balqis berjalan sendirian menuju pasar.

Jaraknya memang tidak terlalu jauh. Tapi, lingkungan disana masih sedikit riskan. Masih banyak anak muda yang suka nongkrong bahkan terlibat tauran hanya karena berbeda geng motor.

" Tidak usah khawatir, aku sudah biasa." Balqis mencoba tersenyum. Walaupun pada kenyataannya, hatinya sangat berdebar-debar karena takut.

Bukan takut hantu. Tapi, takut ada orang yang berniat jahat. Terkadang kelakuan manusia lebih menakutkan dari hantu.

" Kamu yakin?" Arumi meyakinkan.

Balqis mengangguk dengan cepat.

" Baiklah. Kamu berhati-hatilah. Kalau ada apa-apa langsung teriak saja. Biar memancing orang-orang keluar dan membantu kamu."

"Kamu tenang saja. Ok." Balqis menenangkan sahabatnya.

" Ok. Aku pulang ya. Maaf tidak bisa menemanimu hari ini." Walaupun tidak enak, ia terpaksa pulang.

Memaksa pergi menemani Balqis pun bisa-bisa ia berakhir sakit karena masuk angin. Meminta Balqis menunggu juga bisa-bisa malah kesiangan pergi ke pasarnya. Sementara setelah dari pasar, Balqis harus memasak nasi kuningnya agar bisa ia jual pagi ini.

Balqis memang tidak pergi ke pasar setiap hari. Namun, karena modal yang ia miliki tidak banyak, membuatnya ia terpaksa menyimpan stok bahan yang tidak banyak pula. Hingga akhirnya, mau tidak mau ia harus sering bulak- balik ke pasar. Belanja di warung juga bukan pilihan karena harganya akan lumayan berbeda.

Arumi pun berbalik badan meninggalkan Balqis melanjutkan perjalanan seorang diri.

Baru beberapa meter berjalan, Arumi di kejutkan dengan teriakan meminta tolong di iringi tawa.

"Tolong...Tolong..."

"Hahahaha... berteriak lah semampumu." Seorang pria tertawa.

Balqis mengacuhkan saja teriakan itu. Bukan sekali dua kali ia mendengar. Biasanya itu adalah perkelahian antar dua geng motor.

Balqis bukan tidak peduli, hanya saja dia tahu diri. Dia saja tidak bisa melindungi dirinya sampai harus ditemani Arumi setiap belanja ke pasar. Mana bisa ia menolong orang itu karena mereka pasti tidak hanya satu orang saja. Bisa-bisanya malah dia yang jadi korban.

Balqis melanjutkan langkahnya tanpa ingin melihat keributan apa yang sedang terjadi.

"Tolong.. Tolong.... Tolong...."

Teriakan itu semakin memekakkan telinga. Namun, Balqis tidak punya keberanian sedikitpun. Kakinya membeku di tempat. Ia tidak bisa melangkah melanjutkan perjalanan ke pasar atau berbelok ke arah suara itu berasal.

Ia pun mulai bernyanyi dan menutup telinganya agar saudara itu tidak terdengar dan berusaha untuk terus mengabaikannya. Mencoba melanjutkan langkahnya ke pasar.

"Tolong... Tolong... Tolong..."

Suara itu kembali terdengar

Balqis akhirnya menghentikan langkahnya lagi. Ia dilema. Apa yang harus ia lakukan? Meminta pertolongan pun rasanya percuma.

Orang-orang yang tahu bahwa itu adalah perkelahian antar dua geng motor pasti tidak akan mau menolong.

Mereka membenci geng motor yang ada. Selain suka berbuat ulah, mereka juga memberi pengaruh buruk pada anak-anak yang ada di kampung sekitarnya.

Apalagi kalau sampai akhirnya mereka harus terlibat dengan kepolisian karena adanya korban dan harus mau menjadi saksi. Itu sangat mereka hindari.

"Aduh... Aku harus gimana ini?" Balqis melihat sekitarnya.

Namun, tidak ada seorang pun kecuali mobil yang berlalu lalang. Itupun tidak banyak.

" Tolong,, jangan , tolong,, jangan..." Ucap Balqis

"Tolooong.."

"Haish...Kenapa sih mereka selalu membuat ulah." Geram Balqis

Balqis terus menimbang-nimbang apa yang harus ia lakukan. Juga memikirkan apa dampak dan akibatnya jika ia menolong atau membiarkannya begitu saja.

Kakinya terus melangkah selama Balqis memikirkan langkah yang harus ia ambil. Entah kemana kakinya membawa Balqis yang masih dilema itu.

To Be Continued...

...----------------...

Mohon dukungannya. Ini karya keempat author. 🥰🥰🥰

Terpopuler

Comments

Oh Dewi

Oh Dewi

Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu

2023-09-19

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!