AMAVISTA
Teet… Teet....
Terdengar bunyi bel sebagai tanda pulang pertama. Waktunya anak-anak selesai kegiatan belajar mengajar.
"Amavista!" Teriak Bu Murti.
Ketika sedang menggantikan baju, namanya dipanggil oleh Bu Murti.
''Amavista, sapu ruang makan anak di atas!'' Perintah Bu Murti.
Amavista sambil memakaikan celana ke salah satu anak ''Baik, Bu.'' Jawab Amavista menuruti seruan dari kepala sekolah itu.
"Dasar, wanita kere numpang cari duit! kerja lelet!" Bu Murti memakinya dengan puas,
Amavista Hyun Joong merupakan anak dari keluarga yang ekonominya lebih rendah dari Bu Murti.
Ibunya Amavista meminta Bu Murti untuk memperkerjakan anaknya sebagai guru di tempat Ia bekerja.
Permintaan Sang Ibu dikabulkan oleh Bu Murti. Bu Murti dengan licik memperkerjakan Amavista sebagai guru sekaligus menggantikan posisi Cleaning Service dan Babysitter.
***
Mata melotot ke arah semua guru. ''Siapa ini yang membolehkan tamu untuk menghadap ke saya? Saya sekarang sedang sibuk, tidak bisa diganggu!'' Ketus Bu Murti.
Sekolah Amanah di pimpin oleh kepala sekolah bernama Bu Murti. Dia merupakan kepala sekolah yang sangat kejam, dan diktator.
Amavista, selalu yang disuruh-suruh. Jika Amavista melakukan kesalahan, tidak sungkan dia memarahinya.
''Maaf bu, saya yang membolehkan tamu tersebut untuk bertemu dengan ibu.'' Jawab Amavista dengan takut.
Amavista mengalah dengan keegoisan Sang Kepala Sekolah, tamu yang dibawa merupakan staff marketing produk odol anak-anak yang ingin mengajak kolaborasi dengan sekolah Amanah.
Bu Murti meninggalkan Amavista yang sedang berdiri bersama dengan tamu itu. Sang tamu mengangguk kebingungan tidak menyangka kunjungannya itu membuat kepala sekolah marah besar. ''Apa salahnya sih nemuin tamu sebentar,'' Celoteh Amavista dalam hati sambil mengantarkan tamu itu keluar gerbang.
***
''Amavista! Sudah saya bilang kalau ada siswa yang pup di kelas, kamu yang bereskan!'' amuk Bu Murti sembari menudingkan jari telunjuknya yang dilapisi pewarna semerah darah.
''T-tapi… saya….''
''Ya! Kamu malah ketiduran di warung soto Bu Diah. Ini masih mengajar, kenapa kamu keluyuran?'' Lanjut Bu Murti semakin menjadi.
Semua ini gara-gara Bu Wiwin, Senior Amavista yang menyuruhnya memfoto kopi ratusan lembar berkas di konter seberang jalan.
Karena jenuh menunggu, kebetulan belum sarapan juga.
Amavista mampir melahap semangkuk soto ayam di warung sebelah konter.
Entah dibuat angin apa, perut Amavista mengantarnya tidur berbantalkan tangan di salah satu meja warung.
Amavista meruntuk dalam hati, ''Padahal guru disini kan bukan Cuma aku. Kenapa lagi-lagi aku yang disuruh berurusan sama kotoran anak orang.''
''Urus Aura! Dia pup dia menangis dari tadi karena tidak ada yang menggantikan popok!'' Sentak Bu Murti lagi dan lagi.
Dengan terpaksa, Amavista mengangguk. Menundukkan tubuh sekaligus berpamitan keluar ruangan kepala sekolah.
Kedua kali Amavista mengomel dalam hati, ''Aku lagi, aku lagi. Kenapa sih aku terus yang salah!''
Keesokan harinya…
Hari Selasa, Amavista selalu mengajak anak-anak belajar di luar kelas, di taman bermain. Tujuan belajar di luar kelas diadakan setiap dua minggu sekali untuk menghindari kebosanan anak-anak kegiatan belajar mengajar.
''Anak-anak berdiri yang rapih, hari ini kita akan bermain bersama!'' Seru Amavista di depan anak-anak.
''Main apa Bu Guru?'' Tanya salah satu anak yang saling berhadapan dengan Amavista.
''Kita akan bermain bola, Nak.'' Tutur Amavista sambil memegang beberapa bola di tangan.
''Tapi sebelum kita bermain, Ibu akan memperkenalkan warna-warna bola ini,'' Tambah Amavista kepada anak-anak.
Suasana proses belajar pun terasa khidmat, tidak ada yang bercanda, semuanya serius mendengarkan apa yang dijelaskan oleh Amavista. Tiba-tiba…
''Amavista, dipanggil Bu Murti untuk datang ke kantor kepala sekolah.'' Kata salah satu guru di sekolah Amanah.
''Tapi Bu, saya sedang kegiatan proses belajar mengajar.'' Jawab Amavista.
''Siapa yang akan membimbingnya jika saya pergi?'' Tanya Amavista.
''Gini aja anak-anak ini, saya yang akan mengganti posisi kamu,'' Perintah guru itu yang sedang memberikan solusi ke Amavista.
''Baiklah Bu, kalau begitu.'' Amavista menuruti perintah guru itu. Ia tak mengerti alasan Bu Murti memanggil.
Sesampainya di depan ruang kantor, yang mana menjadi tempat pertemuan Amavista dan Bu Murti.
Sosok Amavista muncul di depan pintu masuk kantor Bu Murti, terlihat di dalam ada seseorang yang telah menunggu Amavista. Wajah hitam sangarnya itu membuat Amavista semakin takut.
Tok … tok ….
''Ya, silahkan masuk Amavista.'' Terdengar suara perempuan dari balik pintu di dalam ruangan yang baru saja diketuk.
Amavista bergegas langsung masuk dengan memutar gagang pintu dan masuk ke dalam ruangan. Kemudian, duduk di kursi yang telah disediakan dengan posisi saling berhadapan dengan Bu Murti.
''Akhir-akhir ini saya sering melihat kamu bermain ponsel ketika menemani anak di luar jam kegiatan belajar mengajar, saya tidak mau melihat kamu mengulangi perbuatan itu.'' Seru Bu Murti sambil menatap ke Amavista.
Sanggah Amavista karena tidak terima dengan ucapan Bu Murti sesungguhnya Ia memiliki alasan untuk melakukan itu.
Dengan membalas menatapnya. ''Maaf bu, saya bukan bermain ponsel untuk kepentingan saya pribadi akan tetapi salah satu orangtua walimurid anak didik saya menanyakan kondisi anaknya setelah 2 minggu tidak masuk sekolah dikarenakan sakit. Lagi pula, ketika wawancara ibu hanya melarang tidak boleh membuka ponsel ketika jam belajar saja.''
''Saya tidak mau tau, apa yang sedang kamu lakukan ketika bermain ponsel. Intinya saya melarang.'' Kata Bu Murti dengan tegas.
''Baik bu,'' Kata Amavista yang sedang duduk beranjak untuk berdiri.
Amavista pun langsung meninggalkan Bu Murti, keluar dari ruangan kepala sekolah. Tidak lupa Amavista berjalan sebaik mungkin badan tegap sambil mencetak senyum sedikit ke arah wanita tua itu untuk menutupi diri yang sedang kesal karena tuduhan yang menimpanya.
***
Kring … Kring ....
Terdengar bunyi bel tepat pukul 5 sore.
Bunyi bel pulang kedua. Asyikk aku bisa cepat beristirahat dirumah, Ungkap Amavista dengan senang hati.
Diperjalanan menuju rumah, Amavista yang fokus mengendarai motor beat berwarna hitam. Tiba-tiba suara gadget berbunyi yang tersembunyi di saku baju.
Amavista berhenti sejenak dan mengeluarkan gadget itu dan melihat panggilan masuk group ke Whatsapp miliknya, ternyata adalah Bu Murti yang menelpon semua guru. Amavista enggan sekali menerima telepon darinya...
Tepat di depan gerbang rumah, Amavista memasukan motor untuk di parkir ke garasi. Amavista mengakhiri dengan mematikan mesin motor beat dan mencabut kunci yang menempel di lubang ujung pojok kanan.
Grekk...
Pintu masuk utama di buka, Amavista menelusuri ruang keluarga menuju kamar favorit di lantai atas. Raut wajah Amavista tampak sedih, tak menyapa satu pun seseorang yang berada di sekitarnya.
Tidak mengerti dengan kondisi Amavista. Sang Ibu berusaha menanyakan kabar anaknya yang sudah lama menunggu kedatangannya.
''Nak, kamu kenapa? ada masalah kah di sekolah?'' Tanya Ibu dengan cemas.
Amavista tidak menggubris suara itu, Ia tetap melangkah ke depan. Sesampai di kamar, dilepasnya tas putih yang digendong kemudian dicantolkan di penyangga rak khusus tas.
Badan Amavista dengan sengaja dia banting kan di atas kasur. Melihat langit-langit atap kamar dengan posisi badan telentang, Amavista menangis sejadi-jadinya.
Huaa... Hua....
''Aku ingin segera keluar dari tempat neraka ini!'' Teriak Amavista sambil menghapus air mata di wajahnya.
''Tuhan, aku memohon berikan aku pekerjaan yang lebih baik dari ini.'' Pinta Amavista kepada Sang Tuhan.
Selama berjam-jam Amavista menangis, mata membengkak hidung merah. Ia segera membersihkan badan dan mengganti pakaian.
Sejak Amavista bekerja di sekolah Amanah, Ia menjadi pemurung dan kondisi tubuh yang mudah sakit.
Hari itu juga, Amavista bertekad untuk mengirim berkas lamaran kerja ke perusahaan yang membuka lowongan karyawan baru.
Setiap hari Amavista lakukan di malam hari, berharap ada perusahaan yang mau menerimanya. Ia ingin ada perubahan yang baik untuk kehidupan yang akan mendatang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Author DE LILAH
ih jahat...
2023-06-02
1
Mama Muda
udah mampir. semangat nulis
2023-05-29
1
Berbieliza
aku udah mampir
2023-05-26
1