150 juta

''Kertas? Kertas apa ini?'' Gumam Amavista.

Ada dua lembar kertas yang di staples, Kertas paling depan bergambar 3 rumah berderet beserta nama perumahan itu.

Sedangkan kertas di belakangnya adalah price list dan persyaratan permohonan KPR Bank.

***

Flashback on

Sang mentari menyapa pagi hari dengan memancarkan kehangatan teriknya kala pagi hari yang sangat dingin. Amavista beranjak dari ranjang tidur, diraihnya gagang pintu kamar dengan lembut.

Grek...

Pintu kamar terbuka, kaki Amavista melangkah ke luar kamar. Ia ingin bersantai sambil memanfaatkan waktu luangnya dengan mendengarkan musik sambil membaca buku online yang berbentuk PDF di kamar lantai atas.

Di mulai dari satu tangga paling bawah hingga akhir ujung tangga bagian atas. Langkahnya hendak melangkah untuk tangga paling akhir, Amavista tidak sengaja menginjak lembaran brosur.

''Ibuuu,'' Panggil Amavista sambil berteriak dari lantai atas.

Kaki Amavista membelok berlawanan arah untuk turun dari tangga, tangan sebelah kanan tetap memegang dua lembar kertas tersebut.

''Iyaa Nak, ada apa? Tidak usah teriak-teriak seperti itu Nak,'' Sang Ibu menasehati Amavista.

Amavista menghampiri Sang Ibu, ''Bu perumahan ini terletak di mana?'' Tangan Amavista menunjuk ke arah gambar yang ada di halaman pertama kertas yang dibawanya.

''Perumahan itu dekat dengan sekolah tempat kamu mengajar dulu, Nak.'' Ujar Sang Ibu.

Mata Amavista masih memperhatikan tulisan di kertas itu, ''Ibu untuk sistem pembayarannya bagaimana? saya tidak paham, Bu.'' Tanya Amavista lagi.

Sang Ibu menjelaskan, tangan dan matanya terfokus pada lembar halaman kedua, ''Ini loh, Nak harga satu rumah 150 juta dicicil boleh selama 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun.''

''Oalah, Terimakasih Ibuku yang cantik atas penjelasannya.'' Puji Amavista.

''Iya Nak, sama-sama.'' Balas Sang Ibu.

Setelah berbincang dengan Sang Ibu mengenai selebaran penjualan perumahan baru, Amavista kembali ke kamar atas sambil memegang kertas di tangan kanannya. Sesampai di kamar atas, Ia mencari info mengenai perumahan tersebut melalui informasi di internet.

***

Perlahan-lahan Amavista membuka laptop warna abu-abu miliknya di atas meja coklat, cahaya laptop menyinari layar sebagai tanda, laptop sudah bisa di mulai untuk digunakan.

Terlintas di fikiran Amavista, ''Apa aku datangi saja ke kantor pemasaran yaa?'' Gumam dalam hati.

Tanpa berpikir panjang, Amavista mematikan laptop dan mengambil kunci motor yang terletak di atas meja kamar atas. Kemudian, turun menuju garasi.

Ngeng... Ngeng....

Amavista mengemudi dengan kecepatan di atas 40 km/jam, jarak rumah yang ditempuh menuju perumahan baru hanya membutuhkan waktu 6 menit.

Sesampai di gerbang kantor pemasaran perumahan baru, terlihat jelas ada rumah yang berukuran sedang di dalam gerbang. Amavista langsung menghampirinya, Ia yakin rumah itu adalah kantor pemasaran perumahan itu.

Kaki kanan dan kaki kiri saling mengiringi langkah menuju pintu kantor pemasaran. Tiba di depan pintu, ada dua orang laki-laki berbadan tegap dengan pakaian mengenakan jas dan dasi, rambut lurus dengan gaya potongan cepak.

Mereka adalah penjaga pintu yang bertugas menyapa setiap tamu yang hendak memasuki pintu kantor.

''Selamat sore bu, ada yang bisa kami bantu?'' Sapa mereka dengan ramah.

''Begini pak, saya ingin mencari informasi tentang metode bayar jika belum memiliki uang yang cukup untuk membeli salah satu rumah di perumahan ini.'' Ungkap Amavista dengan jelas.

''Baik bu, akan kami antar untuk bertemu dengan salah satu staff kami guna memberikan penjelasan terkait pertanyaan Ibu.'' Jawab salah satu dari mereka.

Amavista diantar menuju ke ruangan oleh salah satu penjaga tersebut. Tiba di depan pintu ruangan. Sang Penjaga menggeser pintu, ''Ibu Silahkan duduk di sofa itu yaa,'' sambil menunjuk ke arah sofa yang terletak di tengah ruangan.

''Nanti akan saya panggilkan staff kami, tunggu sekitar dua menit ia akan datang.'' Tambahnya.

''Baik, Pak.'' Tutur Amavista.

Penjaga itu meninggalkan Amavista sendirian di ruangan nan sejuk.

Sofa yang diduduki Amavista tertata rapi melingkari meja bundar. Lirikan mata Kanziya melihat area ruangan. Terdapat beberapa lukisan yang terpajang di dinding.

Sebuah pemandangan pegunungan yang sangat cantik, membuatnya jatuh cinta pada lukisan itu. Amavista menghampiri lukisan itu, memulai berdiri melepas posisi duduk di atas sofa itu.

Belum sampai menghampiri lukisan itu,

Grek...

Terdengar suara orang menggeser pintu. Tepat dalam waktu dua menit, sosok yang ditunggu-tunggu akhirnya datang.

Terdengar suara sepatu yang menapak lantai dengan wajah yang cantik mengarah kepada Amavista.

Sosok itu saling berhadapan dengan Amavista, Tangannya menyodorkan ke tangan Amavista untuk mengajak berjabat tangan, ''Ada yang bisa kami bantu, Bu?'' Tanyanya.

Ia langsung menjawab pertanyaan dari staff tersebut. ''Saya ingin mencari informasi tentang metode bayar jika belum memiliki uang yang cukup untuk membeli salah satu rumah di perumahan ini.''

Jawab Amavista dengan jawaban yang sama dengan pertanyaan sebelumnya oleh pihak penjaga pintu.

Staff sales memberikan penjelasan sangat rinci, ''Perusahaan kami menjual satu rumah dengan harga 150 juta, memberikan keringanan untuk konsumen biaya DP dengan 0 rupiah, dapat diangsur sesuai kesanggupan dari para konsumen. Jika angsuran ingin 5 tahun, maka biaya perbulan 2 juta 8 ratus ribu. Jika ingin 15 tahun, maka 1 juta 2 ratus ribu setiap bulan, sedangkan untuk angsuran dibawah 500 rb selama 25 tahun, Bu.'' Jelas Sang Staff Sales.

Seusai berbincang-bincang, Amavista pamit untuk meninggalkan staff.

''Baik mba, terimakasih atas informasinya. Semoga saya segera memiliki rumah di perumahan ini,'' Ucap Amavista.

''Aminn, ditunggu kabar baiknya yaa, Bu.'' Sahut Staff Sales.

Amavista menuju parkiran motor, mencari motor vario abu-abu. Setelah menemui motor miliknya, Amavista segera mengendarai motor itu. Melihat ke atas langit sangat gelap.

Amavista mempercepat volume jarak kecepatan kendaraan motor, menghindari akan hujan diperjalanan.

***

''Nak hasil interviewmu, bagaimana?'' Tanya Ayah kepada Amavista.

''Belum Ayah, kata HRD harus nunggu dua minggu setelah interview. Nanti akan dihubungi langsung oleh pihak perusahaan.'' Amavista beri penjelasan kepada Ayah.

Sudah dua minggu lebih Amavista menunggu pengumuman tahap rekrutmen untuk berkerja di Jakarta.

Amavista Galau menunggu, harap-harap cemas membayangkan apa bila tak diterima. Padahal keinginannya sangat besar untuk bekerja di perusahaan itu.

Tik... Tik....

Ketikan keyboard di layar gadget, beberapa huruf membentuk kalimat pertanyaan. Apa arti dari HRD tidak memberi kabar setelah interview? Amavista mencari artikel online yang sesuai dengan pertanyaannya.

Memulai men-scroll satu persatu ke bawah, akhirnya menemukan sebuah artikel yang sesuai.

Bacaan artikel tertulis, jika rekrutmen tidak memberikan kabar hingga lebih dua minggu artinya tidak diterima untuk bekerja di perusahaan yang dilamar.

Deg…

Amavista menangis sekencang-kencangnya, membaca isi artikel itu. Ia sangat kecewa karena belum bisa bergabung dengan perusahaan yang diinginkan.

Kegagalan bertubi-tubi menimpa Amavista. Dikeluarkan dari sekolah dan tidak lolos kerja di Jakarta.

Sambil menangis Amavista mengambil secarik kertas, sebuah tinta hitam menggores di atasnya yang membentuk tulisan pendek, Tuhan jadikan aku sebagai pemilik perusahaan sebelum usia 30 tahun.

Terpopuler

Comments

✦ẑ̬î̬฿w̆̈ꪶ✫

✦ẑ̬î̬฿w̆̈ꪶ✫

Semangat thor,btw ceritanya bagus thor.😁

2023-05-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!