Hanifa Untuk Devan

Hanifa Untuk Devan

Prolog

15 Mei 2020 ...

"Fa, menikahlah denganku."

Kalimat yang baru saja diucapkan laki-laki itu sukses membuatnya diam seribu bahasa. Demi apa dia akan mendengar hal ini.

Sungguh, selama hidupnya ia tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi. Pertemuan, bantuan, kebersamaan, semuanya dijalani oleh mereka tanpa ada niat untuk memulainya. Semua takdir ini terlalu tiba-tiba.

"Hanifa, menikahlah denganku. Kamu mau kan?" tanya laki-laki itu lagi.

Hanifa yang sedari tadi sibuk mencerna ucapan laki-laki itu masih terdiam. Matanya masih fokus mencari maksud dari kalimat yang baru saja ia ucapkan lewat cahaya matanya. Sorot mata yang sekarang masih menampakkan luka sekaligus harapan untuk bertahan.

"Kamu belum menerima lamaran itu, kan?"

Hanifa mengangguk. "Jadi, terimalah lamaranku."

Matanya berkaca-kaca. Apa yang diucapkan laki-laki di sampingnya itu tulus? Atau hanya gurauan semata? Bagaimana ia akan menjawabnya? Mengingat kalau laki-laki itu sangat tidak menyukainya dulu.

Hanifa benar-benar dilema. Di satu sisi, seorang yang ia kenal baik dan sholeh telah datang ke rumahnya untuk meminta restu umminya. Di sisi lain, laki-laki yang akhir-akhir ini sering membuatnya cemas dan khawatir pun mengutarakan hal yang sama. Bahkan pernah mengutarakan maksudnya kepada ayahnya.

Siapa yang akan dia pilih? Entah dicintai atau mencintai ia tidak tahu kunci mana yang harus ia pegang untuk dapat mengetuk Ridho Tuhannya. Memilih pilihan ummi atau ayahnya pun ia tidak tahu.

Seandainya takdir memegang tangannya kemudian menyatukan dengan laki-laki di depannya ini, mungkin ia akan memilih untuk mengatakan tidak jika pada akhirnya ia harus kehilangannya juga.

Namun, jika memilih untuk mengatakan tidak, mungkin ia akan menjadi wanita paling jahat karena telah menyia-nyiakan permintaan terakhir dari seorang insan yang tak tahu akan bertahan sampai kapan.

Ya, di sinilah Hanifa sekarang. Berada di tengah samudra cinta dan iba. Hingga pada akhirnya, pilihan Tuhanlah yang akan menuntunnya. Memberikan teman terbaik dalam sisa hidupnya.

“Fa, untuk terakhirnya gue tanya. Keputusan Lo apa?"

Gadis itu masih diam. Kepalanya mencoba menilik ulang setiap memori yang pernah dilewatinya. Sejak pertama kali bertemu laki-laki itu, sampai dia mengatakan semuanya saat ini.

.....

Mendung tak selalu hujan. Hitam tak selamanya gelap tanpa keindahan.

Semuanya akan terlihat sempurna di waktu yang tepat dan mata yang melihat.

Layaknya malam, adakalanya dia akan menjadi background indah saat jajaran bintang menghiasinya.

Seperti kamu, yang mungkin di pandangan orang lain hanyalah malam yang gelap dan dingin tanpa cahaya. Hingga perlahan aku tersadar satu hal, aku terlalu cepat berasumsi tentang dirimu.

Dahulu, aku terlalu mudah menilai tanpa tahu yang sebenarnya. Dan ku sadari itu semua setelah bersamamu.

Darimu aku belajar, bahwa tak perlu banyak cahaya untuk dapat bersinar dan dilihat orang lain. Cukup terangi malammu dengan cahayamu sendiri, maka kamu akan men emukan sinar yang sebenarnya. Dan jikalau pun sinarmu meredup, kamu akan tetap menemukan mata yang bisa melihatnya.

......-Hanifa-......

...--------------...

Lo tau? Gue sama sekali tidak pernah bermimpi akan bertemu gadis terbawel seperti lo.

Gadis yang setiap hari menginginkan senyum untuk mencerahkan hari. Sosok yang selalu peduli bagaimana pun dinginnya sikap gue.

Kamu. Gadis berjilbab panjang di SMA.

Terimakasih sudah peduli dengan hidup yang sangat berantakan ini. Berteman dan membuatkan roti sederhana untuk sekedar menambah energi gue

Gue rasa, tidak ada satu kata pun yang bisa mendeskripsikan bagaimana pentingnya lo dalam hidup gue, Fa.

...-Devan-...

...----------------...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!