BLACK ROSE
"Awal adalah akhir dan akhir adalah awal dari sebuah kisah."
"Chapter 1"
Seorang pemuda, memiliki paras yang begitu menawan meski luka disekujur tubuhnya. Tatapan matanya bak elang yang siap menerkam mangsanya dalam sekejap.
Pemuda yang memiliki kode name-Eagle nampak fokus, tatapannya menelisik ke seluruh penjuru ruangan. Tak pernah hilang rasa waspada yang ia bawa setiap waktu, pistol yang selalu tergenggam erat dan seringai yang cukup menyeramkan untuk dilihat.
Dor!
Satu tembakan mengenai sasarannya dengan tepat.
Bzzztt
"Ok ... semuanya sudah tewas, beloklah kekiri dan kau akan menemukan sebuah ruangan yang berisi bom." Ucap seseorang Talky walky kepada pemuda itu.
"Siap diterima."
Eagle pun melakukan apa yang dipinta, pemuda itu belok ke kiri dan memasuki sebuah ruangan. Matanya menangkap satu benda yang nampak tertutup dengan sebuah lukisan. Sebuah kabel merah menyelip disana membuatnya sedikit terlihat.
Eagle mendekat kearah lukisan tersebut dan dengan perlahan membukanya, terlihatlah sebuah bom. Mata pemuda itu membelalak kala melihat waktu yang tersisa tinggal 5 menit lagi.
Dengan cekatan Eagle pun mengotak-atik bom tersebut berupaya untuk menjinakkannya. Eagle memotong beberapa kabel dan kembali menelitinya, waktu pun tersisa tinggal 1 menit lagi.
Keringat nampak mengucur diwajahnya, Eagle menahan napasnya kala waktu yang tersisa tinggal 30 detik.
"Aish ... ini benar-bena rumit sekali," gumam Eagle, pemuda itu masih terus berusaha atau tidak nyawanya yang akan melayang.
6
5
4
3
2
Tiit ... tiit
Bzzzt
"Bom berhasil dijinakkan, misi selesai," ucap Eagle sambil tersenyum puas.
***
"Bagus Mr. Eagle ... tidak sia-sia memberikan misi ini kepadamu," ucap sang pimpinan memuji pemuda itu.
Eagle mengangguk, "Terimakasih pak!"
"Baiklah, maaf karena tidak bisa memberimu libur kali ini ... pemerintahan Korea membutuhkan bantuan kita untuk mencari pelaku pembunuhan," ucap pimpinan langsung pada intinya, pria itu memberikan sebuah koran kepada Eagle.
Eagle membaca isi koran tersebut, matanya membelalak kaget, "Sudah terbunuh 4 orang, tempat yang tertinggal adalah sekuntum mawar hitam?"
"Benar ... pelaku dijuluki dengan nama Black Rose karena selalu meninggalkan bukti mawar hitam disetiap pembunuhan yang ia lakukan, dan juga setiap yang dibunuh adalah para petinggi pemerintahan yang cukup berpengaruh dikota itu. Mungkin sekitar satu tahun ini pelaku sudah melancarkan aksinya, dan masih belum ditemukan sampai sekarang." Jelas pimpinan itu, Eagle nampak berpikir.
"Apakah ini misi tunggal?" Tanya Eagle, pimpinan itu mengangguk, "Ya, namun jika kau membutuhkan bantuan tinggal hubungi markas saja, apa kau bersedia?"
"Aku bersedia."
***
Bandara, 5 mei 20**
"Bisakah kau menjemputku? Disini sangat pengap ..." ucap seorang pemuda yang kini sedang menelpon seseorang.
'Hah, kau ada dimana?'
"Bandara."
Tiit
Pemuda itu mendudukan dirinya disalah satu bangku, Eagle atau dengan nama asli *Andra* kini tengah memantau sekitarnya, "Jika dilihat tempat ini nampak damai-damai saja."
Andra: usia 25 tahun
Pekerjaan: agen mata-mata(spy)
Pekerjaan samaran: Pemimpin perusahaan ayahnya yang kebetulan ada diamerika
Status: Lajang
"Yo ... udah lama nunggu?" Sapa seorang pemuda dengan senyum lima jarinya.
"Hn," gumam Andra.
Pemuda yang bernama Rio itu pun hanya mendengus kesal, Rio adalah sahabat Andra, mereka berteman dari kecil, itulah kenapa pemuda itu tidak terlalu heran dengan sikap yang dikeluarkan oleh Andra, yah ... meski masih saja terdengar menyebalkan hingga sekarang.'tak berubah sama sekali', batin Rio.
"Kau tidak mengabari jika ingin pulang, ada apa?" Tanya Rio penasaran.
"Refreshing," jawab pemuda itu lagi dengan singkat.
"Sudahlah ... malas ngomong dengan batu," Rio pergi meninggalkan pemuda itu, Andra memandangnya dengan bingung namun masih mengangkat bahunya cuek.
***
Andra menatap sebuah gedung besar dihadapannya, kakiknya merasa ragu untuk melangkah. Sudah lama sekali ia tidak pulang ketempat ini, ketempat orang tuanya berada. Jujur pemuda itu sangat-sangat merindukan keduanya.
Tangannya terangkat menuju tombol bell, Andra menarik napasnya dalam dan memencet bell tersebut dua kali.
Kriet
Pintu terbuka, keduanya mematung. Seorang wanita nampak menatap pemuda itu dengan pandangan terkejut, Andra pun tak kalah terkejutnya.
"An-Andra? Kau kah itu?" Gagap wanita itu dengan nada lirih.
Andra tersenyum tipis, "Aku pulang ... ibu."
"Ya tuhan ... ini benar-benar kau! Apa kau baik-baik saja? Kenapa tidak mengabari ibu nak?" Pekik wanita itu lalu memeluk pemuda itu erat, Andra pun membalas pelukannya, "Maafkan aku ibu."
"Kenapa ribut-ribut disini? Dan siapa yang da-Andra!?" Ucapan seorang Pria pun terpotong kala tahu siapa yang datang, Andra mendongak dan menatap pria itu, "Ayah?"
"Dasar anak nakal! Kenapa tidak mengabariku jika pulang, hah!" Omel pria itu, Andra tersenyum tipis dan memeluk pria itu erat, "Aku pulang ..."
Pria itu terenyuh, tangan rentanya membalas pelukan pemuda itu, "Selamat datang, nak .."
***
Disisi lain,
"Hihi ... Suaramu indah sekali," kikik seseorang, mata tajamnya menatap seorang pria yang sudah menatap dirinya ketakutan.
"Emm ... kau ingin yang mana dulu? Kaki? Tangan? Jari-jarimu? Ah ... atau kepalamu?" Tawar orang itu dengan senyum yang mengerikan.
"Tolong ampuni aku ... aku akan memberikan segalanya yang kau mau," ucap Pria itu dengan gemetar.
"Hm? Benarkah? Hihi ... aku hanya ingin nyawamu boleh?" Ucap orang itu lagi, suaranya yang begitu lembut bagaikan sebuah nyanyian perantara kematian yang mengerikan.
Pria itu gemetar ketakutan kala sosok itu semakin mendekatinya, orang itu menatap dirinya dengan dingin, tidak ada lagi senyuman disana. Hanya tatapan datar dan mengerikan, "Anda tahu kesalahanmu Mr. Yuujin?"
Pria yang bernama Yuujin itu menggeleng, "Ti-tidak ... tidak tahu, aku tidak tahu kesalahanku."
"Benarkah? Oh ... sungguh aku berdosa sudah menyakitimu tuan ... maafkan aku ... hehe," seringai muncul diwajah sosok itu.
"Selamat tinggal!"
***
"Berita hari ini ... ditemukan korban pembunuhan yang bernama Mr. Yuujin dengan keadaan yang sangat mengenaskan. Beberapa mata tercongkel, jari-jari yang putus, dan tusukan dibagian dada. Dan juga ditemukan sekuntum Mawar hitam yang selalu membuat geger warga kota.
Apakah orang yang membunuhnya ini adalah orang yang sama seperti kasus sebelumnya? Melihat bukti mawar hitam yang ditinggalkan membuat aparat kepolisian yakin bahwa pembunuh kali ini adalah ulah Black Rose."
Klik!
Andra mematikan siaran tersebut, sungguh ia sangat kesal karena kecolongan. Dengan mahirnya Black Rose membunuh dan meninggalkan bukti yang sama sekali tidak menghasilkan jejak apa pun. Lalu, apa gunanya bunga mawar itu? Untuk apa selalu ditinggalkan disetiap pembunuhan yang ia perbuat? Dan anehnya kenapa tidak ada satu pun jejak yang ditemukan?
Sangat ahli, jika Andra mengetahui orang itu ia pasti akan langsung memujinya karena keahliannya dalam menyembunyikan jejak. Andra beranjak, mungkin memang dialah yang harus menyelesaikan kasus ini.
Pemuda itu sempat berpikir, apakah Black Rose itu sebuah organisasi? Atau bukan? Atau orang yang selalu bermain sendiri sesukanya? Apakah orang itu memiliki dendam pribadi kepada para petinggi sehingga melakukan hal itu semua?
Jika ada akibat pasti ada sebab bukan? Nampaknya pemuda itu sedikit senang dengan misi yang ia dapatkan ini.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments