NovelToon NovelToon

BLACK ROSE

Awal

"Awal adalah akhir dan akhir adalah awal dari sebuah kisah."

"Chapter 1"

Seorang pemuda, memiliki paras yang begitu menawan meski luka disekujur tubuhnya. Tatapan matanya bak elang yang siap menerkam mangsanya dalam sekejap.

Pemuda yang memiliki kode name-Eagle nampak fokus, tatapannya menelisik ke seluruh penjuru ruangan. Tak pernah hilang rasa waspada yang ia bawa setiap waktu, pistol yang selalu tergenggam erat dan seringai yang cukup menyeramkan untuk dilihat.

Dor!

Satu tembakan mengenai sasarannya dengan tepat.

Bzzztt

"Ok ... semuanya sudah tewas, beloklah kekiri dan kau akan menemukan sebuah ruangan yang berisi bom." Ucap seseorang Talky walky kepada pemuda itu.

"Siap diterima."

Eagle pun melakukan apa yang dipinta, pemuda itu belok ke kiri dan memasuki sebuah ruangan. Matanya menangkap satu benda yang nampak tertutup dengan sebuah lukisan. Sebuah kabel merah menyelip disana membuatnya sedikit terlihat.

Eagle mendekat kearah lukisan tersebut dan dengan perlahan membukanya, terlihatlah sebuah bom. Mata pemuda itu membelalak kala melihat waktu yang tersisa tinggal 5 menit lagi.

Dengan cekatan Eagle pun mengotak-atik bom tersebut berupaya untuk menjinakkannya. Eagle memotong beberapa kabel dan kembali menelitinya, waktu pun tersisa tinggal 1 menit lagi.

Keringat nampak mengucur diwajahnya, Eagle menahan napasnya kala waktu yang tersisa tinggal 30 detik.

"Aish ... ini benar-bena rumit sekali," gumam Eagle, pemuda itu masih terus berusaha atau tidak nyawanya yang akan melayang.

6

5

4

3

2

Tiit ... tiit

Bzzzt

"Bom berhasil dijinakkan, misi selesai," ucap Eagle sambil tersenyum puas.

***

"Bagus Mr. Eagle ... tidak sia-sia memberikan misi ini kepadamu," ucap sang pimpinan memuji pemuda itu.

Eagle mengangguk, "Terimakasih pak!"

"Baiklah, maaf karena tidak bisa memberimu libur kali ini ... pemerintahan Korea membutuhkan bantuan kita untuk mencari pelaku pembunuhan," ucap pimpinan langsung pada intinya, pria itu memberikan sebuah koran kepada Eagle.

Eagle membaca isi koran tersebut, matanya membelalak kaget, "Sudah terbunuh 4 orang, tempat yang tertinggal adalah sekuntum mawar hitam?"

"Benar ... pelaku dijuluki dengan nama Black Rose karena selalu meninggalkan bukti mawar hitam disetiap pembunuhan yang ia lakukan, dan juga setiap yang dibunuh adalah para petinggi pemerintahan yang cukup berpengaruh dikota itu. Mungkin sekitar satu tahun ini pelaku sudah melancarkan aksinya, dan masih belum ditemukan sampai sekarang." Jelas pimpinan itu, Eagle nampak berpikir.

"Apakah ini misi tunggal?" Tanya Eagle, pimpinan itu mengangguk, "Ya, namun jika kau membutuhkan bantuan tinggal hubungi markas saja, apa kau bersedia?"

"Aku bersedia."

***

Bandara, 5 mei 20**

"Bisakah kau menjemputku? Disini sangat pengap ..." ucap seorang pemuda yang kini sedang menelpon seseorang.

'Hah, kau ada dimana?'

"Bandara."

Tiit

Pemuda itu mendudukan dirinya disalah satu bangku, Eagle atau dengan nama asli *Andra* kini tengah memantau sekitarnya, "Jika dilihat tempat ini nampak damai-damai saja."

Andra: usia 25 tahun

Pekerjaan: agen mata-mata(spy)

Pekerjaan samaran: Pemimpin perusahaan ayahnya yang kebetulan ada diamerika

Status: Lajang

"Yo ... udah lama nunggu?" Sapa seorang pemuda dengan senyum lima jarinya.

"Hn," gumam Andra.

Pemuda yang bernama Rio itu pun hanya mendengus kesal, Rio adalah sahabat Andra, mereka berteman dari kecil, itulah kenapa pemuda itu tidak terlalu heran dengan sikap yang dikeluarkan oleh Andra, yah ... meski masih saja terdengar menyebalkan hingga sekarang.'tak berubah sama sekali', batin Rio.

"Kau tidak mengabari jika ingin pulang, ada apa?" Tanya Rio penasaran.

"Refreshing," jawab pemuda itu lagi dengan singkat.

"Sudahlah ... malas ngomong dengan batu," Rio pergi meninggalkan pemuda itu, Andra memandangnya dengan bingung namun masih mengangkat bahunya cuek.

***

Andra menatap sebuah gedung besar dihadapannya, kakiknya merasa ragu untuk melangkah. Sudah lama sekali ia tidak pulang ketempat ini, ketempat orang tuanya berada. Jujur pemuda itu sangat-sangat merindukan keduanya.

Tangannya terangkat menuju tombol bell, Andra menarik napasnya dalam dan memencet bell tersebut dua kali.

Kriet

Pintu terbuka, keduanya mematung. Seorang wanita nampak menatap pemuda itu dengan pandangan terkejut, Andra pun tak kalah terkejutnya.

"An-Andra? Kau kah itu?" Gagap wanita itu dengan nada lirih.

Andra tersenyum tipis, "Aku pulang ... ibu."

"Ya tuhan ... ini benar-benar kau! Apa kau baik-baik saja? Kenapa tidak mengabari ibu nak?" Pekik wanita itu lalu memeluk pemuda itu erat, Andra pun membalas pelukannya, "Maafkan aku ibu."

"Kenapa ribut-ribut disini? Dan siapa yang da-Andra!?" Ucapan seorang Pria pun terpotong kala tahu siapa yang datang, Andra mendongak dan menatap pria itu, "Ayah?"

"Dasar anak nakal! Kenapa tidak mengabariku jika pulang, hah!" Omel pria itu, Andra tersenyum tipis dan memeluk pria itu erat, "Aku pulang ..."

Pria itu terenyuh, tangan rentanya membalas pelukan pemuda itu, "Selamat datang, nak .."

***

Disisi lain,

"Hihi ... Suaramu indah sekali," kikik seseorang, mata tajamnya menatap seorang pria yang sudah menatap dirinya ketakutan.

"Emm ... kau ingin yang mana dulu? Kaki? Tangan? Jari-jarimu? Ah ... atau kepalamu?" Tawar orang itu dengan senyum yang mengerikan.

"Tolong ampuni aku ... aku akan memberikan segalanya yang kau mau," ucap Pria itu dengan gemetar.

"Hm? Benarkah? Hihi ... aku hanya ingin nyawamu boleh?" Ucap orang itu lagi, suaranya yang begitu lembut bagaikan sebuah nyanyian perantara kematian yang mengerikan.

Pria itu gemetar ketakutan kala sosok itu semakin mendekatinya, orang itu menatap dirinya dengan dingin, tidak ada lagi senyuman disana. Hanya tatapan datar dan mengerikan, "Anda tahu kesalahanmu Mr. Yuujin?"

Pria yang bernama Yuujin itu menggeleng, "Ti-tidak ... tidak tahu, aku tidak tahu kesalahanku."

"Benarkah? Oh ... sungguh aku berdosa sudah menyakitimu tuan ... maafkan aku ... hehe," seringai muncul diwajah sosok itu.

"Selamat tinggal!"

***

"Berita hari ini ... ditemukan korban pembunuhan yang bernama Mr. Yuujin dengan keadaan yang sangat mengenaskan. Beberapa mata tercongkel, jari-jari yang putus, dan tusukan dibagian dada. Dan juga ditemukan sekuntum Mawar hitam yang selalu membuat geger warga kota.

Apakah orang yang membunuhnya ini adalah orang yang sama seperti kasus sebelumnya? Melihat bukti mawar hitam yang ditinggalkan membuat aparat kepolisian yakin bahwa pembunuh kali ini adalah ulah Black Rose."

Klik!

Andra mematikan siaran tersebut, sungguh ia sangat kesal karena kecolongan. Dengan mahirnya Black Rose membunuh dan meninggalkan bukti yang sama sekali tidak menghasilkan jejak apa pun. Lalu, apa gunanya bunga mawar itu? Untuk apa selalu ditinggalkan disetiap pembunuhan yang ia perbuat? Dan anehnya kenapa tidak ada satu pun jejak yang ditemukan?

Sangat ahli, jika Andra mengetahui orang itu ia pasti akan langsung memujinya karena keahliannya dalam menyembunyikan jejak. Andra beranjak, mungkin memang dialah yang harus menyelesaikan kasus ini.

Pemuda itu sempat berpikir, apakah Black Rose itu sebuah organisasi? Atau bukan? Atau orang yang selalu bermain sendiri sesukanya? Apakah orang itu memiliki dendam pribadi kepada para petinggi sehingga melakukan hal itu semua?

Jika ada akibat pasti ada sebab bukan? Nampaknya pemuda itu sedikit senang dengan misi yang ia dapatkan ini.

Bersambung..

Kelimpungan

"Bisa saja orang yang paling kau sayangi adalah orang yang paling pertama membuatmu menderita, benar bukan? "

"Chapter 2"

Sudah seminggu semenjak kejadian pembunuhan Mr. Yuujin, namun Andra masih belum menemukan jejak apa pun. Bahkan Andra sudah berulang kali ke TKP namun masih belum menemukan bukti  apa pun.

"Ini sangatlah rumit dari perkiraanku," gumam Andra.

Pemuda itu mengusap keringatnya, kini ia tengah berada disebuah cafe.

"Ingin pesan apa?" Tanya seorang pelayan.

"Capuccino saja," pelayan itu mencatat pesanan tersebut dan mengangguk.

Andra membuka ponselnya, pemuda itu nampak memperhatikan sesuatu dilayar ponsel tersebut. Beberapa kamera dengan berukuran kecil Andra letakkan disetiap kejadian karena mungkin pelaku akan kembali kesana.

Namun, sejauh pemantauan ini tidak menemukan hasil sama sekali. Andra mendengus, entah kenapa kini ia berpikir bahwa ia merasa bodoh hanya karena kasus seperti ini, dirinya merasa dipermainkan.

"Ini pesanan anda, silahkan dinikmati," ucap seseorang dengan dingin, Andra mendongak, mata elangnya menatap punggung seorang gadis yang baru saja mengantar pesanannya.

Andra merasakan sesuatu yang aneh, sebuah aura yang cukup menusuk. Pemuda itu memperhatikan seorang gadis yang kini sedang melayani para pelanggan. Matanya menangkap tag name yang terpampang dibaju gadis itu.

Alexa

*Meanwhile*

"Psstt ... hei Alexa, kulihat pemuda itu terus memperhatikanmu," ucap seorang gadis yang bernama Nina kepada gadis itu.

Gadis yang bernama Alexa pun menatap Andra yang kini diam-diam menatapnya, "Hn, orang aneh."

"Kau ini, siapa tahu dia terlibat jatuh cinta pada pandangan pertama kepadamu," goda Nina kepada gadis itu, Alexa mengangkat sebelah alisnya dan mendengus, "Sayangnya aku tidak tertarik dengan hal itu."

Alexa pun pergi melanjutkan pekerjaannya, Nina memanyunkan bibirnya karena merasa diabaikan. Namun, karena ia memiliki kesabaran yang melebihi batas membuatnya cukup bersabar untuk berteman dengan gadis itu.

"Kebakaran! Cepat keluar dari sini." Teriak salah satu pegawai yang ada disana.

Andra yang mendengar hal itu langsung panik, pemuda itu berdiri dan membantu untuk mengevakuasi orang yang ada disana. Api yang berasal dari dapur mulai membesar dan menyebar ke seluruh penjuru ruangan.

Andra keluar dari sana kala tidak mendapati orang lagi di dalam sana. Matanya menatap seorang gadis yang kini tengah menangis meraung-raung, dan meneriakkan nama seseorang.

"Alexa!!! Tuan ... dia masih di dalam sana," teriak Nina panik, Andra menatap kobaran api itu.

Namun, tak lama kemudian mereka yang ada disana terkejut kala melihat Alexa yang keluar dari kobaran api itu sambil menggendong seorang anak kecil. Cukup banyak luka disekujur tubuh gadis itu, nampak kedua orang tua dari anak itu memeluk anak kecil itu dengan erat sambil berterimakasih pada Alexa.

Alexa tersenyum dan mengangguk.

Grep!

Alexa hampir saja terjungkal karena mendapatkan pelukan tiba-tiba, Nina memeluk dirinya sambil menangis keras. "Kupikir kau gosong di dalam sana dan menjadi daging panggang ... aku bersyukur kau tidak apa-apa."

Alexa tersenyum, "Maaf membuatmu khawatir."

Petugas pemadam kebakaran dan ambulance pun sampai ditempat kejadian, Alexa mendudukan dirinya disebuah bangku dan menatap para petugas yang kini tengah mengevakuasi para korban.

"Kau baik-baik saja?" Tanya seseorang kepada gadis itu, Alexa mendongakkan kepalanya.

"Hm .. ya, hanya luka sedikit," jawab Alexa dengan sedikit canggung.

Andra, pemuda itu menatap luka -luka yang didapatkan Alexa, pemuda itu menatap wajah Alexa dan tersenyum tipis, "Kau cukup berani, mungkin jika gadis lain sepertimu melakukan hal itu ... mereka akan ketakutan."

"Aku juga takut ... namun, aku lebih takut lagi jika kedua orang itu kehilangan anaknya," lirih Alexa sembari menatap ketiga orang yang tengah berkumpul.

"Bolehkah aku tahu namamu?" Tanya Andra, Alexa tersentak, "Alexa."

"Baiklah ... perkenalkan namaku adalah Andra, senang berkenalan denganmu, kau tahu? Kau cukup mengesankan hari ini." Puji Andra, Alexa memalingkan wajahnya, "Terimakasih."

"Ah ... aku kira kau orang yang dingin, namun sepertinya sangat menyenangkan jika berhadapan denganmu langsung." Ujar Andra, Alexa mendengus, "Jangan mengenali seseorang dari luarnya saja ... namun dalamnya juga, sepertinya aku harus pulang ... melihat tempat ini terbakar membuatku harus mencari tempat kerja yang lain."

"Kau yakin? Dengan luka seperti itu? Sebaiknya kau merawat luka itu terlebih dahulu ... bagaimana jika keluargamu melihatnya nanti?" Saran Andra, jujur pemuda itu cukup prihatin dengan luka yang di dapat oleh Alexa.

Alexa tersenyum, "Tidak akan ada yang mengkhawatirkan aku, mereka semua sudah tiada."

Andra tertegun, pandangannya terus menatap Alexa yang berjalan menjauh. Entah kenapa ia merasa bersalah dengan ucapannya sekaligus penasaran dengan gadis itu. "Hah ... aku harap bisa bertemu denganmu lagi."

*** Keesokan Harinya ***

Seorang pemuda nampak memejamkan matanya menikmati udara pagi, angin berhembus menggoyangkan rambut panjangnya. Andra membuka matanya, entah kenapa ia merasakan sebuah ketenangan yang indah.

"Hah ... andai kehidupanku normal, pasti akan sangat menyenangkan," gumam Andra, pemuda itu menghela napasnya panjang, "Black Rose, siapa kau? Kau membuat semuanya menjadi rumit, bahkan aku pun kelimpungan untuk mengungkap siapa dirimu."

Andra mendongak, pemuda itu menatap langit biru dengan pandangan yang sulit diartikan siapa-pun, "Apakah aku akan berhasil kali ini? Aku akan menemukanmu ... siapa pun itu aku pasti akan menemukanmu."

***

Andra kini tengah berjalan-jalan santai ditaman kota, pemuda itu memperhatikan anak-anak yang dengan senangnya bermain. Melihat wajah senang itu membuat Andra ikut tersenyum, senyuman yang jarang ia perlihatkan.

Andra merasakan sebuah ketenangan kala melihat mereka yang tersenyum, seolah-olah tidak ada beban yang membebani mereka. Andra menyukai hal itu, pemuda itu ingin sekali melihat betapa bahagianya mereka.

Karena hal itu

Bisa membuatnya

Bahagia ...

Andra ingin menyenangkan orang yang ada disekitarnya, tanpa ada rasa sakit dan kesedihan yang mendalam, tanpa ada penderitaan yang terpendam, tanpa ada kesepian, Andra ingin menghapus itu semua.

'Tidak akan ada yang mengkhawatirkan aku, mereka semua sudah tiada'

Langkah pemuda itu terhenti, ingatan itu tiba-tiba datang ke kepalanya. Andra menggelengkan kepalanya berulang kali berusaha menghapus ingatan tersebut, dia tidak ingin apa pun itu menganggu misinya.

Namun, Andra tidak bisa tahan dengan kesedihan yang dilihatnya sekilas itu. Entah kenapa Andra ingin menghapusnya, Andra mengepalkan tangannya kuat, 'Ingat Andra, fokus pada misimu ... jangan memikirkan hal yang tidak berguna itu.' Batin  pemuda itu.

"Kau seperti orang aneh," ucap seseorang membuat pemuda itu tersentak.

Alexa kini berdiri dihadapannya dengan pandangan datar, "Apa kau sakit kepala? Kulihat kau selalu menggelengkan kepalamu ... lihat? Kau jadi pusat perhatian sekarang karena kelakuan anehmu."

Andra menatap sekitarnya sekejap dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Ah ... bukan itu, aku hanya ..."

Alexa masih menunggu jawaban pemuda itu, namun yang ia dapatkan hanyalah perkataan yang menggantung dan tidak jelas, "Hmm? Sepertinya kau memang tidak sehat."

Andra menghela napasnya panjang, "Maaf, sepertinya aku kurang fokus. Ah ya ... kenapa kau ada disini?"

"Mencari sesuatu yang menarik ..." jawab Alexa singkat, keduanya masuk dalam suasana keheningan.

"Sepertinya tidak ada perlu lagi ... aku pergi," ujar Alexa memecah keheningan dan mulai melangkah pergi.

"Tunggu ... bisa kau menemaniku sejenak? Mungkin kita bisa makan siang disalah satu kedai?" Tawar Andra, Alexa nampak menimang-nimang permintaan pemuda itu, "Ok .. kau yang mentraktir."

"Baiklah."

Bersambung...

Alexa

"Kata-kata Cinta Hanyalah Omong Kosong."

"Chapter 3"

Keduanya kini tengah berada disebuah kedai, Andra dan Alexa nampak memakan makanan mereka dengan khidmat. Ketika Alexa menyelesaikan makanannya, gadis itu mulai membuka suara, "Sepertinya ada yang ingin kau bicarakan kepadaku."

Andra menatap gadis itu, "Aku hanya ingin menanyakan beberapa tentang kebakaran kemarin."

Alexa mengerutkan dahinya kala mendengar penuturan pemuda itu, "Hn? Apakah kau seorang polisi yang akan menanyakan kronologi?"

Andra sedikit tersentak, namun tidak disadari gadis itu. Pemuda itu berdehem dan kembali berbicara, "Bukan, hanya saja aku sedikit penasaran ... dan aku juga ingin tahu bagaimana kau menyelamatkan anak kecil itu."

Alexa mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti, gadis itu mengaduk minumannya dan menyeruputnya sebentar dan memulai ceritanya, "Waktu itu aku sedang ada ditoilet, saat selesai aku keluar dan melihat sekitar yang sudah dipenuhi dengan asap dan api."

Alexa menyenderkan tubuhnya, matanya memandang keluar jendela dengan pandangan yang sulit diartikan, "Aku pikir aku akan mati saat itu, aku pasrah ... namun, suara tangisan anak kecil membuatku tidak pantang menyerah, aku mencari anak itu dan menemukannya ditengah-tengah api."

"Setelah itu kami mencari jalan keluar, dan ... kau tahu sendiri kelanjutannya," ucap Alexa terkekeh kepada pemuda itu, Andra tertegun, melihat senyuman gadis di depannya membuat ia lega dan juga senang.

"Hm, apa karena kau sendiri kau akan langsung menyerah? Pasrah? Bahkan jika kulihat kau belum memiliki seseorang sebagai pelengkap hidupmu ... takdirmu masih panjang."

'Benar ... masih sangatlah panjang.'

"Dan juga ... orang yang mencintaimu dari atas sana tidak akan senang jika kau langsung menyusul mereka."

'Saat hari itu tiba ... aku yakin mereka akan bahagia.'

Alexa menatap pemuda itu dan tersenyum, "Terimakasih ... kau membuatku termotivasi untuk tetap hidup."

"Kau menganggapnya terlalu berlebihan ... haha," tawa Andra dengan canggung kala mendapat penuturan dari gadis itu.

Andra menatap gadis itu lama, entah kenapa ia merasa tidak senang kala melihat gadis itu sedih, apa karena jiwanya yang perduli dengan orang? Atau karena hal lain? Andra merasa belum menyadari suatu hal yang penting, sesuatu yang mungkin membuatnya merasa aneh namun menyenangkan.

Apa itu?

"Alexa ... bagaimana menurutmu tentang dunia ini?" Tanya Andra dengan tiba-tiba.

Gadis yang ditanya hanya terdiam, Andra memperhatikan gadis itu. Alexa menatap Andra lalu kembali menatap keluar jendela, "Dunia ya? Menurutku dunia ini penuh dengan kepalsuan ... dan juga penderitaan. Orang yang tidak bersalah pun menjadi menderita karena ketamakan orang lain ... iri, dendam, benci, semua itu ... membuat orang lain menderita ... Aku .. aku."

Alexa mengatupkan bibirnya tidak melanjutkan ucapannya lagi, gadis itu menundukkan kepalanya, "Maafkan aku ... aku harus pergi."

Gadis itu beranjak dan pergi meninggalkan Andra yang terpaku, pemuda yang ditinggalkan itu memandang gadis itu dengan tatapan yang sulit diartikan, "Apa aku salah?"

***

Alexa berjalan cepat ditrotoar, gadis itu berlari kesuatu tempat dengan napas terengah-engah. Matanya menatap lautan di depannya dengan pandangan sedih, marah dan kecewa, semuanya tercampur menjadi satu.

Alexa jatuh terduduk, gadis itu mencengkram pasir digenggamannya, air matanya terus menerus menetes tanpa henti. Tubuhnya bergetar hebat, "Maafkan aku ... hiks ... maafkan aku."

Alexa menatap lautan yang kini ada dihadapannya, gadis itu beranjak dan berjalan pelan. Langkah gadis itu nampak terseok-seok, kaki mungilnya kini menyentuh air laut itu.

'Dan juga ... orang yang mencintaimu dari atas sana tidak akan senang jika kau langsung menyusul mereka.'

Langkahnya terhenti, mata gadis itu melebar, wajahnya menunduk menatap air yang kini sudah membasahi kakinya. Alexa memundurkan langkahnya, gadis itu mengepalkan tangannya dan memandang langit dengan tatapan yang belum ia perlihatkan kepada siapa pun.

"Benar ... takdirku masih panjang."

***

Andra menghela napasnya panjang, kejadian siang tadi membuatnya selalu dihantui rasa bersalah. Andra merasa sudah mengatakan hal yang membuat gadis itu sakit, pemuda itu mengacak rambutnya frustasi.

"Ck ... seharusnya aku tidak perduli dengan hal ini," gerutu Andra, pemuda itu membaringkan tubuhnya diranjang.

"Misi ini membuatku merasakan hal yang aneh, namun bodohnya aku tidak bisa menjabarkan hal itu ... benar-benar bodoh," gumam Andra, pemuda itu menarik napasnya panjang dan mengeluarkannya kembali.

Ting'

Pemuda itu beranjak, matanya menatap ponselnya dan seketika membelalak. Dengan cepat Andra membuka laptopnya dan melakukan sesuatu, matanya dengan fokus membaca beberapa informasi yang baru saja diberikan oleh atasannya.

Daftar kemungkinan yang akan menjadi target Black Rose selanjutnya

Mr. Yuujin : tewas

Mr. Seo jin

Mr. Shu

Ny. Melle : tewas

Mr. Jun Shi :

Ny. Anna : tewas

Mr. Anha

Mr. A Shi : tewas

Andra membuka ponselnya dan mengetikkan nomor seseorang lalu menghubunginya.

Tiit ... tiit

'Ya ... sudah kau terima?'

"Apakah mereka semua memiliki hubungan?"

'Mereka adalah pembangun perusahaan Tama Corp, mereka berdelapan bekerja sama untuk mendirikan perusahaan itu, hanya itu yang aku dapatkan. Jika dipikirkan secara logika, mungkin Black Rose memiliki dendam kepada kedelapan petinggi tersebut, aku harap kau bisa menanganinya ...'

"Baiklah, terimakasih ..."

'Hn, semoga berhasil Eagle.'

Klik!

Setelah mematikan ponselnya, Andra pun mulai mencari tahu biodata dari korban dan juga calon korban. Tangan kekarnya dengan lihai mengetik guna mencari tahu kegiatan sehari-hari mereka, meski Andra menyadari bahwa tidak semua informasi akan ia dapatkan dengan mudah.

"Besok adalah acara penaikan jabatan Mr. Shu ... apakah besok tanggal mainnya?" Gumam Andra pada dirinya sendiri, pemuda itu mencoba berpikir keras. "Tapi, tidak mungkin Black Rose akan membunuh Mr. Shu ditengah keramaian, argh ....ini membuatku pusing."

Andra tidak sengaja menatap dirinya sendiri dicermin, "Ah ... sepertinya aku harus melakukan sesuatu besok."

***

"Hari ini adalah acara penaikan jabatan Mr. Shu sebagai menteri, selamat untuk anda Mr. Shu!!"

Tepuk tangan meriah diberikan dari warga kota untuk pria itu, pria yang kerap kali dipanggil dengan nama Shu pun beranjak dari kursinya dan naik keatas panggung.

"Terimakasih untuk kalian semua yang sudah mendukung saya hingga sejauh ini ... saya harap kalian bisa menerima saya dan selalu mendukung saya sampai kapan pun." Ucap Shu memberikan pidatonya.

Andra menatap sekelilingnya ditengah-tengah keramaian, kini ia tengah menyamar agar tak dikenali orang lain, mata elangnya menelisik setiap orang yang ada disekitarnya. Pandangannya terhenti kala melihat seseorang yang cukup mencurigakan, dan tak lama itu matanya membulat sempurna.

Orang misterius itu nampak mengeluarkan sesuatu di dalam jaketnya. Andra tahu, itu adalah pistol dengan merek USP. Pemuda itu diam-diam mendekati orang misterius itu, setelah dekat Andra menodongkan orang itu dengab belati perutnya tanpa sepengetahuan orang lain.

"Siapa kau ... dan apa urusanmu dengan Mr. Shu, serahkan dirimu sekarang juga ...

Black Rose."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!