"Setiap orang mempunyai sisi gelapnya masing-masing."
"Chapter 5"
Tap
Tap
Tap
Sepasang sepatu high hels nampak menggema disuatu ruangan, langkahnya bagai detikan maut yang sebentar lagi akan menghantar nyawa. Seringai yang selalu ia bawa dengan dinginnya, tatapan penuh dengan nafsu akan suatu hal.
"Siapa kau!! Kena-
Dor!
Satu kepala hancur seketika, darah menciprat kemana-mana. Gadis itu kembali melangkahkan kakinya, namun langkah kaki itu terhenti kala seseorang menodongkan sebuah pistol tepat dikepalanya.
"Serahkan dirimu sekarang juga!"
Gadis itu berbalik, jarak keduanya tidak bisa dibilang jauh, namun sangat dekat sehingga moncong pistol pria itu bisa mengenai dahi gadis itu. "Seharusnya kau tidak melakukan ini ... kau sama saja menyerahkan nyawamu sendiri padaku."
Gadis itu langsung memegang tangan pria itu dan mengangkatnya keatas, suara tembakan terdengar karena pelatuk yang tidak sengaja ditarik pria itu. Namun sangat disayangkan karena tidak mengenai gadis itu.
Gadis itu menyeringai, dengan santainya ia melempar pistol yang sebelumnya dimiliki pria itu. "Sudah kubilang ... jangan main-main denganku."
Pria itu bergetar takut, gadis itu mengeluarkan Desert Eagle yang ia bawa, dengan manisnya ia berkata, "Good bye!"
Dor!
Gadis itu melangkahkan kakinya, setelah sampai disalah satu pintu kamar, ia langsung membukanya. Matanya mengernyit kala tak mendapati targetnya, namun tak lama kemudian gadis itu terbelalak.
Bugh!
Seseorang dengan tiba-tiba memukul gadis itu dari belakang hingga tersungkur, "Cih ... sialan!"
Gadis itu menatap tajam pria itu, ia mencoba berdiri namun ditahan kala orang itu menodongkan sebuah Katana tepat dilehernya. Pria itu tertawa, "Ah ... sepertinya ada anak dari tikus yang hendak balas dendam."
"Alexa ... apa kau mencoba balas dendam atas kematian keluargamu? Dan perginya kakakmu?" Pria dengan nama Mr. Shu itu nampak meledek gadis itu.
"Seharusnya kau hidup dengan tenang dan menerima semuanya, menikah dan mempunyai anak ... bukankah kisah yang sangat bahagia?" Alexa menggertakkan giginya, tangannya menggenggam katana itu.
Darah merembes disela-sela genggamannya karena sayatan katana itu, "Mr. Shu, seharusnya anda berlari saat kejadian pelantikan itu ... tapi saya sangat menghargai pengorbanan anda karena ingin memberikan nyawa anda kepada saya."
Dor!
Mr. Shu ambruk dengan kepala bocor, Alexa memandang mayat itu dingin, lalu ia menatap seseorang yang kini tengah berada dipintu. Alexa menegakkan tubuhnya, "Ya, setidaknya kau membantuku kali ini ... sayang sekali aku tidak sempat menyiksanya."
Alexa mengeluarkan sesuatu dibalik sakunya, gadis itu membungkuk dan meletakkannya disamping mayat pria itu. Sekuntum mawar hitam, Alexa tersenyum tipis, "Semoga kau bahagia dineraka ... Mr. Shu."
William memandang kegiatan gadis itu dengan tatapan yang sulit diartikan siapa pun, pemuda itu mendekati gadis.
Grep!
Dengan tiba-tiba William memeluk Alexa, "Cukup, hentikan semua ini Alexa ... bukankah kau sudah menderita saat ini? Jangan menambah pemderitaanmu karena hal semacam ini."
William menangkup wajah gadis itu dan menatapnya dengan tatapan memohon, "Hentikan semua ini ... aku mohon."
Alexa memegang tangan pemuda itu lalu menurunkannya, "Tidak, sebelum semuanya selesai ... aku tidak akan berhenti, dan juga ... kenapa aku harus mengampuni mereka? Bahkan dia' .. orang yang selama ini aku percaya, dia mengkhianati kami."
William menundukkan pandangannya, "Jangan sampai menyesal Alexa ... jangan sampai penyesalan itu mendatangimu."
***
"Ini tidak bisa dibiarkan terus menerus! Korban akan selalu berjatuhan seiring berjalannya waktu!" Ucap pimpinan, Andra menundukkan kepalanya.
"Maafkan saya pak! Saya tidak becus dengan misi ini, " ujar Andra dengan rasa penyesalan yang tiada kentara. Pimpinan itu hanya menghela napasnya dengan pasrah, "Kau sudah berusaha ... mungkin musuh kali ini lebih kuat."
Andra mengangguk, "Kalau begitu saya pergi dulu,"
Pimpinan itu menatap punggung Andra yang pergi, "Sungguh kasus memuakkan."
***
Andra kini tengah dipantai, beberapa situasi membuatnya pusing bukan kepalang. Sesuatu yang ia anggap menarik nampak menjadi boomerangnya sendiri.
Andra merasa bahwa dirinya terlalu meremehkan kasus ini, ia tidak menyangka akan jadi sesulit ini dalam menjalankannya.
"Sepertinya banyak pikiran," celetuk seseorang yang datang tiba-tiba.
Andra cukup terkejut karena kedatangan Alexa yang tiba-tiba, pemuda itu berdehem dan angkat bicara, "Yah ... begitulah."
"Hmm .. aku baru tahu seseorang sepertimu bisa mempunyai beban pikiran," kekeh Alexa, Andra yang melihat gadis itu terkekeh pun ikur terkekeh, "Kenapa tidak? Setidaknya aku masih mempunyai perasaan."
Keduanya terdiam, nampak tenggelam dalam pikiran masing-masing. Alexa menatap pemuda itu, "Untuk pernyataanmu waktu itu ..."
Andra menatap gadis itu, Alexa menundukkan kepalanya, "Aku menerimanya."
'Hanya untuk impianku', ~Alexa
Mata pemuda itu membulat, Andra memalingkan wajahnya, "Ah ... kau serius?"
'Aku melanggarnya.' ~Andra
Alexa mengangguk dan tersenyum, "Tentu ... entah kenapa aku merasa nyaman jika berada didekatmu."
'Sandiwara ini ...' ~Alexa
Andra terhenyak
'Bisakah aku merasakan bahagia saat ini?' ~Andra
Alexa mendekati pemuda itu.
'Hanya sampai tujuanku tercapai' ~Alexa
Gadis itu menjijitkan kakinya.
'Maka semuanya akan berakhir' ~Alexa
Cup!
Alexa mencium pemuda itu, Andra terbelalak karena perbuatan gadis itu. Alexa melepaskan ciuman sepihaknya dan menatap Andra dengan rona kemerahan dipipinya, "Aku juga mencintaimu."
'Maafkan aku ... jika misi ini berhasil, aku akan selalu ada disampingmu selamanya dan membuang cita-citaku, tunggulah aku ... aku berharap banyak padamu, jangan kecewakan aku ...'
Sedikitpun
***
Keduanya kini tengah menunggu sunset, dengan romantisnya Alexa menyandarkan kepalanya dibahu pemuda itu. Andra tersenyum dam hendak memegang tangan gadis itu, namun terhenti kala menyadari sesuatu.
"Kenapa dengan tanganmu?" Tanya Andra kala melihat tangan gadis itu yang terlilit perban.
Alexa menatap tangannya dan menyengir mencoba menyembunyikan kebenarannya, "Tersiram air hangat ..."
Andra ber-oh ria, meski pun ia sedikit janggal dengan luka itu, bagaimana tidak? Perban itu berdarah, secara logika apakah tersiram air hangat bisa menyebabkan keluarnya darah? Namun Andra mencoba untuk tidak memusingkan hal itu.
***
Setelah mengantar Alexa pulang, Andra langsung bergegas memasuki apartemennya. Kenapa sedari tadi tak terlihat kedua orang tuanya? Karena Andra tinggal diapartemennya sendiri.
Identitas sebagai agen sangatlah rahasia, bahkan keluar sendiri pun tidak ada yang tahu. Yang mereka tahu, Andra hanyalah pemimpin perusahaan cabang yang kini tengah ia bangun di Amerika.
Mungkin sekitar beberapa minggu lagi ia akan pulang, karena takut orang-orang akan mencurigainya. Perusahaan yang ia pimpin di Amerika tengah dijalankan oleh orang yang paling ia percayai.
Sedangkan perusahaan utama dipegang oleh ayahnya tepatnya berada di Korea, perusahaan yang akan ia pimpin kedepannya sebagai penerus setelah ia menikah. Dan tentunya pekerjaannya sebagai Spy akan di resign karena dirinya sudah berkeluarga.
Sebagai seorang mata-mata yang banyak menyimpan rahasia, Andra akan diawasi selama hidupnya karena takut mengkhianati. Dan jika itu terjadi maka dirinya akan langsung dikenai hukuman yang berat.
Bahkan mati pun bisa menjadi hukumannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments