"Kata-kata Cinta Hanyalah Omong Kosong."
"Chapter 3"
Keduanya kini tengah berada disebuah kedai, Andra dan Alexa nampak memakan makanan mereka dengan khidmat. Ketika Alexa menyelesaikan makanannya, gadis itu mulai membuka suara, "Sepertinya ada yang ingin kau bicarakan kepadaku."
Andra menatap gadis itu, "Aku hanya ingin menanyakan beberapa tentang kebakaran kemarin."
Alexa mengerutkan dahinya kala mendengar penuturan pemuda itu, "Hn? Apakah kau seorang polisi yang akan menanyakan kronologi?"
Andra sedikit tersentak, namun tidak disadari gadis itu. Pemuda itu berdehem dan kembali berbicara, "Bukan, hanya saja aku sedikit penasaran ... dan aku juga ingin tahu bagaimana kau menyelamatkan anak kecil itu."
Alexa mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti, gadis itu mengaduk minumannya dan menyeruputnya sebentar dan memulai ceritanya, "Waktu itu aku sedang ada ditoilet, saat selesai aku keluar dan melihat sekitar yang sudah dipenuhi dengan asap dan api."
Alexa menyenderkan tubuhnya, matanya memandang keluar jendela dengan pandangan yang sulit diartikan, "Aku pikir aku akan mati saat itu, aku pasrah ... namun, suara tangisan anak kecil membuatku tidak pantang menyerah, aku mencari anak itu dan menemukannya ditengah-tengah api."
"Setelah itu kami mencari jalan keluar, dan ... kau tahu sendiri kelanjutannya," ucap Alexa terkekeh kepada pemuda itu, Andra tertegun, melihat senyuman gadis di depannya membuat ia lega dan juga senang.
"Hm, apa karena kau sendiri kau akan langsung menyerah? Pasrah? Bahkan jika kulihat kau belum memiliki seseorang sebagai pelengkap hidupmu ... takdirmu masih panjang."
'Benar ... masih sangatlah panjang.'
"Dan juga ... orang yang mencintaimu dari atas sana tidak akan senang jika kau langsung menyusul mereka."
'Saat hari itu tiba ... aku yakin mereka akan bahagia.'
Alexa menatap pemuda itu dan tersenyum, "Terimakasih ... kau membuatku termotivasi untuk tetap hidup."
"Kau menganggapnya terlalu berlebihan ... haha," tawa Andra dengan canggung kala mendapat penuturan dari gadis itu.
Andra menatap gadis itu lama, entah kenapa ia merasa tidak senang kala melihat gadis itu sedih, apa karena jiwanya yang perduli dengan orang? Atau karena hal lain? Andra merasa belum menyadari suatu hal yang penting, sesuatu yang mungkin membuatnya merasa aneh namun menyenangkan.
Apa itu?
"Alexa ... bagaimana menurutmu tentang dunia ini?" Tanya Andra dengan tiba-tiba.
Gadis yang ditanya hanya terdiam, Andra memperhatikan gadis itu. Alexa menatap Andra lalu kembali menatap keluar jendela, "Dunia ya? Menurutku dunia ini penuh dengan kepalsuan ... dan juga penderitaan. Orang yang tidak bersalah pun menjadi menderita karena ketamakan orang lain ... iri, dendam, benci, semua itu ... membuat orang lain menderita ... Aku .. aku."
Alexa mengatupkan bibirnya tidak melanjutkan ucapannya lagi, gadis itu menundukkan kepalanya, "Maafkan aku ... aku harus pergi."
Gadis itu beranjak dan pergi meninggalkan Andra yang terpaku, pemuda yang ditinggalkan itu memandang gadis itu dengan tatapan yang sulit diartikan, "Apa aku salah?"
***
Alexa berjalan cepat ditrotoar, gadis itu berlari kesuatu tempat dengan napas terengah-engah. Matanya menatap lautan di depannya dengan pandangan sedih, marah dan kecewa, semuanya tercampur menjadi satu.
Alexa jatuh terduduk, gadis itu mencengkram pasir digenggamannya, air matanya terus menerus menetes tanpa henti. Tubuhnya bergetar hebat, "Maafkan aku ... hiks ... maafkan aku."
Alexa menatap lautan yang kini ada dihadapannya, gadis itu beranjak dan berjalan pelan. Langkah gadis itu nampak terseok-seok, kaki mungilnya kini menyentuh air laut itu.
'Dan juga ... orang yang mencintaimu dari atas sana tidak akan senang jika kau langsung menyusul mereka.'
Langkahnya terhenti, mata gadis itu melebar, wajahnya menunduk menatap air yang kini sudah membasahi kakinya. Alexa memundurkan langkahnya, gadis itu mengepalkan tangannya dan memandang langit dengan tatapan yang belum ia perlihatkan kepada siapa pun.
"Benar ... takdirku masih panjang."
***
Andra menghela napasnya panjang, kejadian siang tadi membuatnya selalu dihantui rasa bersalah. Andra merasa sudah mengatakan hal yang membuat gadis itu sakit, pemuda itu mengacak rambutnya frustasi.
"Ck ... seharusnya aku tidak perduli dengan hal ini," gerutu Andra, pemuda itu membaringkan tubuhnya diranjang.
"Misi ini membuatku merasakan hal yang aneh, namun bodohnya aku tidak bisa menjabarkan hal itu ... benar-benar bodoh," gumam Andra, pemuda itu menarik napasnya panjang dan mengeluarkannya kembali.
Ting'
Pemuda itu beranjak, matanya menatap ponselnya dan seketika membelalak. Dengan cepat Andra membuka laptopnya dan melakukan sesuatu, matanya dengan fokus membaca beberapa informasi yang baru saja diberikan oleh atasannya.
Daftar kemungkinan yang akan menjadi target Black Rose selanjutnya
Mr. Yuujin : tewas
Mr. Seo jin
Mr. Shu
Ny. Melle : tewas
Mr. Jun Shi :
Ny. Anna : tewas
Mr. Anha
Mr. A Shi : tewas
Andra membuka ponselnya dan mengetikkan nomor seseorang lalu menghubunginya.
Tiit ... tiit
'Ya ... sudah kau terima?'
"Apakah mereka semua memiliki hubungan?"
'Mereka adalah pembangun perusahaan Tama Corp, mereka berdelapan bekerja sama untuk mendirikan perusahaan itu, hanya itu yang aku dapatkan. Jika dipikirkan secara logika, mungkin Black Rose memiliki dendam kepada kedelapan petinggi tersebut, aku harap kau bisa menanganinya ...'
"Baiklah, terimakasih ..."
'Hn, semoga berhasil Eagle.'
Klik!
Setelah mematikan ponselnya, Andra pun mulai mencari tahu biodata dari korban dan juga calon korban. Tangan kekarnya dengan lihai mengetik guna mencari tahu kegiatan sehari-hari mereka, meski Andra menyadari bahwa tidak semua informasi akan ia dapatkan dengan mudah.
"Besok adalah acara penaikan jabatan Mr. Shu ... apakah besok tanggal mainnya?" Gumam Andra pada dirinya sendiri, pemuda itu mencoba berpikir keras. "Tapi, tidak mungkin Black Rose akan membunuh Mr. Shu ditengah keramaian, argh ....ini membuatku pusing."
Andra tidak sengaja menatap dirinya sendiri dicermin, "Ah ... sepertinya aku harus melakukan sesuatu besok."
***
"Hari ini adalah acara penaikan jabatan Mr. Shu sebagai menteri, selamat untuk anda Mr. Shu!!"
Tepuk tangan meriah diberikan dari warga kota untuk pria itu, pria yang kerap kali dipanggil dengan nama Shu pun beranjak dari kursinya dan naik keatas panggung.
"Terimakasih untuk kalian semua yang sudah mendukung saya hingga sejauh ini ... saya harap kalian bisa menerima saya dan selalu mendukung saya sampai kapan pun." Ucap Shu memberikan pidatonya.
Andra menatap sekelilingnya ditengah-tengah keramaian, kini ia tengah menyamar agar tak dikenali orang lain, mata elangnya menelisik setiap orang yang ada disekitarnya. Pandangannya terhenti kala melihat seseorang yang cukup mencurigakan, dan tak lama itu matanya membulat sempurna.
Orang misterius itu nampak mengeluarkan sesuatu di dalam jaketnya. Andra tahu, itu adalah pistol dengan merek USP. Pemuda itu diam-diam mendekati orang misterius itu, setelah dekat Andra menodongkan orang itu dengab belati perutnya tanpa sepengetahuan orang lain.
"Siapa kau ... dan apa urusanmu dengan Mr. Shu, serahkan dirimu sekarang juga ...
Black Rose."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments