"Bisa saja orang yang paling kau sayangi adalah orang yang paling pertama membuatmu menderita, benar bukan? "
"Chapter 2"
Sudah seminggu semenjak kejadian pembunuhan Mr. Yuujin, namun Andra masih belum menemukan jejak apa pun. Bahkan Andra sudah berulang kali ke TKP namun masih belum menemukan bukti apa pun.
"Ini sangatlah rumit dari perkiraanku," gumam Andra.
Pemuda itu mengusap keringatnya, kini ia tengah berada disebuah cafe.
"Ingin pesan apa?" Tanya seorang pelayan.
"Capuccino saja," pelayan itu mencatat pesanan tersebut dan mengangguk.
Andra membuka ponselnya, pemuda itu nampak memperhatikan sesuatu dilayar ponsel tersebut. Beberapa kamera dengan berukuran kecil Andra letakkan disetiap kejadian karena mungkin pelaku akan kembali kesana.
Namun, sejauh pemantauan ini tidak menemukan hasil sama sekali. Andra mendengus, entah kenapa kini ia berpikir bahwa ia merasa bodoh hanya karena kasus seperti ini, dirinya merasa dipermainkan.
"Ini pesanan anda, silahkan dinikmati," ucap seseorang dengan dingin, Andra mendongak, mata elangnya menatap punggung seorang gadis yang baru saja mengantar pesanannya.
Andra merasakan sesuatu yang aneh, sebuah aura yang cukup menusuk. Pemuda itu memperhatikan seorang gadis yang kini sedang melayani para pelanggan. Matanya menangkap tag name yang terpampang dibaju gadis itu.
Alexa
*Meanwhile*
"Psstt ... hei Alexa, kulihat pemuda itu terus memperhatikanmu," ucap seorang gadis yang bernama Nina kepada gadis itu.
Gadis yang bernama Alexa pun menatap Andra yang kini diam-diam menatapnya, "Hn, orang aneh."
"Kau ini, siapa tahu dia terlibat jatuh cinta pada pandangan pertama kepadamu," goda Nina kepada gadis itu, Alexa mengangkat sebelah alisnya dan mendengus, "Sayangnya aku tidak tertarik dengan hal itu."
Alexa pun pergi melanjutkan pekerjaannya, Nina memanyunkan bibirnya karena merasa diabaikan. Namun, karena ia memiliki kesabaran yang melebihi batas membuatnya cukup bersabar untuk berteman dengan gadis itu.
"Kebakaran! Cepat keluar dari sini." Teriak salah satu pegawai yang ada disana.
Andra yang mendengar hal itu langsung panik, pemuda itu berdiri dan membantu untuk mengevakuasi orang yang ada disana. Api yang berasal dari dapur mulai membesar dan menyebar ke seluruh penjuru ruangan.
Andra keluar dari sana kala tidak mendapati orang lagi di dalam sana. Matanya menatap seorang gadis yang kini tengah menangis meraung-raung, dan meneriakkan nama seseorang.
"Alexa!!! Tuan ... dia masih di dalam sana," teriak Nina panik, Andra menatap kobaran api itu.
Namun, tak lama kemudian mereka yang ada disana terkejut kala melihat Alexa yang keluar dari kobaran api itu sambil menggendong seorang anak kecil. Cukup banyak luka disekujur tubuh gadis itu, nampak kedua orang tua dari anak itu memeluk anak kecil itu dengan erat sambil berterimakasih pada Alexa.
Alexa tersenyum dan mengangguk.
Grep!
Alexa hampir saja terjungkal karena mendapatkan pelukan tiba-tiba, Nina memeluk dirinya sambil menangis keras. "Kupikir kau gosong di dalam sana dan menjadi daging panggang ... aku bersyukur kau tidak apa-apa."
Alexa tersenyum, "Maaf membuatmu khawatir."
Petugas pemadam kebakaran dan ambulance pun sampai ditempat kejadian, Alexa mendudukan dirinya disebuah bangku dan menatap para petugas yang kini tengah mengevakuasi para korban.
"Kau baik-baik saja?" Tanya seseorang kepada gadis itu, Alexa mendongakkan kepalanya.
"Hm .. ya, hanya luka sedikit," jawab Alexa dengan sedikit canggung.
Andra, pemuda itu menatap luka -luka yang didapatkan Alexa, pemuda itu menatap wajah Alexa dan tersenyum tipis, "Kau cukup berani, mungkin jika gadis lain sepertimu melakukan hal itu ... mereka akan ketakutan."
"Aku juga takut ... namun, aku lebih takut lagi jika kedua orang itu kehilangan anaknya," lirih Alexa sembari menatap ketiga orang yang tengah berkumpul.
"Bolehkah aku tahu namamu?" Tanya Andra, Alexa tersentak, "Alexa."
"Baiklah ... perkenalkan namaku adalah Andra, senang berkenalan denganmu, kau tahu? Kau cukup mengesankan hari ini." Puji Andra, Alexa memalingkan wajahnya, "Terimakasih."
"Ah ... aku kira kau orang yang dingin, namun sepertinya sangat menyenangkan jika berhadapan denganmu langsung." Ujar Andra, Alexa mendengus, "Jangan mengenali seseorang dari luarnya saja ... namun dalamnya juga, sepertinya aku harus pulang ... melihat tempat ini terbakar membuatku harus mencari tempat kerja yang lain."
"Kau yakin? Dengan luka seperti itu? Sebaiknya kau merawat luka itu terlebih dahulu ... bagaimana jika keluargamu melihatnya nanti?" Saran Andra, jujur pemuda itu cukup prihatin dengan luka yang di dapat oleh Alexa.
Alexa tersenyum, "Tidak akan ada yang mengkhawatirkan aku, mereka semua sudah tiada."
Andra tertegun, pandangannya terus menatap Alexa yang berjalan menjauh. Entah kenapa ia merasa bersalah dengan ucapannya sekaligus penasaran dengan gadis itu. "Hah ... aku harap bisa bertemu denganmu lagi."
*** Keesokan Harinya ***
Seorang pemuda nampak memejamkan matanya menikmati udara pagi, angin berhembus menggoyangkan rambut panjangnya. Andra membuka matanya, entah kenapa ia merasakan sebuah ketenangan yang indah.
"Hah ... andai kehidupanku normal, pasti akan sangat menyenangkan," gumam Andra, pemuda itu menghela napasnya panjang, "Black Rose, siapa kau? Kau membuat semuanya menjadi rumit, bahkan aku pun kelimpungan untuk mengungkap siapa dirimu."
Andra mendongak, pemuda itu menatap langit biru dengan pandangan yang sulit diartikan siapa-pun, "Apakah aku akan berhasil kali ini? Aku akan menemukanmu ... siapa pun itu aku pasti akan menemukanmu."
***
Andra kini tengah berjalan-jalan santai ditaman kota, pemuda itu memperhatikan anak-anak yang dengan senangnya bermain. Melihat wajah senang itu membuat Andra ikut tersenyum, senyuman yang jarang ia perlihatkan.
Andra merasakan sebuah ketenangan kala melihat mereka yang tersenyum, seolah-olah tidak ada beban yang membebani mereka. Andra menyukai hal itu, pemuda itu ingin sekali melihat betapa bahagianya mereka.
Karena hal itu
Bisa membuatnya
Bahagia ...
Andra ingin menyenangkan orang yang ada disekitarnya, tanpa ada rasa sakit dan kesedihan yang mendalam, tanpa ada penderitaan yang terpendam, tanpa ada kesepian, Andra ingin menghapus itu semua.
'Tidak akan ada yang mengkhawatirkan aku, mereka semua sudah tiada'
Langkah pemuda itu terhenti, ingatan itu tiba-tiba datang ke kepalanya. Andra menggelengkan kepalanya berulang kali berusaha menghapus ingatan tersebut, dia tidak ingin apa pun itu menganggu misinya.
Namun, Andra tidak bisa tahan dengan kesedihan yang dilihatnya sekilas itu. Entah kenapa Andra ingin menghapusnya, Andra mengepalkan tangannya kuat, 'Ingat Andra, fokus pada misimu ... jangan memikirkan hal yang tidak berguna itu.' Batin pemuda itu.
"Kau seperti orang aneh," ucap seseorang membuat pemuda itu tersentak.
Alexa kini berdiri dihadapannya dengan pandangan datar, "Apa kau sakit kepala? Kulihat kau selalu menggelengkan kepalamu ... lihat? Kau jadi pusat perhatian sekarang karena kelakuan anehmu."
Andra menatap sekitarnya sekejap dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Ah ... bukan itu, aku hanya ..."
Alexa masih menunggu jawaban pemuda itu, namun yang ia dapatkan hanyalah perkataan yang menggantung dan tidak jelas, "Hmm? Sepertinya kau memang tidak sehat."
Andra menghela napasnya panjang, "Maaf, sepertinya aku kurang fokus. Ah ya ... kenapa kau ada disini?"
"Mencari sesuatu yang menarik ..." jawab Alexa singkat, keduanya masuk dalam suasana keheningan.
"Sepertinya tidak ada perlu lagi ... aku pergi," ujar Alexa memecah keheningan dan mulai melangkah pergi.
"Tunggu ... bisa kau menemaniku sejenak? Mungkin kita bisa makan siang disalah satu kedai?" Tawar Andra, Alexa nampak menimang-nimang permintaan pemuda itu, "Ok .. kau yang mentraktir."
"Baiklah."
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments