MY ADELINE
"Kalau kamu tak mau ikut denganku, sebaiknya kita putus saja!" ucap Derby ketika Adeline tak mau ikut dengannya untuk kuliah di Negara Jerman, tepatnya di Kota Munich.
"Tapi, kedua orang tuaku pasti tak akan mengijinkan. Aku tak pernah jauh dari mereka," ucap Adeline.
"Apa kamu itu anak Mami hah?!" ucap Derby dengan nada yang dinaikkan satu oktaf.
"Tentu saja aku anak Mommy ku. Masa aku anak tetangga," jawab Adeline polos.
Derby berdecak kesal. Ia awalnya hanya ingin membuktikan pada teman temannya bahwa ia bisa menjadikan Adeline sebagai kekasihnya selama satu bulan, tapi kini ia malah terjerat hampir tiga bulan. Bukan apa apa, tapi karena Derby merasa Adeline merupakan gadis penurut dan bahkan rela mengeluarkan uang untuknya.
Ia mulai berpikir, jika ia bisa kuliah di Munich dengan biaya orang tuanya, maka untuk akomodasi bisa meminta pada Adeline. Gadis itu memang terlalu polos dan mudah sekali dimanfaatkan oleh Derby.
"Kalau begitu kita putus saja. Kamu tetaplah di sini, aku akan kuliah di Munich," ucap Derby.
"Aku ikut. Aku akan mencoba meyakinkan kedua orang tuaku. Aku yakin aku pasti bisa. Tenang saja, aku pasti akan kuliah di Munich juga bersamamu. Jadi, jangan putuskan aku, okay," pinta Adeline.
"Baiklah, pegang janjimu! Kalau kamu tidak ikut bersamaku, itu berarti kita putus. Mengerti?!"
Adeline menganggukkan kepalanya. Derby adalah kekasih pertamanya dan pria itu juga adalah cinta pertamanya sejak masih SMP, meskipun mereka baru menjalin hubungan selama tiga bulan.
*****
"Apa?! Kuliah di Munich? Untuk apa kamu kuliah di sana? Di sini juga banyak universitas bagus. Kalau kamu tidak suka di sini,kamu bisa keluar kota. Tapi kalau keluar negeri, Mommy tidak akan mengijinkan," ucap Kimberly.
"Mom, ayolah!"
"Sekali Mommy bilang tidak, tetap tidak!"
Anthony yang baru pulang dari Anlee Group menautkan kedua alisnya ketika mendengar perseteruan antara ibu dan anak di ruang keluarga.
"Ada apa ini, hmm? Mengapa kalian bertengkar?" tanya Anthony.
Melihat kedatangan Anthony, Adeline langsung mendekat dan melingkarkan tangannya di lengan Ayahnya itu.
"Dad, aku mau kuliah di Munich. Boleh ya?" pinta Adeline.
Anthony mengajak putrinya itu duduk terlebih dahulu di sofa ruang keluarga itu, sementara Kimberly masuk ke dapur untuk membuatkan segelas teh hangat untuk suaminya.
"Sekarang katakan pada Dad, apa yang kamu ucapkan tadi."
"Dad, aku ingin kuliah di Munich."
"Munich? Untuk apa kamu kuliah di sana? Apakah universitas di sini kurang bagus?" tanya Anthony.
"Bukan begitu, Dad. Sebenarnya aku ingin belajar mandiri," jawab Adeline berbohong. Ia tak mungkin mengatakan pada ayahnya bahwa ia ingin kuliah di Munich karena ingin bersama dengan kekasihnya. Ia sangat yakin seribu persen kalau ia akan dilarang pergi jika mengatakan hal itu.
"Dad senang kamu ingin belahar mandiri, tapi bukan berarti kamu harus pergi sejauh itu," ucap Anthony.
Bagi Anthony, Adeline selalu menjadi putri kecilnya dan sangat sulit baginya untuk berpisah.
"Tapi Dad .... Tolong izinkan aku. Aku berjanji akan belajar dengan giat. Aku hanya tak mau jika aku selalu berada di dekat Dad, maka aku akan selalu mencari Daddy dan Mommy. Aku benar benar ingin mandiri, Dad."
Anthony menghela nafasnya pelan. Ia masih diam dan tampak berpikir, apa yang harus ia katakan pada putri kecilnya ini.
"Kamu tega meninggalkan Daddy dan Mommy?" tanya Kimberly yang baru datang dari dapur sambil membawa nampan yang berisi secangkir teh hangat.
"Daddy dan Mommy kan masih memiliki Kak Aiden. Ia juga sudah memiliki kekasih yang mungkin akan segera ia nikahi. Jadi, Daddy dan Momny akan memiliki seorang putri lagi untuk menemani, sementara aku pergi belajar mencari ilmu setinggi awan," jawab Adeline.
"Kamu ini selalu saja mencari alasan yang banyak," ucap Kimberly.
"Aiden baru menjalin hubungan, tak mungkin tiba tiba menikah. Mereka perlu waktu untuk saling mengenal lebih dalam," ucap Anthony.
"Ayolah, Dad. Izinkan aku," ucap Adeline merajuk.
"Mommy tetap tidak setuju!"
"Mommy jahat! Bukankah Mommy dulu juga kuliah di luar negeri? Mengapa sekarang aku tidak boleh?" Adeline pun bangkit dari duduknya dan berlari ke kamar tidurnya. Ia menutup pintu serta menguncinya.
Ia sedih dan menangis, bukan karena gagal membujuk kedua orang tuanya, tapi karena ia yakin Derby akan memutuskan hubungan mereka jika Adeline tak ikut dengannya ke Munich.
Sementara itu di ruang keluarga,
"Kamu lihat itu, sayang? Sepertinya kita terlalu memanjakannya, hingga ia merasa kita harus menuruti semua keinginannya," ucap Kimberly sambil duduk di sebelah Anthony.
Cuppp
Anthony mendaratkan sebuah ciuman ke bibir Kimberly. Ia selalu romantis dan lembut sejak dulu. Tak pernah sekalipun ia lupa melakukannya, membuat Kimberly berkali kali selalu jatuh cinta pada pria di sampingnya ini.
"Bagaimana kalau kita memberikan satu kesempatan padanya?" tanya Anthony.
"Dengan membiarkannya pergi jauh?"
"Setiap orang berhak akan sebuah kesempatan. Kamu tidak perlu khawatir, aku akan menitipkannya pada sahabatku. Kamu ingat Ethan bukan?"
"Hmm ... Tenty saja aku mengingat mereka. Apa kamu yakin mereka akan menerima Adeline?" tanya Kimberly.
"Ethan tak mungkin menolak. Kedua orang tuanya adalah sahabat orang tuaku. Mereka juga dulu menitipkan Ethan saat Ethan kuliah di New York," jawab Anthony.
"Kalau bersama mereka, aku akan mempertimbangkan. Tapi kalau Adeline tinggal seorang diri, aku tak akan pernah menyetujui," ujar Kimberly.
"Aku mengerti. Ia masih terlalu kecil untuk pergi jauh dari kita. Aku akan berbicara lagi dengannya. Sekarang biarkan ia tenang dulu," ucap Anthony.
"Baiklah."
Malam itu, Anthony, Kimberly, Aiden, dan Adeline, makan malam bersama dalam kondisi hening. Tak ada seorang pun yang memulai pembicaraan karena semua seakan sibuk dengan pikirannya masing masing.
Anthony terus memperhatikan kedua buah hatinya itu. Malam ini, ia akan berbicara lagi dengan Adeline dan besok ia akan berbicara dengan Aiden. Dari raut wajah Aiden, Anthony menangkap raut berbeda. Putranya itu tak sebahagia kemarin kemarin.
*****
Tokkk tokk tokk ...
"Sayang, boleh Daddy masuk?" tanya Anthony.
"Masuklah, Dad," jawab Adeline yang masih duduk di atas tempat tidurnya. Ia masih memegang ponsel miliknya karena sedari tadi Derby belum membalas pesan yang ia kirimkan.
Anthony masuk dan melihat wajah sendu putrinya. Ia tahu putrinya pasti terus memikirkan masalah ini karena saat makan malam pun tak ada satu kata yang terucap dari bibirnya.
Anthony menghampiri Adeline dan duduk di tepi tempat tidur. Ia menatap putri bungsunya itu dengan lembut dan sayang.
"Kamu yakin ingin pergi ke Munich?"
"Yakin, Dad," jawab Adeline.
"Dad dan Mom akan mengijinkan, tapi ada syaratnya."
🧡 🧡 🧡
Halo Kakak semua, ini cerita sequel dari "Separuh Jiwaku". Sebenarnya ada satu lagi, tapi masih dalam tahap review editor, soalnya itu merupakan misi kepenulisan, tentang Aiden - kakaknya Adeline.
Berhubung cerita One dan Nala sudah mau selesai, jadi aku siapin novel ini sebagai penggantinya. Selama proses beberapa last episode One dan Nala, aku slow update untuk yang ini 😆.
Terima kasih ya kakak semua sudah menyempatkan membaca. I luph u all to the moon, the star, and the sun (ini maksudnya dari malam berganti siang pun, aku selalu berterima kasih pada kakak semua). Tanpa kalian, aku bukanlah siapa siapa. 🧡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Ita rahmawati
baca ini juga 😁
2024-05-11
0
StAr 1086
lanjut yang ini....
2023-10-26
0
Bilal Muammar
mampir kak.....i love u full jga buat kakak author....semangat berkarya ya kak....💪💪
2023-06-22
1