"Reyn, apa kamu tak ingin memimpin Perusahaan Keluarga Frederick?" tanya Ethan pada putra sulungnya itu. Meskipun Reyn adalah putra adiknya, tapi ia akan selalu menganggap Reyn sebagai putra kandungnya. (Baca : Love in Revenge)
"No, Dad. Thank you. Sebaiknya jabatan itu diberikan pada Rafael saja nanti. Aku ingin mengajar saja," jawab Reyn saat mereka makan pagi bersama.
Usia Reyn baru memasuki dua puluh tiga tahun, tetapi ia sudah mendapatkan gelar master dalam bidang bisnis manajemen. Ia bahkan sedang mengambil gelar S3 sambil mengajar di universitas yang sama.
"Kamu tidak mau memikirkannya lagi? Kamu cerdas Reyn dan itu bisa digunakan untuk kemajuan perusahaan," ucap Ethan yang masih berusaha membujuk putranya itu.
"Daddy mu benar, Reyn. Tidak ada salahnya mencoba bukan?" ucap Alvin yang merupakan Ayah dari Ethan.
Ethan dan Queen tak pernah pindah dari rumah keluarga Frederick. Bukan Ethan yang tak mau, tapi justru Queen lah yang ingin tetap di sana. Ia merasa memiliki orang tua jika tinggal di sana dan ia juga tak ingin kedua mertuanya itu merasa kesepian, seperti dirinya saat tinggal di panti dulu.
Reyn menggelengkan kepalanya, "Sebaiknya Daddy menunggu sekitar delapan atau sembilan tahun lagi, Rafael pasti sudah siap saat itu. Daripada Daddy hanya diam di rumah dan mengganggu Mommy, lebih baik Daddy bekerja."
Hal itu sontak membuat Diva dan Queen tertawa renyah. Reyn selalu tahu bagaimana cara membuat Ethan diam tak berkutik, dan malah berbalik kesal.
"Ya sudah, ya sudah. Daddy akan tetap bekerja," ungkap Ethan sambil mencebik dan menyuapkan sarapannya ke dalam mulut.
Reyn yang selesai sarapan, langsung pergi ke Universitas. Ia mendapatkan jadwal mengajar di siang hari, tapi ia harus menyelesaikan beberapa hal terkait kuliahnya sendiri.
Di universitas, siapa yang tak mengenal seorang Reynzo. Ia dikenal sebagai sosok dosen yang tampan dan cerdas. Para gadis menggilainya, bahkan tak sedikit yang langsung menggodanya. Namun, tak pernah sekalipun Reyn mempedulikan mereka. Ia benar benar fokus belajar dan juga mengajar.
"Selamat pagi, Mister," sapa salah seorang mahasiswi. Selama perjalanan dari area parkir sampai ke ruangannya, sapaan untuknya tak pernah berhenti. Ia bahkan hanya bisa membalasnya dengan tersenyum tipis.
*****
"Tinggal bersama sahabat Daddy?" tanya Adeline sekali lagi untuk memperjelas jawaban ayahnya tadi.
"Ya."
"Tidak mau," Adeline melipat kedua tangannya di depan dadda. Jika ia tinggal di tempat sahabat Dad Anthony, tentu tak akan mudah untuk pergi pergi dengan Derby. Sahabat ayahnya itu pasti akan melaporkan setiap aktivitasnya.
"Kalau kamu tidak menyetujuinya, maka maafkan Dad. Dad tidak dapat menyetujuinya. Jadi kamu sebaiknya kuliah di sini saja. Mommy juga setuju kamu kuliah di Munich jika kamu tinggal di tempat sahabat Daddy," ucap Anthony.
Adeline tampak berpikir keras. Ia mengalami dilema dalam mengambil keputusan.
Tidak apa aku tinggal dengan sahabat Daddy terlebih dulu, setidaknya mereka menyetujui aku kuliah di sana. Selain itu, Derby tak akan memutuskan hubungan kami. Di sana nanti baru kita pikirkan lagi cara keluar dari rumahnya. - batin Adeline.
"Baiklah, Dad. Aku setuju," ucap Adeline.
"Kalau begitu, Dad akan mengabari sahabat Daddy dan mengurus semua keperluanmu di sana."
"Tapi aku mau masuk Universitas M," pinta Adeline.
"Jurusan?"
"Bisnis Manajemen," jawab Adeline.
"Baiklah. Sekarang jangan menangis atau cemberut lagi. Putri Daddy yang cantik harys selalu tersenyum, okay?"
"Okay, Daddy. Thank you so much."
"You're welcome, Sweety," Anthony mengusap pucuk kepala putrinya, kemudian keluar dari kamar. Ia harus segera menghubungi Ethan dan memonta bantuannya.
*****
"Bagaimana? Apa kamu sudah mengambil keputusan?" tanya Derby ketika mereka berada di kantin sekolah.
"Ya, aku akan ikut ke Munich."
"Akhirnya orang tuamu mengijinkan, kalau begitu kita tidak jadi putus. Oya, belikan aku makanan, lin. Aku lapar sekali. Dompetku tertinggal di kelas," ucap Derby.
"Kamu mau makan apa? Aku akan membelikannya," ycap Adeline.
"Steak saja, medium well. Jangan sampai salah!" perintah Derby.
Adeline pun mengangguk dan Derby pun tertawa ketika sudah melihat Adeline pergi membelikannya makanan.
Beberapa sahabat Derby datang menghampirinya di kantin. Mereka duduk di sebelah, dan juga di depan Derby.
"Wow, kamu benar benar hebat, Der! Aku salut padamu. Adeline begitu penurut!"
"Tentu saja, siapa dulu ... Derby!"
"Lalu, apa dia akan ikut ke Munich bersamamu?"
"Ya, ia telah diijinkan oleh orang tuanya," jawab Derby.
"Benar benar berita bagus! Kamu akan menyelesaikannya di sana?"
"Ya, kita akan bersenang senang di sana! Kamu tahu kan kalau Adeline itu putri pemilik Anlee Group, sudah pasti uangnya juga banyak. Kita bisa pesta terus di sana," ujar Derby.
"Apa kamu akan menjadikannya kekasih terus?"
"Tentu saja tidak! Aku akan segera membuangnya ketika aku mendapatkan semuanya."
"Semuanya? Jangan jangan maksudmu ...."
"Ya, seperti yang kamu pikirkan."
"Kamu yakin Der akan melakukan itu?"
"Tentu saja, tapi sebelumnya aku akan meminta banyak uang terlebih dahulu. Tenang saja, kalian juga bisa menikmati dirinya bersama sama dengan aku," ujar Derby.
"Wuhuuu, ternyata sahabatku ini suka beramal. Aku suka kalau begitu dan aku tidak sabar ikut merasakannya juga."
Mereka pun segera mengalihkan topik pembicaraan ketika melihat Adeline tengah menghampiri mereka sambil membawa nampan berisi steak milik Derby.
"Ini makan siangmu, Der," ucap Adeline.
"Tunggu, aku periksa dulu," Derby mengambil garpu dan pisau kemudian mulai memotong daging tersebut. Ia mencebik kesal ketika melihat tingkat kematangan yang tidak sesuai dengan permintaannya.
"Aku tidak mau! Tadi kan aku bilang medium well, kenapa jadi well done!" ujar Derby kesal.
"Ya sudah jangan marah, aku akan memesankannya lagi," Adeline pun kembali pergi. Sahabat sahabat Derby yang ada di sana langsung melahap steak yang tadi dibawakan oleh Adeline.
"Kamu memang sahabat sejati kami, Bro!"
"Tentu saja! Aku bahkan akan membagi kekasihku pada kalian, apalagi hanya makanan. Jangan pernah meragukan pertemananku," ucap Derby dengan percaya diri.
Ia tersenyum saat Adeline masih berada di salah satu stand steak yang ada di kantin sekolah mereka.
"Aku pastikan ia akan merasakan kenikmatan sebelum aku membuangnya!" gumam Derby dengan senyum sinis di wajahnya.
🧡 🧡 🧡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Patrish
kurang ajar si derby... jangan harap ya.... 😡😡😡
2025-01-18
0
Alexandra Juliana
Issshhh si Derby tipe2 laki mokondo..Adeline juga tutup mata saja krn bucin pdhl dia cuma dimanfaatin saja..
2024-08-13
0
Ita rahmawati
kok tuh cwe ogeb bgt,,gk ada yg ngawadin tah anak orkay 🤣
2024-05-11
0