Mengejar Cinta Fatimah
Bab 1
Afif Abizar memiliki arti suci berbudi luhur, tambang emas yang menyebarkan. Terlahir dari pasangan Azhar Riswan dan Anjani Anggraini.
Kehadiran Afif Abizar yang mereka panggil dengan sebutan Afif menambah kebahagiaan di antara mereka. Sesuai dengan arti nama Abizar tambang emas yang menyebarkan, membuat kehidupan ekonomi pasangan itu semakin baik dan meningkat.
Perusahaan Azhar menjadi perusahaan terbesar di negaranya. Bahkan, perusahaannya sudah berkembang pesat dengan mempunyai beberapa cabang di luar daerah, sampai melebarkan sayap ke negara lain.
Begitu juga dengan Anjani, pekerjaannya di bidang desainer juga sangat berkembang, dan terkenal sampai ke mancanegara. Namun, karena kesibukan mereka mengumpulkan harta kekayaan, membuat mereka melupakan sosok Afif Abizar buah hati dari cinta mereka.
Waktu terus berlalu, sampai Afif duduk di kelas enam. Saat ini mereka sedang berada di meja makan untuk sarapan.
"Pah, Mah, jangan lupa hari ini ada acara di sekolah Afif" ucap Afif sambil memasukkan sepotong roti yang di olesi selai coklat. Tentu saja roti yang di makannya buatan dari sang Bibi, yang selama ini merawatnya.
Azhar dan Anjani saling tatap.
"Hari ini Mamah ada tamu dari luar negri, dan Mamah yang harus menemuinya," tegas Anjani sambil melirik jam branded di pergelangan tangannya.
Azhar menghela napas, sambil meletakkan sendok dan garpunya.
"Hari ini Papah juga ada meeting," tegas Azhar, sambil menyesap jus orangenya.
Anjani menarik napas kasar.
"Mang Sardiii ... Bi Rina ....!" Teriak Anjani.
Tampak dua orang setengah baya berlari tergopoh-gopoh, mendekati meja makan dengan napas yang tersengal.
"A-ada apa Nyonya?" Tanya Mang Sardi, sambil mengatur napasnya.
"Seperti biasa, kalian hari ini ke sekolah Afif!" Tegas Anjani sambil membuka tasnya, dan mengambil lima lembar uang ratusan dari dompetnya. Akan tetapi, belum sampai Anjani memberikan uangnya kepada Mang Sardi, tiba-tiba....
Brak....
Afif menggebrak meja sambil berdiri, dengan wajah memerah penuh amarah, membuat mereka semua terkejut.
"Afif, apa yang kamu lakukan?" Bentak Azhar, menatap tajam Afif.
Afif tidak menjawab, dia langsung berlari meninggalkan meja makan.
"Afifff ....!" Teriak Azhar, berniat untuk mengejar Afif.
"Maaf Tuan, biar saya saja yang mengejar Tuan Muda" ucap Bi Rina sambil menunduk.
"Pergilah! ajari anak itu sopan santun,!" perintah Azhar, dengan wajah memerah dan rahang wajah yang mengeras.
Bi Rina mengangguk, dan segera menyusul Afif ke kamarnya.
"Saya permisi Tuan, Nyonya" pamit Mang Sardi, yang di jawab anggukkan oleh Anjani.
"Jangan terlalu keras dengan Afif, dia anak kita satu-satunya," ucap Anjani, menatap tajam Azhar.
"Kamu sebagai ibu tidak becus mendidiknya!" bentak Azhar.
Mendengar perkataan Azhar, Anjani langsung berdiri sambil mensejajarkan tubuhnya dengan Azhar.
"Kalau aku tidak becus sebagai Ibu, bagaimana dengan kamu sebagai Ayahnya?" Anjani ikut membentak sambil menunjuk dada Azhar.
"Dasar wanita keras kepala!" Azhar berkata, sambil berlalu meninggalkan Anjani.
"Dasar Lelaki egois!" ucap Anjani penuh amarah, dan berlalu juga meninggalkan meja makan.
Sementara di dalam kamar, tampak Bi Rina yang duduk di tepi ranjang, di samping Afif yang sedang terisak sambil menyembunyikan wajahnya di antara kedua lutut yang di tekuk dengan kedua tangannya di atas lutut. Tampak punggungnya yang berguncang dan terdengar isakan yang memilukan.
"Tuan Muda" panggil Bi Rina mengusap lembut punggung Afif.
Afif mengangkat wajahnya, menatap sendu Bi Rina.
"Semua orang menganggap jika kehidupanku sangat sempurna, akan tetapi mereka tidak mengetahui betapa tersiksanya aku bi," ucap Afif dengan suara parau.
Bi Rina berusaha tersenyum, walaupun hatinya sangat pilu melihat keadaan Afif, melihatnya mengingatkan dia dengan anak lelakinya yang sudah tiada.
"Tidak semua orang harus mengetahui kesedihan kita," ucap Bi Rina mencoba menguatkan Afif.
"Masalah yang Tuan Muda hadapi sekarang adalah pembelajaran hidup, lelaki tidak boleh cengeng harus kuat, karena Lelaki adalah calon pemimpin," ucap Bi Rina lagi, sambil menangkup wajah Afif dan menghapus air matanya.
"Jangan pernah berharap dengan orang lain , karena tidak semua orang peduli kepada kita, hanya kita yang bisa menyemangati dan merubah hidup kita sendiri" Bi Rina kembali berkata, sambil membelai dan mencium lembut puncak kepala Afif.
Afif terdiam tidak menjawab, dia hanya membenamkan wajahnya di pelukan hangat Bi Rina
***********"***
Fatimah Assyifa Khairunnisa mengandung arti wanita sebagai alat penawar adalah sebaik-baiknya wanita. Anak bungsu dari Ulama besar yang bernama Haji Maulana Yusuf di salah satu pesantren ternama di kotanya, dan ibunya yang bernama Zahira Kulsum, yang lebih di kenal dengan Umi Zahira.
Fatimah kecil yang periang dengan wajah cantik dan imutnya mampu menghipnotis setiap orang yang menatapnya. Belajar dan mengaji adalah kegiatannya dari balita, sehingga dia tumbuh menjadi seorang gadis cerdas, cantik dan soleha. Dan karena kecerdasannya dia pun mendapat beasiswa untuk kuliah di Universitas Al Azhar yang berada di Kairo.
**************
Waktu terus berlalu, sampai akhirnya Fatimah di nyatakan lulus sebagai Mahasiswi terbaik dengan IP tertinggi.
Hari ini adalah kepulangan Fatimah ke tanah air. Saat menapakkan kakinya di Bandara, dengan perasaan bahagia dan senyum yang selalu menghiasi wajahnya, Fatimah yang di dampingi kedua kakak laki-lakinya di sambut hangat oleh oleh Abi, Umi, dan kakak perempuannya yang bernama Salma.
Fatimah langsung menyalami dan menghambur ke pelukan mereka.
"Assalamualaikum Abi, Umi, Kak Salma" ucap Fatimah dengan senyum bahagia.
"Alhamdulilah, anak Abi akhirnya pulang juga ke tanah air," goda Haji Maulana, sambil mengelus lembut kepala Fatimah yang terbungkus jilbab coklat senada dengan gamis yang di gunakannya.
"Ish Abi, Fatimah ke Kairo itu untuk menuntut ilmu" jawab Fatimah, sambil mengerucutkan bibirnya.
"Sudah Abi, jangan menggoda Fatimah terus, ayo kita pulang! Umi sudah masak banyak makanan kesukaanmu" Umi Zahira berkata sambil memeluk lengan Fatimah.
"Terimakasih Umiku yang cantik," sebuah kecupan mendarat di pipi Umi Zahira.
Senyumpun merekah di bibir mereka semua, dengan langkah penuh kebahagiaan mereka meninggalkan Bandara.
Di dalam mobil, mereka saling berbagi cerita dan kerinduan, gelak tawa menghiasai obrolan mereka, sampai tiba-tiba....
Cittt....
Terdengar suara berdecit, akibat gesekan yang keras dari ban mobil yang menyentuh aspal, karena rem yang mendadak berhenti. Keluarga Fatimah terkejut dengan apa yang terjadi.
"Ada apa Ham?" Tanya Haji Maulana, kepada putra sulungnya yang bertugas menyetir mobil
"Itu Abi, ada motor yang tiba-tiba nyalip" ucap kakak sulung Fatimah, yang bernama Ilham sambil menunjuk ke arah lelaki muda berambut gondrong, dengan sebuah motor gede dalam posisi jatuh di atas aspal.
Lelaki muda berambut gondrong itu langsung berdiri sambil membuka helmnya, terlihat wajahnya yang penuh amarah.
"Hai, turun loe semua!" Ucap Lelaki gondrong itu sambil menggebrak kencang bagian depan mobil.
Arman kakak lelaki kedua dari Fatimah pun langsung melepaskan safety belt nya, dan segera membuka pintu. Tentu saja membuat mereka panik, karena mereka sangat mengetahui bagaimana emosi Arman. Mereka semua segera turun menyusul Arman.
"Eh, yang sopan dong! Main gebrak mobil orang sembarangan aja!" ucap Arman tak kalah sengit.
"Gil* loe ya,! sudah jelas loe yang salah, tuh loe lihat motor kesayangan gue! loe lihat nie luka-luka di wajah sama badan gue!" teriak lelaki berambut gondrong itu, sambil menunjuk ke arah motornya yang tergeletak di jalan raya, luka di wajah, lengan dan kakinya.
"Jalur kami sudah benar, kamu yang main nyalip sembarangan,!" ucap Arman tak mau kalah.
Tiba-tiba lelaki berambut gondrong itu mencengkeram kemeja Arman, yang membuat Umi Zahira dan Salma menjerit ketakutan dan saling berpelukan. Sedangkan Fatimah menatap lekat lelaki itu.
"Hai mas, jangan kasar dong,!" ucap Ilham, menarik tangan lelaki berambut gondrong itu dari kerah kemeja Arman.
"Loe berdua mau main keroyokan? Gue ga takut,!" teriak lelaki gondrong yang terus mencengkeram kuat kemeja Arman, dan menatap tajam Ilham.
Haji Maulana menggelengkan kepalanya sambil mengucap istighfar.
"Anak muda, bisa tolong lepaskan tanganmu dulu? Kita bisa membicarakan ini baik-baik" suara yang penuh wibawa membuat Lelaki itu terdiam dan menatap segan ke arah haji Maulana, dan langsung melepaskan tangannya dari kerah kemeja Arman.
Arman mendorong kasar lelaki berambut gondrong itu, karena dorongan yang tiba-tiba membuat lelaki itu kehilangan keseimbangannya, sehingga terhuyung ke belakang dan....
Bug....
Aduh....
Mereka semua kaget, karena tubuh Lelaki gondrong itu menabrak Fatimah yang saat itu berniat untuk melihat keadaan motor kepunyaan lelaki itu.
"Astaghfirullah Fatimah,!" seru Umi Zahira dan Salma bersamaan.
Mereka langsung menghampiri Fatimah yang tubuhnya tertindih belakang tubuh lelaki berambut gondrong itu.
"Kurang ajar!" Arman langsung menarik lelaki berambut gondrong itu dan menghajarnya. Namun, lelaki itu tidak tinggal diam. Dia langsung mambalas pukulan Arman, sehingga adu jotos pun tidak bisa di hindari.
Umi Zahira dan Salma membantu Fatimah. Haji Maulana dan Ilham berusaha melerai perkelahian antara lelaki berambut gondrong dan Arman, sampai akhirnya....
Bug....
***********
Siapakah lelaki muda berambut gondrong itu?
Apakah ini awal pertemuan Fatimah dan Afif?
Alhamdulillah ini novel kelimaku, semoga ceritanya bisa menghibur kalian🥰
Jujur novel terinspirasi dari wajahnya Abidzar Al Ghifari, putra dari mendiang Ustadz Jefri Al Buchori. Semoga novel ini menarik untuk kalian baca🤗.
Afif Abidzar
Fatimah Assyifa Khorunissa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Lena Laiha
kasian afif ya kalau gini mah.
btw hadir terlambat nih aku. 😁😁 maaf ya kak, kemarin tiba-tiba ada kendala.
2023-06-18
1
Swadeekhab
🌹🌹 biar makin semangat
2023-06-18
1
Muda Anna
Fat hadir kk, semangat
2023-06-17
1