Bab 4
Afif tidak jadi ke kamar mandi, karena pertemuannya dengan Fatimah, membuat wajahnya kembali segar, hati dan pikiran menjadi tenang.
"Loe ngapain senyum-senyum sendiri Fif?" tanya Kiki, saat Afif duduk di sebelahnya.
"Terus gue harus apa? Marah-marah atau nangis gitu!" ucap Afif, terlihat kebahagiaan di sorot matanya.
"Loe, kayak orang yang lagi jatuh cinta!" celetuk Anton, membuat Kiki dan Reynold menatap Afif dengan tatapan penuh selidik.
"Iya, persis seperti saat Anton jatuh cinta sama gue," timpal Kiki, membuat wajah Anton memerah, di iringi gelak tawa Afif dan Reynold.
"Sorry Ton, hati gue sudah terpaut kepada seorang lelaki tampan yang nyaris sempurna!" Kiki berkata dengan suara yang menggoda, dan sesuai kebiasaannya selalu bergelayut manja di lengan Afif.
Terlihat wajah Anton yang cemberut. Afif dan Reynold kembali tertawa. Saat mereka sedang asyik becanda, tiba-tiba Polisi datang bersama Papahnya Rizky.
"Maaf, saya ada beberapa pertanyaan lagi kepada kalian" Polisi itu berkata, menatap bergantian keempat anak muda yang berada di hadapannya.
Afif, Reynold, Kiki, dan Anton saling tatap.
"Kalian tidak perlu takut jika kalian tidak bersalah!" ucap Papah Rizky.
"Apa kalian mengenal Zaki?" tanya Polisi sambil memperlihatkan foto Zaki di ponselnya.
Mereka mengerutkan kening, dan kembali saling tatap.
"Apa Zaki ada hubungannya dengan kejadian yang menimpa Rizky, Pak?" tanya Afif penuh selidik.
"Rizky sempat tersadar, dan dia memanggil nama Zaki" jawab Polisi, menatap Afif.
Afif menarik napas kasar, dia menatap Reynold dengan ekspresi penuh pertanyaan. Sedangkan Reynold sendiri mengalihkan pandangannya, dia tidak berani menatap Afif.
"Kami mengenalnya pak!" tegas Afif, dengan sorot mata tajam terus menatap Reynold, yang terlihat tidak nyaman, seperti ada sesuatu yang di sembunyikannya.
Kiki dan Anton hanya terdiam dan menunduk.
"Baiklah, tidak perlu menunggu besok! malam ini juga, kalian ikut kami ke kantor!" perintah sang Polisi, yang membuat mereka tercekat.
"Pak, saya jangan di tangkap, apa lagi sampai di penjara, saya tidak mengetahui apa-apa!" ucap Anton ketakutan, membuat gemas teman-temannya.
Kiki yang merasa kesal, mencubit kencang pinggang Anton yang berada di sampingnya.
"Auw" jerit Anton.
"Ki, loe kok nyubit gue? sakit tau!" Anton berkata, sambil mengusap pinggangnya.
"Siapa yang ingin menangkap kalian? kami hanya ingin melakukan interogasi! sudah jangan becanda terus, ayo ikut!" tegas petugas Polisi itu.
"Motor-motor kami bagaimana Pak?" tanya Reynold, yang masih enggan menatap wajah Afif.
"Motor kalian akan di bawa petugas kami ke kantor polisi" ucap Polisi itu, sambil melangkah pergi.
"Om minta kalian berkata jujur, karena Rizky adalah sahabat kalian!" ucap Papah Rizky menatap satu persatu mereka.
Reynold menelan salivanya kasar. Ketakutan menjalar ke seluruh tubuhnya. Dia tidak menyangka jika ucapannya bisa berakibat fatal untuk sahabatnya Ricky, bahkan nyaris membuatnya kehilangan nyawa.
"Baik Pak, kami akan ikut ke kantor Polisi" ucap Afif, sambil melangkah mengikuti Polisi itu. Dengan wajah lesu Kiki mengikuti langkah Afif, Reynold mengikuti langkah mereka, dengan ekspresi wajah yang tidak bisa di artikan. Sedangkan Anton, dengan wajah pucat dan ketakutan berjalan di belakang mereka, sambil mengusap kasar air matanya.
Saat berada di parkiran dan hendak masuk ke dalam mobil dinas Polisi, tanpa sengaja mata Afif menangkap sesosok tubuh wanita yang baru saja membuat jantungnya berdebar.
"Fatimah" gumam Afif, seulas senyum tampak di bibirnya. Namun, senyumnya memudar, saat seseorang yang kemarin baku hantam dengannya, berada di samping Fatimah, berjalan menuju mobil mereka.
"Fif" panggilan Kiki membuyarkan lamunan Afif. Dia pun langsung masuk ke dalam mobil dinas Polisi. Dari balik kaca mobil, dia terus menatap mobil yang di taiki Fatimah.
Seandainya, tidak ada lelaki berengsek itu dan tidak harus ke kantor Polisi, pasti dia dengan senang hati mengantar Fatimah pulang. Membayangkan membonceng Fatimah, membuat Afif kembali tersenyum.
"Kita mau ke kantor Polisi, loe kok malah senyum-senyum sie Fif!" protes Anton, yang masih menitikkan air matanya.
Afif tersadar dari khayalannya.
"Kalau kita tidak salah, tidak perlu takut bro!" ucap Afif , sambil melirik Reynold.
Reynold tidak menjawab, kembali dia menundukkan wajahnya. Membuat Afif yakin jika Reynold sedang menyimpan sesuatu.
Tak lama waktu berselang, mereka sampai di kantor Polisi. Mereka di jejali berbagai macam pertanyaan. Hampir jam dua pagi interogasi itu dilakukan, sampai akhirnya mereka di perbolehkan pulang.
Akhirnya mereka menuju halaman parkir motor, Afif mengantar Kiki pulang, dan Reynold mengantar Anton.
"Reynold tunggu! loe berhutang penjelasan sama gue!" bentak Afif, menghampiri Reynold ketika hendak memakai helmnya.
"Sorry Bro, gue belum bisa memberikan penjelasan apa-apa untuk saat ini" ucap Reynold lemas.
"Besok siang gue tunggu kalian di Cafe XX, ada sesuatu yang akan gw sampaikan" Reynold menepuk pundak Afif, kembali memakai helmnya dan bersiap naik ke atas motor.
"Kita tunggu saja besok, apa yang akan dia beritahu!" ucap Kiki menahan lengan Afif, yang hendak mencegah kepergian Reynold.
Afif menatap tajam punggung Reynold yang sudah melajukan motornya membelah jalan raya yang sepi, dengan Anton di belakangnya.
"Fif, cepat pulangin gue! ini sudah jam dua pagi!" rengek Kiki
" loe mau kita ketangkap Hansip terus nanti kita di kawinin?" pertanyaan cablak Kiki, membuat mata Afif membulat sempurna menatapnya.
"Eh, tapi seru juga kali ya Fif, kalau kita kawin gara-gara di gerebek Hansip" Kiki berkata sambil tertawa, membuat Afif menggelengkan kepalanya.
"Loe mau pulang atau gue panggilin ojek?" ucap Afif, sambil naik ke atas motornya.
"Ish, tega banget sie loe,! kalau gue di perkaos gimana?" Kiki berkata, sambil memukul manja pundak Afif.
"Bukannya loe suka?" Tanya Afif, sambil memakai helmnya.
"Suka, kalau loe pelakunya!" bisik Kiki yang sudah berada di belakang Afif, terdengar tawanya yang renyah.
Afif tidak menjawab, dia langsung tancap gas, tentu saja membuat Kiki terpekik karena kaget.
"Gil*,! pelan-pelan dong Fif, jantung gue ini mahal harganya!" hardik Kiki, kembali memukul punggung Afif cukup keras, membuat Afif sedikit meringis.
"Telapak tangan kecil, kalau mukul sakit banget" gumam Afif, yang tidak di dengar Kiki karena sibuk dengan omelannya.
Afif melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, membelah jalan raya yang sepi. Dia tidak mempedulikan Kiki yang sepanjang jalan berteriak dan mengomel, sambil memeluk erat pinggangnya.
Afif sibuk dengan pikirannya, dia bertanya-tanya, untuk apa Fatimah malam-malam ke rumah sakit dan siapa yang sakit.
Afif bertekad, akan segera mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang Fatimah dan kehidupannya. Hal yang belum pernah di lakukan kepada siapapun, apa lagi terhadap wanita.
Wanita muslimah berhijab, yang benar-benar sudah mencuri hatinya, dan mampu mengalihkan dunianya.
Kiki
Reynold
Anton
**************
Apa sebenarnya yang di sembunyikan oleh Reynold?
Apa yang membuat Rizky sampai terluka?
Bagaimana perjuangan seorang Afif Abidzar mendapatkan Fatimah, dengan segudang masalah yang di hadapinya?
Ikuti terus kisah perjuangan seorang bad boy dengan wanita muslimah 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Hasrie Bakrie
lanjut
2023-05-23
2