Bab 5
Siang ini, sesuai dengan waktu dan tempat yang di tentukan oleh Reynold, tampak mereka semua sudah berkumpul di ruangan yang cukup privasi.
"Cepat, loe jelasin semuanya Rey!" terlihat wajah Afif yang sudah tidak sabar.
"Santai bro, ngopi dulu lah kita!" Reynold berkata, sambil menyeruput secangkir caffe Americano.
Afif dan Anton saling tatap, kemudian ikut menyesap kopi mereka.
"Kiki kemana? tumben ga ikut? biasanya kayak lem karet nempel aja sama loe!" Reynold berkata, sambil tertawa menatap Afif.
"Kiki lagi ikut emaknya arisan!" celetuk Anton, sambil memasukkan sepotong pisang bakar ke mulutnya.
"Tidak usah membahas Kiki, kita ke sini mau membicarakan tentang penusukan Rizky!" ucap Afif, penuh penekanan.
"Sebelumnya gue minta maaf sama kalian, karena sikap egois gue bisa mengancam nyawa Rizky" Reynold berkata, sambil mengusap kasar wajahnya.
"Gue makin ga ngerti sama maksud loe! bisa ga loe ngomong langsung ke intinya?" sergah Afif, yang sudah menahan kesal dari semalam kepada Reynold.
"Sabar Fif! kita dengarkan dulu penjelasan dia, kawan!" Anton mencoba menenangkan Afif, sambil menepuk pelan pundaknya.
Afif menarik napas kasar.
"G-gue ga sengaja, ngebocorin hubungan Rizky dengan Sherly ke Zaki" Reynold berkata dengan gugup, sambil menyesap kembali kopinya.
Afif mendengus kesal, seandainya yang di hadapannya bukan Reynold sahabatnya, ingin sekali dia menghajarnya.
"Rey, gue tahu kalau loe juga suka sama Sherly, tetapi bukan berarti loe jadi penghianat!" tegas Afif sambil mencengkram keras kerah kaos Reynold.
"Fif, sabar dong!" ucap Anton panik. Dia bingung mau membela siapa, karena mereka berdua sahabatnya, walaupun dengan karakter yang berbeda.
"Aduh si Kiki, pakai ikut emaknya kondangan lagi!" gerutu Anton.
"Gue benar-benar minta maaf bro! gue berpikir kalau Zaki tidak akan berani melakukan perbuatan senekat ini.
Baru saja Afif ingin menjawab perkataan Reynold, tiba-tiba ponselnya berdering. Afif terkejut saat melihat nama Rizky terpampang di layar ponselnya. Mereka bertiga saling tatap dengan pikiran yang sama tentang Rizki.
"Hallo" sapa Afif, mencoba menetralkan jantungnya.
"Apa?" seketika wajah Afif menegang.
"Baik Om, kami akan segera ke sana!"
setelah panggilan terputus, Afif langsung menyambar cepat kunci motornya.
"Kita harus segera ke rumah sakit!" Rizky sekarat!"
Perkataan Afif membuat Reynold dan Anton tercekat. Reynold segera menarik tangan Anton yang masih diam mematung mendengar perkataan Afif.
Mereka pun segera menuju rumah sakit, suara bising motor mereka pun terdengar jelas. Setelah sampai di rumah sakit, Afif langsung berlari menuju kamar Rizky, di ikuti oleh Reynold dan Anton.
Sesampainya di ruang perawatan Rizky, Afif merasa tubuhnya lemas seperti tak bertulang. Perlahan, dia melangkah masuk, menatap tidak percaya dengan tubuh Rizky yang sudah tertutup selimut dari ujung rambut sampai ujung kaki. Terdengar tangisan yang sangat pilu dari kedua orang tua Rizky.
Anton sudah menangis tersedu-sedu, begitu juga dengan Reynold, walaupun tangisnya tak terdengar. Afif menatap nanar kedua orang tua Rizky, mengingatkan Afif kepada Papah dan almarhum Mamahnya dan beberapa petugas kepolisian datang menemui orang tua Rizky.
"Pelaku sudah kami amankan! dan sekarang dia sudah kami tahan!"
Mendengar pernyataan Polisi, membuat Afif tersenyum sinis. Dia pun segera berdiri dan melangkah keluar dari ruangan itu, tanpa mengajak Reynold dan Anton.
"Rey, ayo kita ikuti Afif, gue takut dia berbuat nekat!" ucap Anton di sela-sela tangisnya, sambil menarik lengan Reynold.
Mereka segera berlari mengejar Afif. Tampak Afif sudah bersiap menghidupkan motornya.
"Bro, loe mau kemana?" tanya Reynold menahan lengan Afif.
"Membuat perhitungan kepada orang yang sudah membunuh sahabat gue!" Afif berkata dengan penuh penekanan, membuat rasa bersalah dan menyesal itu menghantui Reynold.
"Minggir!" teriak Afif, langsung tancap gas meninggalkan mereka.
"Afif, mau kemana ya Rey?" tanya Anton.
"Kantor polisi!" ucap Reynold sambil menyerahkan helm kepada Anton.
"Hah, mau ngapain kita ke kantor polisi lagi?" tanya Anton kebingungan.
Reynold menghela napas.
"Bisa ga sie loe pinteran dikit? Kalau ga ngerti, ga usah banyak tanya!" bentak Reynold, yang langsung memakai helmnya dan menghidupkan mesin motornya.
Sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, Anton langsung naik ke atas motor. Meskipun hatinya bertanya-tanya untuk apa mereka ke kantor Polisi.
"Hubungi Kiki, Ton! suruh dia segera ke kantor Polisi" teriak Reynold, karena suaranya bersaing dengan angin dan mesin-mesin kendaraan lain di jalan raya.
Anton yang merasa bingung, kenapa Kiki harus ke kantor Polisi juga tidak berani protes, jika sudah melihat Afif atau Reynold sedang emosi.
***********
Saat sampai di kantor Polisi, Afif bergegas masuk ke dalam, dan memberitahu jika dia sahabat Zaki, dan ingin menemuinya.
Afif menunggu Zaki di ruang besuk khusus tahananan. Tak lama berselang, terlihat Zaki melangkah mendatanginya, di dampingi oleh kedua orang petugas kepolisian. Ketika Zaki tepat berada di hadapan Afif...
Bug...
Sebuah bogem mentah langsung mengenai wajah Zaki, membuatnya jatuh tersungkur ke lantai. Terlihat lebam di pipinya, dengan darah yang keluar dari sudut bibirnya.
Afif kembali menghampiri tubuh Zaki yang masih tersungkur, memukulnya dengan membabi buta. Para Polisi langsung menarik paksa tubuh Afif, dan segera mengamankannya. Karena, Afif yang masih di kuasai emosi, membuat Polisi terpaksa memberikan beberapa pukulan dan langsung memasukkannya ke dalam jeriji besi.
Tak lama waktu berselang Azhar datang ke kantor Polisi, melalui negosiasi, dan memberikan uang ganti rugi kepada keluarga Zaki, akhirnya Afif di bebaskan.
"Pulang sekarang! Papah tunggu di rumah!" perintah Azhar, langsung melangkah pergi meninggalkan Afif, dan melewati Anton dan Reynold tanpa membalas sapaan dan senyum mereka.
"Bokapnya Afif, kalau sudah marah kayak singa yang lagi lapar euy" gumam Anton, yang langsung mendapat sikutan dari Reynold.
"Fif!" panggil Reynold, saat dia ingin menaiki motornya.
Afif tidak menjawab, dia langsung tancap gas meninggalkan kedua sahabatnya itu.
**************
Brak....
"Sampai kapan kamu berhenti membuat masalah?" tampak mata Azhar yang penuh amarah menatap Afif.
"Papah harus meninggalkan bisnis penting, hanya karena ulahmu!" bentak Azhar lagi, membuat Afif menatap tajam ke arahnya.
"Hartamu memang lebih penting dariku Tuan Azhar Riswan!" ucap Afif, sambil berdiri dan melangkah pergi meninggalkan Azhar.
"Afif! Papah belum selesai bicara!
Afif tidak menghiraukan perkataan Azhar, saat dia membuka pintu ruang kerja Azhar, bertepatan dengan kehadiran Sarah, yang penampilannya terlihat semakin glamour.
"Afif" panggil Sarah lembut, Afif hanya membalas dengan tatapan dingin. Dia langsung melangkah keluar.
Afif melajukan motornya menuju area pemakaman. Saat sampai, tampak tubuh Rizky yang sudah terbungkus kain kafan, akan segera di masukkan ke dalam liang lahat. Terdengar suara tangis yang sangat memilukan.
Anton, Kiki dan Reynold sudah berada di sana dan mereka segera menghampiri Afif. Dia hanya diam membisu, dadanya terasa sesak. Dia hanya mampu mengantarkan sahabatnya ke peristirahatan terakhir, dengan menangis dalam diam.
Saat prosesi pemakaman selesai, tatapan Afif yang tadi lurus menatap makam Rizky. Tiba-tiba...
Deg...
Matanya menangkap sesosok wanita, yang sedang khusyuk berdo'a bersama pelayat lainnya. Ingin sekali dia menghampiri wanita itu, tetapi dia sadar dengan keadaan sekitarnya. Apalagi wanita itu datang dengan keluarga lengkapnya. termasuk Haji Maulana yang pernah tidak sengaja menerima bogem mentahnya, dan Arman yang pernah adu jotos dengannya.
Afif hanya mampu mencuri pandang ke arah wanita yang tak lain adalah Fatimah. Sampai suara getaran ponselnya, mengusik kesenangannya yang sedang sibuk mencuri pandang dengan wanita pujaannya.
Saat melihat nama yang tertera di ponselnya, dia segera menjauh dari makam Rizky, tanpa mempedulikan tatapan dari ketiga sahabatnya.
Wajah Afif langsung terlihat tegang dan panik, setelah mengangkat telepon. Dengan langkah seribu dia pun meninggalkan area pemakaman.
*************
Berita apa yang di terima Afif, sehingga membuatnya panik?
Apakah Afif akan mengikuti permintaan Papahnya, yang merupakan syarat mutlaknya sebagai pewaris tunggal? atau sebaliknya tetap sibuk dengan dunianya?
Jamgan pernah lewatkan kisah Afif dan Fatimah di setiap babnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments