Istriku Murid Nakal!

Istriku Murid Nakal!

Jangan Nakal Ara!

Arei Ratoka Zahreksa. Guru mapel Biologi itu tengah berjalan menyusuri koridor, dengan gagah dan perkasa, melewati beberapa siswa, hingga tiba menerobos kondisi kerumunan di sana.

Sorak-sorai dari mulut-mulut siswa, berdenging di telinga. Mereka melontarkan kata yang mengacu pada peristiwa hari ini.

"Pak mereka lagi lesbi!" teriak sesosok murid lelaki gondrong.

"Bego, mereka berantem Gon!"

"Bukan, mereka lagi main basah-basahan. Katanya belum mandi siang!"

"Jangan dengerin bocah-bocah gila Pak! Sebenarnya kejadian ini karena mereka lagi rebutin Bapak!"

Arei sempat menghela napasnya. Menatap dua manusia berjenis perempuan yang sedang asik berjambak-jambakan di dalam toilet.

Aksi mereka telah menjadi pertontonan, yang di mana saat itu tak yang memisahkan sama sekali, justru kerap mereka menjadi dukungan di antaranya.

Mereka terlihat basah, dengan kancing baju terlepas ke mana-mana. Sampai Tamara yang berjilbab, harus memperlihatkan surai indahnya.

"Jangan deketin pak Arei bangsat!"

"Lo siapa bego? Istrinya? Terserah guelah anjg!"

"Kalau gue gak suka gimana? Arghh muka lu kayak taik, benci banget gue!"

"Lepas aja hijab lo anj kelakuan lo kayak pig!"

"Siapa lo ngatur-ngatur, hah?!"

"Anj*ng!"

"Sialan!"

"BERHENTI KALIAN!!"

Seketika tak ada yang berani melanjutkan aktivitas kriminal itu lagi. Mereka saling adu pandang, bukan menyalahi perbuatan, justru berdendam lewat kontak mata. "Mau lanjut lagi? Apa nikmat bolak-balik ruang BK?"

Ucapan mematikan yang berhasil keluar dari guru tampan itu, mampu menundukkan keduanya. "Susah payah ayah saya mengharumkan nama sekolah. Namun tingkah memalukan dari kalian, sangat mencoreng Citra Bangsa!" gertaknya.

"SEMUANYA GUBAR!!"

Tanpa aba-aba, manusia-manusia yang menjadi saksi sudah hilang dari pandangan Arei. Kini, hanya ada ketiganya.

Tamara vs Rintika.

Jika mendengar keributan, maka nama merekalah yang tercantum dalam benak. Biang keladi para murid, memang dari keduanya, dan siapapun yang mengetahui mereka pasti tak akan habis pikir.

"Pak Regan tolong tangani Rintika!" pinta Arei kepada guru olahraga yang baru saja tiba.

"Gak mau!" tolak Rintika menepis. "Saya maunya sama Pak Arei!"

"Orangtua kamu sudah datang Rintika, terpaksa saya harus menghantar kamu pada mereka!" ucap Regan. Rintika tak lagi menolak, dia sedang di ambang maut saat ini.

'Please kali ini jangan sampe hilang fasilitas gue!'

Tamara terlihat tersenyum, menyaksikan musuhnya telah enyah dari pandangan. Namun bukan berarti dia selamat.

Kini dia tengah berhadapan dengan suaminya.

"Ini yang sudah ke berapa kali, Ara? Saya benci sekali tubuh kamu dipertontonkan!" Arei mendekati istrinya, menyelampirkan jas hitam milik dia.

Sempat, saat keduanya baku hantam dalam toilet, aksi mereka menimbulkan issue miring. Seorang gadis berjilbab, menampilkan diri tanpa berkerudung!

Pakaiannya hampir terlucuti akibat tarikan Rintika, sebaliknya pun dengan Tamara.  "Maaf ....." cicitnya.

Tamara gadis berjilbab, dia perempuan ayu yang memiliki paras imut bak sesosok bayi. Namun, kenakalannya lah yang menutupi betapa cantiknya dia.

Suatu hal yang perlu diketahui, Tamara selalu lemah berhadapan dengan lelaki ini. Fisiknya tak sekuat anak lain, tapi dia berlagak layaknya seorang pria perkasa.

Grep!

Dalam satu rangkapan, gadis itu jatuh dalam dekapan. "Kamu selalu buat saya susah. Sialnya saya mencintai kamu!" gerutu Arei. Kemudian, membopong tubuh istrinya yang sudah tak sadarkan diri.

****

Bagaimana bisa seorang murid dapat berstatus istri, dan lebih menarik lagi sang pendamping dia adalah gurunya sendiri?

Itulah yang terjadi pada rumah tangga Arei dan Tamara. Keduanya telah dijodohkan atas permintaan dari pihak keluarga Arei, terlebih Arei sendiri memang sangat mencintai sosok Tamara. Dengan dilandasi, 'Saya menikahi Tamara, atas dasar berbakti kepada Allah untuk menyempurnakan akhlaknya.'

Mengetahui Tamara adalah gadis yang cukup nakal, Arei gatal ingin mengoreksi dirinya. Namun tak semudah yang dibayangkan, Tamara bukanlah gadis penurut dan gampang dirubah. Jika sudah menjadi keinginannya, maka mustahil untuk Arei mencegah.

Pernikahan mereka diprivat, karena ini termasuk melanggar peraturan sekolah. Namun karena sekolah Citra Bangsa adalah milik sang ayah Arei, mungkin jika terbongkar pun tak ada yang dapat dipermasalahkan. Terkecuali, saat Tamara hamil.

Akan tetapi, sampai saat ini Tamara masih terjaga dari kata itu, walau dirinya bukan lagi seorang gadis atau perawan.

Di UKS berada.

"Kita pulang sekarang!"

"Gak mau!"

Arei kembali menghembuskan napasnya. Begitu sabar dia menghadapi istri nakalnya ini. "Jangan nakal Ara, sekali saja ikuti kata saya!"

"Jangan cerewet Bapak, sekali saja turuti saya!"

Arei tampak menyilang tangannya di bawah dada, bertatap sinis lalu berkata, "Percuma di sekolah, kalau akhirnya tidur di kelas. Lebih baik pulang, atau main ke rumah mertua saya!"

Seketika Tamara berkedip-kedip menggoda. "Masih mau nampol muka Rintika, boleh ya Sayang ....?"

"Terus bertengkar lagi, main cakar-cakaran lagi, sampai pingsan lagi? Jangan nak—"

"Jingin nikil iri, jingin nikil ...." Ekspresi wajah anak itu dibuat-buat seakan meledek. "Issh! Diatur-atur mulu kayak besek!"

***

[Masih ngaku musuh, datengi tempat biasa!]

Waktu sudah menunjukkan pukul 23:15 pm. Masa ini adalah saatnya anak remaja bermain.

Mas Arei udah pules banget, gak apa-apa kali ya?

batinnya.

Tamara mulai bergerak dari ranjang, memisahkan diri dari sang suami yang masih terlelap dalam mimpi. Seharian penuh dia menghandle banyak kegiatan, tentu saja rasa itu akan melebur dan membuatnya tertidur dari tadi sore.

***

"Ayo balap anj*ng!"

Baru saja tiba, Tamara sudah mendapat perkataan kasar dari sang musuh. Ia menatap sengit, menyangga kedua tangannya di atas helm.

"Taik!" cemoohnya.

"Garda Ferdinandso akan selalu terdepan. Balapan malam ini bersyarat. Kalau menang, lo harus siap check in sama gue. Sebaliknya kalau gue kalah, lo gak dapat apa-apa, gimana, deal?!"

"Cihhh, lagu lo kayak ee!" ledek Tamara.

"Jangan banyak bacot Ra, deal atau nggak? Malam ini kita bersaing secara ringan!"

Bukan kali pertama seorang Tamara mampu mengalahkan banyak saingan. Sesosok Garda dengan dendam terbuka, selalu berjuang menjatuhkannya. Namun apa? Kata kalah belum pernah terlintas untuk Tamara.

"Kalau gue menang lo bisa 'kan enyah dari hidup gue?"

Garda mendekat, melajukan motornya tepat di hadapan Tamara. Dia tersenyum miring, memandang remeh keseluruhan Tamara. "Gak akan, bahkan hal yang paling menyenangkan yang gue tunggu di saat di mana lo, mati! Maka, mulai itu juga gue berhenti gangguin lo! So, jangan berpikir bego!"

"Sialan, bangs*t!"

Bughh

Dagghh

BRUKHH!!

****

Aman aman aman ....

"Balap lagi, Ara?"

Tap!

Lampu menyala, menampilkan sosok pria bertubuh setengah telanjang sedang menikmati secangkir kopi di ruang tengah.

Tamara menggembungkan pipinya, membuang napas secara terpaksa. Sial banget nih om-om, bangun tengah malam segala.

"Bahkan kamu tidak membiarkan saya tidur nyenyak malam ini. Apa salahnya, satu malam saja tidur sepenuhnya di samping saya sampai matahari terbit?"

"Maaf, maaf, maaf ...."

Kini Arei dibuat geram. Istrinya pulang dalam kondisi lutut berdarah, siku terbuka, bibir yang sedikit koyak, dan kurang sabar apalagi dia. "Berantem atau jatuh?"

"Dua-duanya ...."

"Saya benci sekali, saat kamu selalu menuruti tantangan anak STM itu!"

Terpopuler

Comments

renjana biru

renjana biru

ngakak sumpah thorrr☝😭🤣🤣

2023-05-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!