Pakpol Itu Cinta Pertamaku

Pakpol Itu Cinta Pertamaku

Awal mula

Intan masih menangis sesenggukan disamping pusara sang ibu yang telah pergi meninggalkannya terlebih dahulu menghadap sang khalik.

"Tan, sudahlah, jangan menangis lagi ya. Abang tahu kamu sangat berduka, tapi Abang percaya Ibu juga tidak akan suka bila melihat kamu larut dalam kesedihan ini," ujar Erland masih berusaha menenangkan gadis cantik yang telah ia anggap seperti adik sendiri.

"Aku takut, Bang, aku sudah tak mempunyai siapapun. Hiks..." Intan semakin menguatkan pelukannya pada lelaki yang ada disampingnya. Ah, andai saja lelaki itu bisa menerimanya sebagai seorang kekasih, maka ia pasti akan meminta untuk dinikahi agar rasa takut segera sirna.

"Sudah, sudah, Ayo kita pulang sekarang ya. Kamu tidak perlu takut, anggaplah Abang sebagai keluargamu sendiri. Apakah kamu lupa bahwa kita sekarang sama-sama yatim piatu. Abang juga selama ini hidup seorang diri, kamu dan ibulah yang Abang anggap sebagai keluarga sendiri," jelas Erland pada wanita itu.

"Bang, kenapa Abang masih saja menganggapku sebagai seorang adik? Aku ingin sebagai kekasihmu. Kenapa Abang tidak bisa sedikit saja membuka hati untukku?" ujar Intan melepaskan dekapan pria itu.

"Tan, Abang tidak bisa," jawab Erland tegas.

"Kenapa tidak bisa, Bang? Apakah Abang sudah mempunyai kekasih?" tanya Intan tampak cemas.

"Ya, Abang sudah mempunyai kekasih. Abang tak mungkin menyakiti perasaannya, dan tentu saja kamu tidak akan mau diduakan," ujar pria itu jujur.

Seketika air mata Intan kembali jatuh berderai. Sakit sekali mendengar kalimat jujur itu, namun ia harus bisa menerima kenyataan.

"Terimakasih Abang sudah jujur, aku memang tidak mau diduakan, namun aku akan tetap menunggu. Andai suatu saat nanti Abang tak bahagia, tolong buka pintu hati Abang untuk aku. Karena Samapi kapanpun hanya Abang cinta pertama dan terakhir bagiku," ujar gadis itu dengan berurai air mata.

"Dek, jangan bicara seperti itu. Abang percaya kamu pasti bisa mendapatkan lelaki yang jauh lebih baik dari Abang. Buka hatimu untuk lelaki lain, kamu itu tak ada kekurangan, kamu cantik dan kamu..."

"Cukup, Bang! Aku wanita yang banyak kekurangan, karena kalau tidak, Abang tidak mungkin memilih wanita lain," lirihnya masih sesenggukan.

"Tapi ini masalah perasaan, Dek, karena Abang memang menganggapmu dari dulu hanya sebagai adik." Erland masih berusaha untuk menjelaskan agar wanita itu memahami.

"Ya, aku tahu Bang. Maaf telah membuat Abang tidak nyaman, tapi aku mohon tolong izinkan aku mencintaimu meskipun perasaan ini tak bertuan," ungkap Intan berusaha untuk tegar sembari menghapus air matanya, meskipun hatinya sangat perih atas apa yang ia dengar dari sebuah kejujuran lelaki itu.

Intan segera beranjak mendahului Erland yang masih terpaku disana. Pria itu menghela nafas berat, ia bingung harus berbuat apa? Perasaan memang tak bisa dipaksakan.

***

Tiga hari setelah kepergian sang ibu, kini intan sudah mulai kembali melanjutkan studinya di universitas yang ada di kota itu. Masih terngiang dalam ingatannya tentang kejujuran Erland yang mengakui bahwa dirinya telah mempunyai kekasih hati.

Intan berusaha untuk tetap tenang dan bersikap sewajarnya. Rasanya sudah cukup untuk berharap terlalu dalam. Ia akan tetap mencintai, namun cinta itu akan tersimpan rapi dalam sanubarinya.

"Pagi, Dek!" seru seseorang sembari mensejajarkan langkahnya dengan Intan.

"Ya pagi, Bang. Mau ke kampus?" tanya Intan pada lelaki yang masih merajai hatinya. Lelaki yang selama ini begitu baik dan penuh perhatian, namun semua itu hanya sebatas perhatian Abang pada adiknya.

"Ya, kamu udah sarapan?" tanya Erland yang masih seperti biasanya, itulah yang membuat Intan semakin dalam menaruh perasaan. Tak rela hanya dianggap sebagai seorang adik, namun juga tak ingin merusak kebahagiaannya. Intan berusaha untuk ikhlas meskipun ia tak tahu bagaimana caranya menyingkirkan nama Pria itu dalam kalbunya.

"Sudah, Bang," jawabnya singkat.

"Dek, Abang minta maaf ya bila telah mengecewakan kamu," ujar Erland meminta maaf atas percakapan mereka tiga hari yang lalu. Ia tahu sikap Intan sudah tak seperti biasanya, gadis itu tampak menjaga jarak.

"Tidak perlu minta maaf, Bang, karena disini akulah yang salah. Aku yang tak mampu mengendalikan perasaanku, tapi Abang tak perlu khawatir. Aku akan berusaha menerima segala kenyataan yang ada. Semoga Abang bahagia," jawab Intan berusaha tegar.

Erland hanya menghela nafas dalam dengan raut wajah rasa bersalah pada wanita cantik itu. Sebenarnya tak ada yang kurang. Dia cantik, pintar, dan sangat ramah juga berakhlak baik. Namun kembali lagi, ini adalah tentang perasaan, hatinya telah terpaut pada seorang wanita yang bekerja sebagai seorang model ternama.

Seperti biasanya mereka menunggu busway untuk sampai ke kampus. Mereka memang satu kampus, namun Erland sebentar lagi akan menyelesaikan studinya, ia dalam penyusunan skripsi. Sementara intan baru menjalani lima semester.

Tin! Tin!

Suara klakson mobil membuyarkan lamunan kedua insan yang tengah menunggu armada busway. Maklum mereka yang hidup dalam kesederhanaan. Erland dan intan adalah terbilang murid yang pintar, karena itu mereka mendapatkan beasiswa di universitas yang sama.

"Sayang, yuk barengan," seru seseorang dari dalam mobil yang berhenti tepat di depan mereka.

"Nindi! Tumben banget kamu nyamperin aku?" ujar Erland pada wanita yang telah dipastikan adalah kekasihnya. Sebenarnya mereka sudah lama menjalin hubungan, namun entah kenapa Intan sama sekali buntu informasi tentang Pria itu bila dia telah mempunyai kekasih. Apakah Erland sengaja menyembunyikan darinya demi menjaga perasaannya?

"Iya, karena hari ini aku sedang free makul, jadi bisa nyamperin kamu. Udah, ayo masuk!" ajak wanita cantik itu dengan senyum menawannya.

"Ah, tapi aku bawa adikku. Nggak apa-apa 'kan?" tanya Erland yang tak tega meninggalkan Intan sendirian.

"Ya, tidak apa-apa. Ayo masuklah!"

Erland mengajak Intan untuk ikut bersamanya, namun gadis itu menolak, lebih baik pergi sendiri naik bus daripada harus melihat kemesraan pasangan itu.

"Ayolah, Intan, nanti kamu terlambat," ujar Erland masih berusaha untuk membawanya.

"Tidak perlu, Bang, aku naik busway saja. Itu bus-nya sudah datang, aku duluan ya," balas Intan yang segera masuk kedalam armada yang bermuatan banyak penumpang itu.

Erland masih terpaku menatap kepergian gadis itu. Ia segera masuk kedalam mobil mewah sang kekasih.

"Kok kamu bengong, Sayang?" tanya Nindi pada Pria itu.

Memang sejak mendengar pengakuan Intan beberapa hari yang lalu membuat hatinya sedikit terusik, tentunya ada rasa bersalah dan tak tega. Namun ia sudah berjanji dalam hati untuk selalu menjaga Intan sampai kapanpun.

Erland masih terngiang amanah ibunya Intan sebelum menghembuskan nafas terakhirnya. Sang Ibu memintanya untuk melindungi dan menjaga intan sampai kapanpun. Semoga saja Intan segera mendapatkan lelaki yang jauh lebih baik darinya.

Bersambung....

NB. Hai, jangan lupa tinggalkan jejak ya agar Author semangat Update 🙏🤗

Happy reading 🥰

Terpopuler

Comments

Ummu Sakha Khalifatul Ulum

Ummu Sakha Khalifatul Ulum

Ceritamu bagus2 thor, aku mampir lagi

2023-11-19

2

Ara Dhani

Ara Dhani

semoga terbalaskan cinta intan.. semangat intan

2023-10-21

0

Yuli Purwa

Yuli Purwa

cinta tak bertuan

2023-10-16

0

lihat semua
Episodes
1 Awal mula
2 Wisuda
3 Ingin pergi
4 Berpisah
5 Dokter Intan
6 Bertemu kembali
7 Berusaha tegar
8 Menyuapi makan
9 Bertemu putrinya Erland
10 Mengetahui siapa dia
11 Selamat ulang tahun
12 Membohongi perasaan sendiri
13 Mencoba menerima
14 Meyakinkan hati
15 Wajahnya merah merona
16 Ada yang berubah
17 Di cecar pertanyaan
18 Pertanyaan Reza
19 Berpisah
20 Kedatangan Erland
21 Kekecewaan Reza
22 Reza menghilang
23 Menemui Reza
24 Perubahan sikap Reza
25 Melepaskan
26 Mengetahui yang sebenarnya
27 Meneruskan niat Semula
28 Memberitahu Erland
29 Menemui Airin
30 Mencoba untuk bersabar
31 Membantu pekerjaan Intan
32 Ada yang disembunyikan
33 Pengakuan Rusdy
34 Mengamankan
35 Airin bebas
36 Menjelang hari-H
37 Hari pernikahan
38 Kecemasan Intan
39 Mencoba untuk bersabar
40 Jalan-jalan singkat
41 Kedatangan Nindi
42 Rayuan Nindi
43 Perubahan sikap Airin
44 Erland bersikap aneh
45 Rasa takut kehilangan
46 Bahagia
47 Tuntas sudah
48 Sikapnya tak bisa ditebak
49 Mengutarakan keinginannya
50 Balada mati lampu
51 Pulang kampung
52 Bertemu ayah dan ibu
53 Menunggu keputusan Airin
54 Menerima
55 Memberi kabar Intan
56 Kerikil kecil
57 Nindi berulah lagi
58 Membawa Zherin
59 Bertemu Airin
60 Hari pernikahan
61 Menjadi pasangan suami istri
62 Curahan hati Airin untuk Zherin
63 Menundanya
64 Kembali ke kota
65 Tak ingin gagal lagi
66 Akhirnya sampai
67 Gagal nonton
68 Positif
69 Puisi untuk Mama
70 Merubah penampilan
71 Kekecewaan Airin
72 Mendadak demam
73 Berjanji ingin memperbaiki
74 Ikut ke kantor
75 Ternyata benar
76 Penyesalan Nindi
77 Pertikaian
78 Kepergian Nindi
79 Memaafkan
80 Pulang kampung
81 Bertemu Ridho
82 Di tinggal tugas
83 Intan melahirkan
84 Menjenguk baby boy
85 Rengekan Erland
86 Bahagia
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Awal mula
2
Wisuda
3
Ingin pergi
4
Berpisah
5
Dokter Intan
6
Bertemu kembali
7
Berusaha tegar
8
Menyuapi makan
9
Bertemu putrinya Erland
10
Mengetahui siapa dia
11
Selamat ulang tahun
12
Membohongi perasaan sendiri
13
Mencoba menerima
14
Meyakinkan hati
15
Wajahnya merah merona
16
Ada yang berubah
17
Di cecar pertanyaan
18
Pertanyaan Reza
19
Berpisah
20
Kedatangan Erland
21
Kekecewaan Reza
22
Reza menghilang
23
Menemui Reza
24
Perubahan sikap Reza
25
Melepaskan
26
Mengetahui yang sebenarnya
27
Meneruskan niat Semula
28
Memberitahu Erland
29
Menemui Airin
30
Mencoba untuk bersabar
31
Membantu pekerjaan Intan
32
Ada yang disembunyikan
33
Pengakuan Rusdy
34
Mengamankan
35
Airin bebas
36
Menjelang hari-H
37
Hari pernikahan
38
Kecemasan Intan
39
Mencoba untuk bersabar
40
Jalan-jalan singkat
41
Kedatangan Nindi
42
Rayuan Nindi
43
Perubahan sikap Airin
44
Erland bersikap aneh
45
Rasa takut kehilangan
46
Bahagia
47
Tuntas sudah
48
Sikapnya tak bisa ditebak
49
Mengutarakan keinginannya
50
Balada mati lampu
51
Pulang kampung
52
Bertemu ayah dan ibu
53
Menunggu keputusan Airin
54
Menerima
55
Memberi kabar Intan
56
Kerikil kecil
57
Nindi berulah lagi
58
Membawa Zherin
59
Bertemu Airin
60
Hari pernikahan
61
Menjadi pasangan suami istri
62
Curahan hati Airin untuk Zherin
63
Menundanya
64
Kembali ke kota
65
Tak ingin gagal lagi
66
Akhirnya sampai
67
Gagal nonton
68
Positif
69
Puisi untuk Mama
70
Merubah penampilan
71
Kekecewaan Airin
72
Mendadak demam
73
Berjanji ingin memperbaiki
74
Ikut ke kantor
75
Ternyata benar
76
Penyesalan Nindi
77
Pertikaian
78
Kepergian Nindi
79
Memaafkan
80
Pulang kampung
81
Bertemu Ridho
82
Di tinggal tugas
83
Intan melahirkan
84
Menjenguk baby boy
85
Rengekan Erland
86
Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!