Intan terbangun di pukul delapan malam, entah sudah berapa lama ia tertidur membawa kekecewaan dalam hati. Suara ketukan pintu membuatnya terjaga dari tidur lenanya.
"Intan?" panggil Erland dari luar.
Malas sekali untuk beranjak dari ranjang, namun panggilan Pria itu membuat telinganya tidak nyaman.
"Tan, buka pintu!" serunya kembali.
Dengan malas wanita itu bangkit dan segera membuka pintu. "Apa sih, Bang?" tanyanya dengan nada serak.
"Kok apa? Ini udah jam berapa, kamu masih tidur aja. Sana mandi!" titahnya melebarkan pintu kamar.
"Malas, aku ngantuk pengen tidur," jawabnya sembari berjalan ingin masuk kembali.
"Eh, nggak boleh. Ih, jorok banget, ayo mandi sana!" Erland meraih tangannya.
"Aku tidak mau, Bang, lepaskan!" Intan berusaha lepas dari pegangan Pria itu.
"Iya, kalau tidak mau mandi setidaknya bersih-bersih sana, habis itu kita makan," ucap Erland masih dengan perintah.
"Tidak mau!" Intan menghempaskan tangan Erland dengan kuat. Rasanya kesal sekali, kenapa Pria itu masih saja memberinya perhatian. Jika seperti ini terus bagaimana ia bisa menghapus perasaan yang selama ini telah menyulitkan dirinya.
"Tan, kamu kenapa?" tanya Erland tak mengerti dengan sikap gadis itu.
"Abang mau tahu kenapa? Aku minta mulai sekarang Abang jangan pernah memberiku perhatian apapun lagi! Karena aku tidak suka. Urus saja diri Abang sendiri!" sentak gadis itu yang membuat Erland terdiam sepi.
Intan kembali menutup pintu kamar dengan sedikit keras. Kesal sekali rasanya, kenapa Pria itu tak jua mau mengerti. Apakah dia tidak tahu bagaimana sakitnya berseteru dengan batin sendiri.
Intan tertegun sembari menyandarkan punggungnya didaun pintu. Dadanya terasa sesak, netra memanas, ada sesuatu yang ingin jatuh dari kelopak mata. Ia benci sekali dengan perasaan ini.
"Intan, buka pintunya! Abang minta maaf jika Abang banyak salah selama ini. Abang janji setelah ini Abang tidak akan membuat hatimu sakit lagi," seru Erland dari luar.
Intan menyusut air matanya, apa maksud Pria itu mengatakan hal sedemikian? Apakah dia akan pergi? Bermacam pertanyaan memenuhi otaknya.
Intan membuka pintu kamar itu kembali. Sesaat netra mereka bertemu. "Apa maksud Abang?" tanya Intan tak paham.
"Ayo sekarang kamu mandi, setelah itu kita makan diluar. Ada yang ingin Abang bicarakan padamu," ujar Erland yang membuat Intan tak bisa menolak.
Intan kembali masuk kamar untuk bersih-bersih. Tak perlu lama gadis itu sudah terlihat rapi sedikit polesan di wajahnya.
"Udah?" tanya Erland yang sudah menunggu.
"Hmm." Gadis itu hanya menjawab dengan gumaman.
Pasangan itu berangkat hanya berjalan kaki. Mereka memilih makan di warung angkringan yang tak jauh dari kediaman mereka. Hanya butuh waktu sepuluh menit untuk sampai diwarung makan itu.
"Mau pesan apa, Dek?" tanya Erland yang penuh perhatian.
"Seperti biasanya," jawab Intan datar.
Erland yang sudah hapal menu kesukaan gadis itu, ia segera memesan dengan minumannya. Mereka makan dalam keheningan. Sebenarnya Intan sudah tak sabar untuk mendengar apa yang ingin lelaki itu sampaikan.
"Makan harus tepat waktu, jangan lupa waktu dalam belajar, ingat kesehatan," nasehat Erland di sela makan mereka.
"Baiklah," jawab Intan singkat, meskipun hatinya semakin penasaran dengan ucapan Pria itu.
Tak banyak percakapan mereka, Erland sebenarnya ingin bicara banyak, namun sepertinya gadis itu tak begitu berminat maka ia urungkan niatnya.
Selesai makan, Erland segera membayar, lalu membawa Intan untuk berjalan kembali menyusuri jalanan kota yang sudah mulai sepi. Tak ada percakapan, Erland tak tahu harus memulai darimana obrolan ini.
"Dek, besok pagi Abang akan ke kota xx. Abang harap kamu bisa jaga diri baik-baik, jaga kesehatan, jika kamu masih menganggapku sebagai kakakmu, maka hubungi aku bila kamu butuh bantuanku," ucap Erland yang membuat dada Intan terasa berhenti berdetak.
Kenapa rasanya sakit sekali saat Pria itu mengatakan ingin meninggalkan dirinya? Bukankah ia sendiri yang menginginkan perpisahan itu, seharusnya ia bahagia, tapi kenapa ini terasa sakit.
Intan sedikit melambatkan langkahnya. Ada sesuatu yang ingin ia sampaikan, namun bibirnya terlalu kelu seakan terasa bisu.
"Tan, Abang tahu kamu mungkin sangat membenciku, tapi ketahuilah, Dek, Abang sangat menyayangimu. Sungguh Abang tak bisa memberikan perasaan lebih dari seorang Kakak. Abang selalu berdo'a agar kamu segera mendapatkan lelaki yang jauh lebih baik dari Abang. Semoga kamu bahagia, Dek," ucap Erland dengan raut wajah sedih.
Intan berusaha untuk tetap tegar, namun ia tak mampu menahan air mata yang seketika jatuh berderai. Perlahan ia menyusutnya dan menatap wajah Pria itu dengan dalam.
"Bang, maafkan sikapku yang beberapa bulan ini mungkin telah banyak menyakiti hati Abang. Tapi, sungguh aku tidak bisa menghapus perasaan ini, aku sudah mencobanya berulang kali, Bang, andai ada cara lain maka akan aku lakukan, aku malu untuk selalu mengakuinya dihadapan Abang. Aku benci dengan perasaan ini, Bang. Hiks...." Seketika tangis wanita itu pecah.
Erland mengusap wajahnya dengan lembut. Ada perasaan iba menyelimuti hatinya, dirinya benar-benar merasa bersalah karena sikapnya telah membuat gadis itu menaruh hati dengan begitu dalam sehingga dia tak mampu keluar dari belenggu cinta itu.
"Ssshh... Tenanglah, jangan menangis lagi. Abang benar-benar minta maaf, Dek, sekarang katakan apa yang harus Abang lakukan untukmu? Apakah Abang harus berpura-pura mencintaimu? Apakah kamu yakin akan bahagia hidup bersama orang yang tidak mencintaimu?" tanya Erland sembari memberi ketenangan pada gadis itu.
Intan semakin menguatkan pelukannya, ia ingin melepaskan segala rindu untuk malam ini. Ia tahu ini adalah pelukan terakhir bagi mereka.
"Tidak, Bang, Abang tidak perlu melakukan hal itu. Aku tidak akan merusak kebahagiaan Abang. Sepertinya perpisahan ini adalah jalan terbaik untuk kita. Dengan tak adanya pertemuan lagi, maka akan memudahkan aku untuk menghapus segala rasa yang ada. Abang tidak perlu khawatir, aku akan selalu jaga diri dengan baik. Abang juga baik-baik disana ya," ucap Intan mencoba untuk berdamai.
Erland melerai pelukannya, ia menatap wajah gadis yang ia sayangi tak lebih sebagai adik sendiri. Ia tak menyangka kasih sayang dan perhatiannya selama ini akan disalah artikan olehnya. Tapi ia juga tak bisa menyalahkan perasaan yang datang dengan sendirinya.
Erland selalu berdo'a semoga suatu saat gadis itu akan bahagia menemukan lelaki yang tulus menyayanginya. Tangannya mengusap mahkota gadis itu dengan lembut.
"Sekali lagi maafkan Abang ya," lirihnya dengan sedih.
"Abang tidak perlu minta maaf, Abang tidak salah. Sudahlah, sekarang ayo kita pulang. Besok pagi-pagi Abang harus pergi 'kan?" ucap Intan berusaha untuk baik-baik saja.
Pria itu tersenyum sembari menggusal mahkota wanita itu dengan lembut.
"Ayo kita pulang."
Bersambung....
Happy reading 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Tatik Tatik
huhuhu sedihhh 😔😔
2024-12-30
0
Defi
kok ikutan mewek kayak Intan 😥😥
Intan sabar ya, semoga ada orang yang tulus cinta kamu seperti kamu cinta Erland
2023-05-08
1
shylia
ayo intan kamu hrs segera move on dari bang erland kalo emang jodoh gk akan kemana kok😊
2023-05-08
0