Malam ini Intan tak bisa menemui mimpinya, sungguh perasaannya begitu menyiksa. Apakah mungkin mereka akan berpisah untuk selamanya? Inikah saatnya ia harus move on dari belenggu cinta Pria itu?
Entah jam berapa ia baru masuk ke alam mimpi. Perpisahan ini sungguh menyiksa diri, namun harus ikhlas demi kebaikan bersama. Ia juga tak ingin merusak kebahagiaan Pria itu.
Pagi telah menjelang, seruan adzan membangunkan intan dari tidur lelapnya, rasanya masih enggan beranjak namun kewajiban sebagai umat Islam maka ia segera menunaikan ibadah dua rakaat.
Selesai sholat, Intan segera keluar menuju dapur. Mengingat Erland akan berangkat pagi ini maka ia menyajikan sarapan terakhir untuk lelaki itu. Meski berat melepaskan kepergiannya, namun inilah jalan terbaik.
Selesai menyajikan nasi goreng sederhana buatannya, Intan menghampiri kamar Erland untuk memanggilnya. Sepertinya Pria itu ketiduran karena sedari tadi tak melihat batang hidungnya.
"Bang Erland!" panggil Intan dengan ketukan pintu.
Tak ada jawaban, Intan kembali mengetuk berulang kali hingga pintu kamar itu terbuka.
"Eh, Tan," ucap Erland dengan wajah bantalnya.
"Kok Abang baru bangun? bukankah Abang berangkat pagi ini?" tanya Intan pada pria itu.
"Nanti agak siangan. Kamu kok masih santai, nggak kuliah hari ini?" tanya Erland
"Nanti ada makul jam sepuluh. Ayo Abang mandi dulu habis itu kita sarapan, aku udah buat sarapan buat Abang," jelas Intan tersenyum simpul.
"Ah, iya, makasih ya."
Intan hanya mengangguk sembari berlalu meninggalkan Pria itu yang masih berdiri diambang pintu. Hanya butuh waktu lima belas menit Erland telah rapi dengan stelan pakaian berpergiannya.
Intan terpaku menatap Pria tampan itu. Masih tak menyangka bahwa mereka benar-benar akan berpisah. Bagaimana nanti hari-harinya tanpa kehadiran lelaki yang selama ini begitu menyayangi dan melindunginya. Rasanya benci sekali dengan perasaan ini yang tak bisa berdamai.
"Ayo duduk, Bang," seru Intan mempersilahkan dengan manis. sikap wanita itu tampak berubah begitu baik seakan ia tak ingin meninggalkan kesan buruk dalam perpisahan itu.
"Makasih, Dek," balas Erland dengan senyum tak kalah manis.
Mereka sarapan bersama dengan suasana sedikit berbeda dari yang biasanya. Intan banyak bicara seakan Erland melihat kembali kehadiran Intannya yang dulu.
"Abang berangkat naik apa?" tanya Intan di sela sarapan mereka.
"Nanti dijemput oleh Nindi," jawab Erland jujur. Seketika Intan berhenti menyuap makanannya saat nama wanita itu disebut.
Sesaat suasana kembali hening, tetiba intan tak berminat lagi untuk banyak bicara, sepertinya berkaitan dengan wanita itu membuat moodnya kembali rusak. Ah entahlah, kenapa sulit sekali berdamai dengan hati.
Selesai sarapan, Erland segera bersiap karena saat mereka makan Nindi sudah calling memberitahu bahwa dirinya sudah on the way.
Tak berapa lama terdengar suara klakson mobil dari luar menandakan gadis itu sudah sampai. Erland segera menggeret kopernya dan menghampiri Intan yang berdiri di samping meja makan.
Sesaat tatapan mereka bertemu. Intan berusaha untuk tetap tenang dan tegar.
"Dek, Abang pamit ya, kamu jaga diri baik-baik. Jika kamu butuh sesuatu beritahu Abang," ucap Erland sembari mengulurkan tangannya pada gadis itu.
"Iya, Abang baik-baik disana ya, jaga kesehatan, dan semoga Abang sukses dalam karir. Jangan lupa sholat," balas Intan memberi pesan.
Intan menerima uluran tangan Erland dan mencium punggung tangannya. Seketika dadanya terasa sesak, tanpa diminta ia memeluk tubuh kekar itu untuk yang terakhir kalinya. Ia membenamkan wajahnya di dada bidang itu dengan dalam.
"Jangan menangis, suatu saat kita pasti akan bertemu lagi, jika kamu masih mengizinkan, maka Abang akan selalu mengunjungimu. Yang penting kamu harus bisa jaga diri dan kesehatan," ucap Pria itu sembari membelai rambut hitam legam gadis yang dianggapnya sebagai adik sendiri.
Intan hanya mengangguk sembari menyusut air matanya yang sedari tadi sudah jatuh berderai. Dadanya terasa sangat sesak. Andai cinta tak hadir dalam hatinya, maka mereka tidak akan pernah berpisah. Ternyata cinta bisa membuat seseorang merubah sikap.
"Udah dong acara peluk-pelukannya." Terdengar suara seseorang membuat kedua insan itu segera melepaskan pelukan mereka.
"Ah, Nin, maaf ya lama menunggu," ucap Erland pada sang kekasih.
"Aku sudah dari tadi disini menyaksikan drama Teletubbies," tukas Nindi dengan senyum senjang.
"Kok kamu ngomong begitu?" protes Erland pada gadis cantik itu.
"Udahlah, jadi nggak nih berangkatnya?" tanya Nindi mengalihkan percakapan sembari menatap Intan dengan raut wajah tak suka.
"Iya, ayo sekarang kit berangkat. Dek, Abang pergi ya." pamit Erland mengusap rambut Intan sebelum beranjak.
"Iya, hati-hati Bang," jawab Intan ikut melepaskan kepergian pasangan itu.
Intan berdiri diambang pintu menatap kepergian mereka hingga mobil yang membawa mereka telah hilang di ujung jalan.
"Semoga Abang bahagia disana. Maaf jika aku harus memutus kontak diantara kita. Aku hanya ingin Abang bahagia bersama orang yang Abang cintai tanpa harus ada aku yang menjadi pengganggu," gumam gadis itu sembari memblokir semua kontak dan media sosial Pria itu.
Rasanya sikapnya sungguh terlalu, namun semua yang ia lakukan demi kebaikan bersama agar lelaki itu tenang menjalani hari-harinya tanpa harus memikirkan dirinya lagi.
Intan segera masuk dan bersiap untuk berangkat ke kampus. Di depan cermin ia menatap wajahnya sendiri.
"Bismillah, ayo Intan, kamu pasti bisa menjalani hari-harimu tanpa dia lagi. Kamu tak perlu memaksa menghapus rasa cintamu, tetapi kamu harus terbiasa hidup tanpa kehadirannya.
Intan menyemangati diri sendiri agar tetap tegar, meskipun tak bisa ditampik bahwa semua itu bukanlah perkara yang mudah untuk ia lakukan. Ia harus bisa membujuk hatinya agar mau mengerti.
***
Tak terasa waktu berjalan, kini sudah satu minggu lamanya Erland berada di kota orang. Lelaki itu begitu gigih mengikuti serangkaian tes untuk menjadi abdi negara.
Erland sengaja menyembunyikan dari Intan, karena ia ingin memberi kejutan untuk adiknya itu saat nanti ia sudah lulus menjadi polisi. Erland hanya mengatakan pada intan untuk bekerja di sebuah perusahaan yang ada di kota itu.
Malam ini waktu Pria itu sedikit senggang, dan ia baru di izinkan untuk menggunakan ponselnya dengan waktu yang di tentukan. Entah kenapa ia lebih dahulu ingin menghubungi Intan ketimbang Nindi sang kekasih.
Erland ingin tahu bagaimana kabar gadis itu setelah hampir dua minggu ia tinggalkan. Apakah dia baik-baik saja? Berharap sekali di ponselnya ada pesan darinya, namun tak ada pesan apapun disana.
Berulang kali lelaki itu men-call nomor Intan, namun tak tersambung. Ia mencoba membuka aplikasi sosmed untuk mengirim pesan disana. Herannya ia tak lagi menemui akun gadis itu disana.
Mendadak hatinya menjadi risau karena takut terjadi sesuatu pada gadis itu. Kenapa Intan memutuskan semua kontaknya?
Bersambung....
Happy reading 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
shylia
ka dew updatenya setiap hari dong biar gk penasaran nih sm alur ceritamu yg slalu bikin aku baper😂😂
2023-05-10
3
shylia
ya ampun hatiku berasa sakit ya liat intan menjauh dari erland tapi gpp mungkin itu yg terbaik untuk keduanya saat ini...semangat intan kamu hrs jd gadis yg kuat👍
2023-05-10
3
Defi
semangat Intan 💪
2023-05-10
2