Erland masih berusaha untuk mencari sosmed Intan namun tak ia temui sehingga membuat hatinya semakin diliputi rasa cemas yang mendalam, siapakah orang yang harus ia suruh untuk mencari tahu kabar sang adik. Tidak mungkin ia meminta Nindi untuk mencari tahu, dan ia sudah tahu jawaban dari gadis itu, tentu saja dia tidak akan mau.
Dengan waktu yang terbatas membuat Erland tak bisa terlalu bebas berselancar di dunia maya untuk mencari keberadaan Intan. Erland terpaksa mengurungkan niatnya karena waktu berkabar dengan sanak saudara telah usai, mereka harus menyerahkan kembali alat komunikasi itu pada kepala penjaga.
Jika Erland sedang fokus mengikuti pendidikan di (SIPS) Sekolah inspektur polisi sumber sarjana. Berbeda dengan Intan yang hampir menyelesaikan pendidikannya sebagai mahasiswi di jurusan kedokteran.
Intan sedang fokus dengan bermacam aktivitas menjelang wisuda, dari mulai menyusun skripsi hingga sidang, namun wanita itu yang memang tergolong cukup pintar maka tak ada hambatan baginya untuk menyelesaikan tugasnya.
Hari terus berlalu, bulan telah berganti. Kini wanita cantik yang berumur dua puluh empat tahun itu telah berhasil mendapat gelar sarjana kedokteran.Intan sangat bersyukur atas apa yang telah ia raih saat ini.
Dengan masih menggunakan pakaian wisudanya, Intan menyambangi makam sang ibu untuk menyampaikan rasa bangganya telah berhasil menjadi seperti yang di inginkan wanita itu saat ia masih hidup.
"Assalamualaikum, lihatlah, Bu, aku sudah berhasil menjadi seperti yang ibu inginkan. Aku sudah berhasil meraih gelar sarjana sesuai jurusan yang ibu harapkan. Aku akan berusaha lagi agar bisa menjadi seorang Dokter. Ibu pasti bangga melihatku sekarang 'kan? Oya, Bu, aku selalu lupa menyampaikan pada Ibu. Sekarang Bang Erland sudah tak bersamaku lagi. Maaf ya, Bu, aku terpaksa memutus hubungan dengannya, tentu saja ibu sudah tahu apa alasannya. Tak apalah, Bu, ini semua demi kebaikan aku dan juga hubungannya dengan kekasihnya."
Intan menyampaikan pada sang Ibu atas perpisahannya dengan Erland. Ia masih membawa batu nisan itu bicara untuk meluahkan perasaannya, berharap sang ibu dapat memahami segala keputusan yang ia ambil.
***
DUA TAHUN KEMUDIAN.
Disebuah ruangan seorang dokter cantik tampak begitu fokus memeriksa para pasiennya yang sedang rawat jalan. Intan Dewi, Dr. SpB. Gadis yang berusia dua puluh lima tahun itu terlihat begitu cantik dengan stelan yang ia kenakan dan di lapisi Snelli dokternya.
"Fokus banget, masih banyak yang mau diperiksa?" tanya seseorang yang tak lain adalah teman sejawat gadis itu.
"Kan lihat sendiri di depan sebelum masuk kesini," jawab Intan cuek masih fokus memeriksa file para pasien yang ada di atas mejanya.
"Nggak meratiin, sebab fikiran aku terlalu fokus padamu, Nona," jawab Pria itu dengan senyum manisnya.
"Ish, apaan sih kamu."
"Eh, serius akunya."
"Tapi aku sedang tak serius membahas tentang itu lagi. Hei, sadar Tuan, ini di Rumah sakit. Udah sana keluar," ujar gadis itu sembari mendorong tubuh lelaki yang memang sudah berulang kali menyatakan perasaannya, namun berulang kali pula ditolak oleh Intan.
"Ish, kamu kok tega banget sih, Dek. Abang nanti praktek jam sepuluh," rutu Pria itu saat wanita cantik itu menyuruhnya untuk pergi.
"Iya, tapi aku tidak nyaman bila direcoki oleh Abang," balas Intan masih gigih mendorong tubuh lelaki itu untuk keluar dari ruangannya.
"Cie cie, Dokter Intan dan Dokter Reza!" seru para perawat yang ada di ruangan itu.
"Kayaknya ada yang bakalan bucin nih!" sambung mereka sembari terkekeh melihat tingkah kedua Dokter itu.
"Iya, kalian bantu Abang dong, biar gadis cantik ini bisa menerima cinta Abang," sambung Reza pada mereka.
Intan semakin membesarkan matanya sehingga membuat Reza semakin terkekeh. "Santai, Dek, Oke oke, Abang keluar sekarang. Tapi ada syaratnya," ujar Reza pada wanita itu.
"Apaan sih, Bang. Nggak ada syarat-syaratan, ayo Abang keluar sekarang. Masih banyak pasien aku diluar, Bang," cicitnya memohon agar Reza segera keluar.
"Nggak!"
"Astaghfirullah... Jangan bikin masalah deh, Bang. Aku sedang kerja!" kesal Intan pada lelaki keras kepala itu.
"Udah Dokter, terima saja syarat dari Dr Reza," sambung Fani seorang perawat pendampingnya. Intan menatap gadis itu dengan raut wajah sedikit jengkel karena telah memberi dukungan pada Reza. Namun tak ada cara lain pada akhirnya Intan menerima syarat Pria itu.
"Oke, apa syaratnya? Awas saja kalau aneh-aneh!" ancamannya dengan garang.
"Hahaha... Nggak ada yang aneh kok, Abang hanya ingin mengajakmu makan siang. Gimana, kamu mau 'kan?" tanya Reza sangat berharap.
"Hmm, baiklah. Ayo sekarang Abang keluar."
"Oke, nanti jam dua belas tiga puluh Abang tunggu ya. Oke cantik." Reza mengedipkan matanya dengan senyum menawan.
Intan hanya berdecak kesal sembari menggelengkan kepala. Ternyata berbeda sikap wanita dan Pria bila terlalu menyukai seseorang. Sesaat pikirannya kembali ke dua tahun yang lalu, dimana dirinya yang begitu mencintai Abang angkatnya, namun ia berusaha untuk tetap baik-baik saja walaupun hatinya menyimpan segudang cinta.
Sudah memasuki tahun ketiga, namun tetap saja Pria itu mempunyai tempat teristimewa dalam relung hatinya. Banyak lelaki yang datang untuk meminta hatinya, namun tak ada satupun yang bisa menggantikan posisi Erland dari bilik kalbu.
Dimana Pria itu sekarang? Ah entahlah, ia benar-benar tidak tahu bagaimana kabarnya. Mungkin saja mereka sudah bahagia. Namun bagaimana dengan dirinya yang masih belum bisa terlepas dari belenggu cinta lelaki itu.
Intan terpaku dengan pikiran merewang. Intan menghela nafas dalam, sedikit sesak bila mengingat Pria dimasa lalunya.
"Dokter, apakah sudah bisa saya panggil pasiennya?" tanya Fani membuyarkan lamunannya.
"Ah, iya. Silahkan." Intan kembali fokus dengan pekerjaannya.
***
Disalah satu ruangan seorang lelaki yang dengan lambang pangkat tiga melati itu(Kombes pol) sedang fokus memeriksa laporan yang ada di mejanya. Erland mengamati setiap kasus yang telah tertuang di berkas laporan.
Pria itu tampak begitu tampan dengan seragam coklat yang sedang ia kenakan. Erland memanggil salah satu anggotanya untuk meminta penjelasan atas berkas perkara yang harus ia selidiki secara langsung ke TKP.
"Apakah kamu yakin di daerah ini tempatnya?" tanya Erland pada anggotanya.
"Siap, saya yakin, Pak."
"Kalau begitu persiapkan semuanya, kita berangkat sekarang," titahnya pada sang anggota yang akan turun langsung dengannya ke TKP yang telah di targetkan.
Erland cukup sukses dalam berkarir, otaknya yang cerdas dapat menunjang karirnya sehingga dalam kurun waktu tak begitu lama ia sudah mendapatkan pangkat yang cukup bagus. Sebagai seorang penyidik handal, ia mampu menjebloskan para penjahat dari beragam kasus yang ia tangani.
Erland dan para anggotanya berangkat menuju salah satu tempat yang ada di kota itu untuk melakukan penggerebekan sebuah rumah yang telah mereka curigai sebagai tempat penyimpanan bermacam bentuk narkoba yang datang dari luar negeri dengan cara penyelundupan.
Bersambung....
Happy reading 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Isda Wardati K
masak jangka waktu 2th tau2 pangkatnya sudah kombes?? cerita ini memang fiktif tapi bukan berarti tidak masuk akal
2024-01-04
1
ENDAH_SULIS
mana ada selama 2 tahun bisa jd spesialis...PPDS itu plg tdk 5 tahun....
yuk survei dl Thor
2023-11-28
0
Marliana MARLIANA
2 tahun intan lom juga move on...napa coba ga mencoba dengan orang lain..noh ada pak dokter yang ngasih kasih sayang...napa ga bapar coba..
2023-05-12
0