Suami Milyarder
Lylia memilih mengurung diri di paviliun tempat tinggalnya meskipun dia tahu jika di rumah utama tengah berkumpul seluruh keluarganya.
Kakak dan kakak iparnya datang karena esok akan ada acara perayaan ulang tahun kakek.
Namun, ketenangan Lylia tak bertahan lama karena sang ibu mendatanginya dan memintanya ikut ke rumah utama.
“Ibu! Aku akan datang nanti dengan suamiku,” kata Lylia menolak.
“Saudarimu datang dari jauh. Tidakkah kau ingin melepas rindu bertemu dengan mereka? Kau benar-benar sudah tidak waras, Lylia. Kau memilih hidup miskin dibandingkan mengikuti jejak kedua saudarimu,” omel Eudora seperti biasa. Menghina dan merendahkan suaminya karena dianggap miskin.
“Nanti malam aku akan datang saat makan malam, Bu. Jangan memaksaku.”
Lagipula melepas rindu dengan saudarinya? Hal mustahil yang seharusnya Eudora sendiri tahu jawabannya. Hubungannya dengan kedua saudarinya tidak baik, sejak kecil hingga beranjak dewasa mereka tak pernah benar-benar akur.
Apalagi sejak dirinya memutuskan menikah dengan Xavier. Hubungannya semakin memburuk karena mereka semua selalu menghina pilihannya yang dianggap rendahan.
“Keras kepala! Kau benar-benar tidak berguna, Lylia.”
Brak!
Eudora pergi dengan wajah memerah penuh amarah. Sejak dulu Lylia selalu menjadi pembangkang dan tak pernah mau diatur, dalam hal apa pun. Wanita itu seolah memiliki dunianya sendiri dan tak peduli dengan pertentangan yang selalu diberikan kedua orang tuanya.
Bagi Lylia. Dia bukan burung dalam sangkar yang akan menuruti semua titah pemiliknya. Dia bukan robot yang bisa dikendalikan oleh orang lain. Dia bukan barang yang bisa ditukar dengan materi. Lylia punya pikiran dan perasaan yang bisa digunakan.
—
“Hei, apa yang kau pikirkan?!” Suara yang tak asing itu membuat Lylia yang tengah menatap kosong segera menoleh. Mendapati suaminya berdiri di ambang pintu dengan senyum yang selalu terukir di bibirnya.
Lylia bangkit dan menyambut suaminya. “Sudah lama? Maaf tidak menyadari kehadiranmu.”
Xavier memberikan ciuman di kening dan merangkul Lylia masuk ke dalam rumah. Kehidupan rumah tangganya bahagia meskipun mereka tidak dilimpahi banyak materi.
“Ada yang mengganggu pikiranmu?”
“Ibu meminta kita datang ke rumah utama. Alice dan suaminya datang dari Indonesia. Kau tidak lupa ‘kan jika lusa ulang tahun kakek?”
“Tentu saja tidak, Sayang. Aku pulang sedikit terlambat karena mencari hadiah untuk kakek. Semoga beliau menyukainya.”
Xavier meminta Lylia bersiap untuk datang ke rumah utama. Namun, Lylia sama sekali tak beranjak dari tempatnya duduk. Dia benar-benar malas dan tak ingin datang ke sana. Alasannya hanya satu ... dia tidak ingin suaminya dihinakan oleh keluarganya.
“Ayolah, Lylia! Tidak apa-apa. Itu bukan masalah besar,” kata Xavier dengan yakin.
“Kau tahu bagaimana mereka. Ucapan mereka bahkan lebih menyakitkan dibandingkan belati tajam.”
Xavier hanya tersenyum menanggapi ucapan Lylia yang memang adalah sebuah kebenaran. Namun, jangan salah. Karena Lylia sendiri memiliki lidah yang tak kalah tajam saat kemarahan sudah menguasai.
“Tidak apa-apa, Lylia.” Xavier menyunggingkan senyum tipis dan mengecup puncak kepala sang istri untuk menenangkannya.
“Aku benar-benar tidak ingin datang ke sana, Vier,” kata Lylia dengan wajah malas.
Setelah mandi dan berganti pakaian rapi, Xavier dan Lylia datang ke rumah utama di bagian utara. Sebenarnya kediaman mereka masih di satu wilayah yang sama, hanya saja mereka sengaja ditempatkan di paviliun yang terpisah dengan rumah utama.
—
“Silakan, Tuan, Nona,” ujar kepala pelayan membawa mereka ke ruang makan di mana semua keluarga telah berkumpul.
“Selamat malam ayah mertua, ibu mertua, kakak ipar dan adik ipar,” sapa Xavier ramah dengan senyum khas yang dimiliki.
Sebelum duduk Xavier menarik kursi untuk Lylia lebih dulu.
“Sudah satu tahun tidak bertemu, kenapa kau tidak berubah sama sekali, Adik ipar?” tanya Alice. Nada ucapannya penuh dengan hinaan.
“Tentu saja tidak akan berubah, dia kan memang pria tidak berguna,” sahut Karina tak kalah sinis.
Tangan Lylia terkepal kuat, Xavier langsung menyentuh dan menggenggamnya dengan erat, menyalurkan kekuatan baru yang penuh energi positif. Wanita itu selalu emosional tiap kali anggota keluarga menghina dirinya. Bahkan Lylia pernah hampir merobek mulut adik iparnya karena mengucapkan hal buruk.
Ini bukan hinaan yang pertama, sudah sering keluarga ini menghina Xavier karena statusnya yang dianggap rendah.
“Sudah hentikan! Jangan membuat keributan di meja makan,” ucap pria paruh baya itu menengahi. Alucard menatap Xavier dengan pandangan dingin sekali.
“Kau bela saja terus menantu yang tidak berguna ini,” sahut Eudora marah.
“Cukup, Bu! Jika kedatangan kami hanya untuk dijadikan hinaan, kami akan pergi,” lontar Lylia berani.
“Beraninya kau pada ibumu!”
“Cukup!!!” Alucard melerai. Tak ingin terjadi keributan yang lebih besar lagi jika membiarkan para wanita terus berbicara.
Makan malam itu berlalu dengan tenang. Meskipun sesekali terdengar sindiran dari Eudora.
—
“Jangan memaksa, Bu. Aku mencintai suamiku dan tidak akan meninggalkannya,” jawab Lylia keras.
“Kau bisa dapat pengganti suami yang lebih baik dibandingkan pria miskin itu, Lylia.”
“Sudah berulang kali aku katakan untuk tidak mencampuri urusan rumah tanggaku, Bu.” Lylia menatap ibunya dengan marah. Dia selalu ditekan oleh wanita paruh baya itu untuk bercerai dengan suaminya, tetapi sikapnya yang menentang membuat keduanya tak pernah akur dan berujung pertengkaran.
“Dasar tidak tahu diri. Apa untungnya kau bertahan dengan pria miskin yang tidak bisa memberimu apa-apa, Lylia.” Eudora mencengkeram dagu putrinya dengan keras dan menekannya hingga terdengar ringisan pelan.
“Sakit, Bu! Kumohon jangan ikut campur kehidupanku dengan suamiku.”
Plak!
Lylia mendapatkan tamparan karena dianggap satu-satunya wanita bebal di keluarga Richards yang susah diatur.
“Kau terlalu tamak dan silau akan harta hingga tak pernah bertanya tentang kebahagiaan atau perasaanku.” Secepat kilat Lylia pergi dari hadapan ibunya dengan air mata yang meluncur deras membasahi kedua pipinya.
Hidup memang membutuhkan harta, tetapi bukan berarti itu segalanya. Harta tak menjamin kebahagiaan, tetapi suami yang baik dan penuh tanggung jawab akan selalu mengusahakan untuk kebahagiaan keluarga kecilnya.
Sikap Lylia yang semakin membangkang membuat Eudora semakin murka. Terang-terangan wanita paruh baya itu mengatakan, bahwa semua yang telah terjadi karena ulah Xavier yang mempengaruhi Lylia untuk membangkang pada keluarga.
Xavier benar-benar tidak ada niat untuk membuat istrinya menjauhi keluarga, tidak juga menyuruh istrinya untuk membenci keluarganya sendiri.
“Maafkan aku, Sayang,” kata Xavier mengusap punggung sang istri lembut.
“Kau bicara apa! Sudahlah, segera pergi ke kantor atau aku akan mengurungmu di dalam kamar ini,” jawab Lylia dengan senyum jahil.
“Maafkan aku ... suamimu ini berjanji akan memberikan seluruh dunia dalam genggaman jika waktunya sudah tiba.”
Lylia mengangguk dan tersenyum. “Aku selalu percaya padamu.”
To Be Continue ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu wajib searchnya pakek tanda kurung dan satu novel lagi judulnya Caraku Menemukanmu
2023-05-19
1
𝔐𝔢𝔩𝔦𝔞𝔫𝔞 𝔰𝔦𝔯𝔢𝔤𝔞𝔯
Bener bener...
2023-05-13
1
𝔐𝔢𝔩𝔦𝔞𝔫𝔞 𝔰𝔦𝔯𝔢𝔤𝔞𝔯
mulutnya..
minta d lakban, kayaknya nih😒
2023-05-13
1