Hari yang dinanti telah tiba. Pesta perayaan ulang tahun pendiri Richards Company yang diselenggarakan di sebuah hotel mewah dihadiri oleh tamu dari berbagai kalangan kelas atas.
Sejak siang semua keluarga sudah berkumpul dan akan menginap di hotel tempat berlangsungnya pesta.
Lylia masih bersiap. Wanita iyu masih memoles riasan tipis di wajah. Tidak seperti ibu dan kedua saudarinya yang menggunakan jasa makeup. Lylia lebih memilih melakukannya sendiri.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan keras di pintu membuat Xavier segera bangun dan membukanya.
“Ayo ke aula. Sebentar lagi acara akan dimulai,” kata Karina yang ada di depan pintu.
Xavier hanya mengangguk tanpa melontarkan jawaban, lalu kembali menutup pintu begitu saja. Membuat adik iparnya tampak marah dan kesal.
“Vier,” panggil Lylia pelan. “Perasaanku tidak enak.”
Xavier tersenyum menanggapi ketakutan istrinya. “Tidak perlu merasa takut, ada aku yang selalu di sampingmu.”
Keduanya berjalan bergandengan tangan menuju aula di mana pesta tengah berlangsung.
Kedatangan mereka menjadi pusat perhatian. Paras cantik putri Keluarga Richards dan wajah rupawan para menantunya membuat semua mata tak bisa berkedip melihatnya.
Namun, tetap saja dari sekian banyak pandangan kagum yang didapat, ada pula sebagaian orang yang berbisik-bisik menggunjingkan salah satu menantu Keluarga Richards yang hanya pegawai biasa.
Lylia cantik, terpelajar dan dari keluarga yang berpengaruh, seharusnya dia bisa mendapatkan pria yang jauh lebih baik. Meskipun rupa Xavier tampan, tetapi dia bukanlah apa-apa jika tak memiliki kedudukan. Mungkin begitulah isi pikiran mereka yang saat ini tengah menatapnya.
Xavier hanya tersenyum dan mengenggam tangan Lylia seperti berkata, “Itu bukan hal besar.”
Mereka menyapa Martis Federick Richards dengan sopan, mengucapkan selamat ulang tahun pada pria tua yang masih sehat dan terlihat bugar di usianya yang hampir mendekati delapan puluh tahun. Tentu saja gaya hidup sehat membuatnya tampak terlihat awet muda dari usia yang sebenarnya.
Saat Xavier berhadapan dengannya, pria tua itu tersenyum dan memeluknya. “Terima kasih telah mencintai cucuku dengan sangat besar.”
“Kakek, itu sudah tugas suami mencintai istrinya,” kata Xavier.
“Cinta saja tidak akan membuat hidup senang dan bergelimang harta. Ayah benar-benar salah pilih,” kata Eudora dengan sinis di depan Federick. “Banyak pria di luar sana yang bersedia menikah dengan Lylia, tapi ayah justru memilih pria tidak berguna ini,” lanjut wanita paruh baya itu dengan mulutnya yang begitu tajam.
“Jaga bicaramu, Eudora!” Pria tua itu tampak menatap tajam ke arah menantunya. Dia mengeraskan rahang hingga Alucard harus turun tangan melerai mereka.
Alucard membawa istrinya menjauh, diikuti dua anak dan menantunya yang kini telah menyebar dan menyapa semua orang. Jelas tujuannya adalah mencari relasi demi kepentingan pribadi.
Lylia memeluk sang kakek dengan penuh kerinduan. “Selamat ulang tahun. Semoga kakek panjang umur dan bisa melihatku menberikan cicit,” katanya dengan mata yang berkaca-kaca.
“Tentu saja kakek tua ini akan menunggunya. Berbahagialah selalu, Lylia.”
Acara yang ditunggu akhirnya tiba. Semuanya berkumpul mengelilingi meja bundar di mana kue bertingkat tujuh sudah ada di hadapan siap untuk dipotong.
Sebelum memotong kue, Federick memberikan beberapa sambutan dan rasa terima kasih karena sudi hadir di acara perayaan ulang tahunnya.
Tepuk tangan dari semua orang membuat suasana semakin riuh. Setelah potong kue, para tamu mulai menyebar dan menikmati hidangan yang telah disediakan.
Xavier, Lylia dan Federick duduk di satu meja, sementara keluarga yang lain duduk di meja sebelahnya.
“Kakek tidak makan?” tanya Lylia, “aku ambilkan, ya.”
“Tidak, nanti saja.” Federick menolak karena dia memang belum lapar.
“Kalau mau makan, kau bisa pergi. Aku akan di sini menemani kakek,” ujar Xavier.
Lylia mengangguk dan menuju deretan meja dengan berbagai hidangan yang telah disediakan.
“Aku tidak menyangka, kenapa putri kedua Keluarga Richards mau menikahi pria miskin itu.”
“Kau benar, seharusnya dia bisa mendapatkan pria yang layak, tapi justru memilih sampah tidak berguna itu.”
“Sayang sekali dia tidak memanfaatkan kecantikannya untuk menjerat pria yang lebih baik.”
Begitu lah bisik-bisik yang didengar di telinga Lylia saat dirinya melewati sekumpulan wanita yang tengah menggunjingnya.
Namun, Lylia segera mengambil apa yang diinginkan dengan cepat dan kembali ke mejanya. Dia tidak tahan mendapati hinaan yang selalu ditunjukkan untuk suaminya.
Informasi tentang Xavier Thomas yang hanya seorang pegawai biasa tentu dengan mudah digali oleh banyak orang. Status menantu di Keluarga Richards juga menjadi sorotan, karena dia dianggap hanya menumpang hidup.
Diamnya Xavier dan ketidakpedulian yang dilakukan membuat rumor tentang pria tidak tahu diri, benalu dan menantu tidak berguna semakin tersebar luas.
“Aku ambilkan minum,” kata Xavier segera pergi mengambil minuman.
Namun, saat dia sudah memegang dua gelas minuman, bahunya ditepuk dari belakang dan membuatnya menoleh.
“Oh, ini dia pria miskin tidak tahu diri yang mendapatkan keberuntungan dengan menikahi putri kedua Keluarga Richards.”
Bagi Xavier berbagai macam hinaan untuknya tidaklah terlalu penting di telinga. Mereka yang tidak tahu boleh berkomentar apa pun, itu hak mereka.
“Katakan apa pun yang Anda inginkan Tuan Howard.”
Sikap Xavier yang acuh tak acuh membuat pria di depannya geram. Stefen Howard memang sudah menyukai Lylia sejak lama, tetapi dia tak pernah mendapatkan tempat dalam hidup Lylia karena sikap arogan dan kesombongan yang dimiliki.
“Kau seharusnya sadar diri, di sini bukan tempatmu. Kau hanya pegawai rendahan dengan latar belakang keluarga yang tidak jelas. Seharusnya kau malu menikahi putri keluarga kaya. Kau lihat siapa dirimu? Kau hanya pria miskin, pecundang dan tidak berguna!” Stefen Howard semakin menggebu melontarkan segala caci maki.
Xavier menatap tajam pria di depannya. Aura di sekitar mereka tampak begitu dingin dalam sekejap.
“Tapi aku adalah pria beruntung yang bisa dicintai oleh Lylia. Wanita yang menjadi incaran banyak kaum adam. Sungguh malang sekali nasib mereka yang tidak beruntung. Aku bahagia melihat mereka patah hati,” ujar Xavier dengan wajah sedih, tetapi sarat akan hinaan.
“Sialan! Beraninya kau,” desis Stefen dengan kedua tangan terkepal.
Xavier melemparkan senyum, wajahnya kembali menghangat. “Terima saja kenyataan bahwa pecudang ini, mampu membuat wanita incaranmu tidak menoleh.” Pria itu berlalu setelah mengatakannya. Percuma saja dia meladeni mereka yang selalu memiliki cela untuk menghakimi kekurangan yang dimiliki.
“Kenapa Stefen Howard mendekatimu, Vier?” tanya Lylia saat Xavier baru saja duduk.
“Kami hanya sedikit berbincang. Bukan masalah,” jawab Xavier yang melihat kekhawatiran di wajah sang istri.
Sesekali Lylia yang tengah menyuapkan makanan ke mulutnya, mengarahkannya pada Xavier. Sikap manis wanita itu membuat banyak pasang mata menatap mereka dengan kesal bercampur marah.
“Hai anak muda, kalian mau membuat kakek tua ini menjadi obat nyamuk, ya! Tidak sopan!” omel Federick melihat kemesraan cucunya.
Sepasang suami istri itu terkekeh dengan pelan.
“Ayolah kakek, kau juga pasti pernah melakukannya saat muda dulu. Atau jangan-jangan kakek langsung menua begitu saja?” canda Lylia membuatnya mendapatkan pukulan pelan oleh Federick.
“Kurang ajar!”
Wajah Federick tampak kesal. Cucu keduanya itu selalu bisa membuatnya naik darah.
Obrolan ketiga orang itu menimbulkan gelak tawa yang menjadi pusat perhatian. Beberapa kali para tamu yang menyapa Federick menatap ke arah Xavier dengan pandangan meremehkan, tetapi tentu saja tidak akan berani menghinanya langsung di bawah tatapan tajam seorang Federick yang menakutkan.
“Lylia, ibu memanggilmu. Beliau ingin bicara denganmu,” kata Alice yang baru saja datang mendekat.
“Apa yang diinginkan?” jawab Lylia tampak bingung.
“Kau ini banyak tanya! Cepat datangi ibu!” kata Alice dengan nada membentak dan pergi begitu saja.
“Pergilah jika ibumu memanggil. Kakek masih ada Xavier yang menemani,” kata Federick memberi pengertian.
Lylia mengangguk pelan, awalnya Xavier memiliki firasat yang tidak baik. Namun, Lylia meyakinkan bahwa ibunya hanya ingin berbicara.
Sekadar bicara.
Mungkin ... dengan maksud tertentu.
To Be Continue ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞
👏👏👏👏👏👏👏👏
2023-05-13
1
ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞
Ya ampun, lambe ndobleh nyinyir sekali
2023-05-13
1
ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞
kayaknya cuma kakek Lylia yg tulus menerima Xavier..
2023-05-13
1