Hana yang sedang mengobrol dengan teman prianya tak sengaja matanya melihat Dennis duduk menikmati roti dan kopi yang sedari tadi di bawa.
Selesai makan roti, Dennis memainkan ponselnya namun tak lama ia masukkan ke kantong celananya dan kembali menyesap kopi yang tersisa seperampat gelas.
"Dia sopir baru kamu," ujar William, teman prianya Hana.
"Ya, papa ingin aku ke mana-mana ditemani sopir."
"Pasti kamu tidak merasa bebas."
"Memang."
"Aku lihat sopir pribadimu itu lebih pantas menjadi pemimpin perusahaan," ucap William.
Hana tertawa mendengarnya.
"Memang lucu, ya?" William mengerutkan keningnya.
"Dia itu pria miskin yang kebetulan ditampung Paman Alpha dan disayang kedua orang tuaku."
"Maksud kamu dia tak memiliki orang tua?"
"Aku tidak tahu di mana kedua orang tuanya, katanya dia tinggal dengan neneknya," tutur Hana.
"Aku lihat wajahnya hampir mirip dengan bibiku," ujar William.
Hana lagi-lagi hanya tersenyum.
"Hana, aku serius. Wajahnya mirip sekali dengan adik ipar papaku!"
"William, wajahmu blasteran Eropa dan dia Asia. Apa ada keluargamu yang menikah dengan orang Asia berkulit putih?"
"Paman Felix menikah dengan wanita keturunan Asia berkulit putih," jawab William.
"Mungkin itu hanya kebetulan saja," ujar Hana.
"Mungkin saja."
"Jangan membahas dia lagi, lebih baik ceritakan saja pengalaman kamu di luar negeri," ucap Hana.
-
Dennis yang sangat lelah menunggu Hana mengobrol, memilih beristirahat di mobil.
Dennis memejamkan matanya sejenak agar dirinya tak mengantuk saat mengemudi.
Hampir 3 jam, Hana mengobrol di kafe. Bukan hanya William saja temannya namun ada 2 orang wanita yang juga datang menemuinya.
Selesai makan siang bersama dengan teman-temannya, keempatnya pun saling berpamitan pulang.
Hana melangkah ke mobilnya dan mengetuk kaca jendela hingga berulang kali.
Dennis mendengar suara ketukan, dengan cepat menggelengkan kepalanya dan memijit pelipisnya untuk menyadarkan dirinya. Gegas membuka pintu dan keluar.
"Kamu tidur di mobilku?" tanya Hana dengan nada marah.
"Maaf, Nona. Saya sangat mengantuk," jawab Dennis menundukkan wajahnya.
"Kamu pikir mobilku itu kamarmu!"
Dennis tak menjawab hanya diam.
"Cepat buka pintu!" perintahnya dengan kasar.
Dennis membuka pintu belakang mobil dan Hana pun masuk.
Dennis dengan cepat memakai sabuk pengaman dan menyalakan mesin mobil.
"Ini peringatan pertama dan terakhir untukmu. Jangan pernah tidur di mobilku, apapun alasannya selama masih jam kerja!"
"Baik, Nona."
"Sekarang kita pulang ke rumah!"
"Baik, Non."
Dennis mengarahkan laju kendaraannya menuju kediaman Harsya.
Sesampainya, Dennis membuka pintu buat Hana.
Begitu keluar Hana lantas berkata, "Sekarang kamu boleh pulang!"
"Dua jam lagi, bukankah Nona akan menghadiri pesta ulang tahun putrinya Tuan Darren dan Nayna?" tanya Dennis.
"Darimana kamu tahu hal itu?" Hana mengernyitkan keningnya.
"Paman Harsya tadi menghubungi saya."
"Oh, sekarang kamu memanggil ayahku paman bukan tuan. Apa yang sebenarnya mau kamu?" Hana menatap sinis pria di hadapannya.
"Nona, saya tidak mengerti."
"Jangan berpura-pura tidak tahu!" sentaknya.
Beberapa karyawan Harsya yang kebetulan melintas, membuat Dennis menundukkan wajahnya.
"Aku yakin kamu kemari memiliki niatan buruk!" tuding Hana.
"Tidak, Nona. Saya hanya ingin bekerja di sini!"
"Kenapa harus di sini? Apa tidak ada perusahaan atau pekerjaan lain untukmu?"
"Saya diminta sendiri oleh Paman Harsya."
"Lalu kamu menerimanya!"
"Iya, Nona."
"Sungguh licik!" tuduhnya.
"Nona, saya minta maaf. Jika beberapa sikap membuat anda marah. Tapi, saya bekerja di sini hanya ingin memiliki pekerjaan saja tidak lebih," ujar Dennis.
"Aku tidak percaya dengan semua perkataanmu!"
"Baiklah, Nona. Jika tidak percaya dengan ucapan saya."
"Sekarang kamu pulang, aku bisa ke rumah Paman Darren sendiri."
"Paman dan Bibi menginginkan saya mengantarkan Nona ke sana."
Hana menghela napas.
"Saya akan menunggu Nona untuk bersiap-siap di sini."
Hana yang kesal dengan Dennis memilih masuk ke rumah.
Dennis duduk di taman depan rumah seraya menunggu Hana untuk bersiap-siap. Pelayan Harsya menyuguhkan segelas jus jeruk.
Dennis telah melewati makan siang memegang perutnya yang mulai terasa lapar. Dia ingin mengisinya namun takut jika Hana selesai berdandan dan dirinya pasti akan mendapatkan kemarahan.
Tepat 2 jam Dennis menunggu, seorang pelayan wanita memanggilnya. Bergegas ia menghampiri Hana.
Keduanya pun menuju ke rumah Darren dan Nayna.
Sesampainya di sana, kedua orang tuanya Hana ternyata telah tiba.
Alpha melihat putra sepupunya melangkah menghampiri keduanya lalu memeluk Dennis. "Apa kabar?"
"Aku baik, Paman. Maaf, belum sempat mengunjungi kalian," jawab Dennis.
"Tidak apa-apa," ucap Alpha.
Hana segera memasuki tempat acara tanpa berbasa-basi lagi dengan 2 orang pria di sebelahnya.
Astrid menghampiri suaminya dan Dennis.
"Bibi!" Dennis mencium punggung tangan wanita paruh baya itu.
"Kenapa memakai pakaian ini?" tanya Astrid, memperhatikan kemeja seragam khusus sopir.
"Saya tidak sempat untuk berganti pakaian, Bi."
"Ayo ikut, Bibi!" Astrid memegang tangan Dennis.
"Ikuti saja Bibi kamu!" ucap Alpha ketika keponakannya menatapnya.
Dennis mengikuti ajakan Astrid.
Di sebuah lorong hotel keduanya berhenti, seorang pria mendekat dan menyodorkan sebuah tas kantong.
"Mandilah dan pakai pakaian ini!" ucap Astrid. "Nantinya dia akan menunjukkan kamarmu!" lanjutnya.
"Tapi, Bi...."
"Sudah cepat sana ganti pakaianmu!" titah Astrid.
"Mari Tuan, saya antar!" ucap pria muda itu kepada Dennis.
Astrid pun berlalu.
Selang beberapa menit kemudian, Dennis datang ke ballroom hotel. Dia berjalan mendekati Alpha yang sedang mengobrol dengan Biom dan Rama.
Dennis menyapa para pria paruh baya itu.
Hana duduk di deretan tamu undangan khusus menikmati perbincangan dengan anak-anak rekan bisnis ayahnya dan Darren.
"Hana, lihatlah pemuda yang lagi mengobrol dengan Paman Biom. Apakah kamu mengenalnya?" tunjuk seorang gadis di sebelah kanan Hana.
Mengikuti jari telunjuk temannya, Hana memperhatikan dari jarak jauh.
"Sepertinya aku belum pernah melihatnya," ujar gadis di sebelah kiri Hana.
"Dia sangat tampan seperti seorang aktris," celetuk gadis di depannya.
"Aku tidak mengenalnya," ucap Hana.
"Kamu harus mencari tahu tentangnya, Han. Apalagi dia sepertinya sangat akrab dengan para paman kamu," sahut gadis di sebelah kirinya.
"Tidak perlu, untuk apa aku mencari tahu tentangnya," ujar Hana.
"Agar kami bisa mengenalnya lebih dekat," gadis di depannya Hana menyahut diiringi dengan senyuman.
"Kalian itu tidak pantas untuknya," celetuk Hana.
"Memang kenapa? Sepertinya dia juga dari kalangan seperti kita," ujar gadis sebelah kanan.
"Tak selamanya yang kalian lihat sesuai kenyataan. Lebih baik cari pria lain saja!"
"Apa kamu sebenarnya sudah mengenalnya tapi pura-pura tidak kenal?" tanya gadis di depan Hana dengan tatapan menyelidik.
"Aku!" Hana menunjuk dirinya. "Mana mungkin aku menyukainya, ku berharap tidak bertemu dengannya," lanjutnya berucap.
"Jangan terlalu benci nanti malah jatuh hati," celetuk gadis di depannya diiringi sahutan mengiyakan dari kedua gadis lainnya.
"Itu tidak akan mungkin!" Hana berkata penuh yakin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Dwi Winarni Wina
Cinta n benci itu beda tipis sebenci2nya hana kpd dennis suatu saat hana akan jatuh cinta padanya dasar nona angkuh n sombong.....
2023-10-22
1