Archsoul
Aku tak terlalu mengingat apa yang terjadi saat itu. Samar-samar, sulit untuk dikenang kembali entah karena alasan apa. Tak hanya diriku seorang, orang lain pun ikut merasakannya. Seakan, sesuatu sengaja menghalangi kami untuk tak mengingat hari di mana umat manusia akhirnya jatuh. Tak dapat melakukan perlawanan. Kalah telak hanya dalam hitungan sehari. Dapatkah kau membayangkan itu? Kalah dalam hitungan sehari. Sebuah sejarah yang selamanya akan menjadi sebuah kegagalan terbesar umat manusia, sebuah luka dalam yang takkan pernah tersembuhkan.
Saat itu, aku seperti biasa, sedang bermain game di dalam kamar, bermain bersama sahabatku yang sampai sekarang menghilang entah ke mana. Ketika kebanyakan orang menggunakan hari libur untuk bersantai, berlibur bersama orang terdekat mengunjungi tempat-tempat indah dan menyenangkan, kami justru grinding (Bermain secara ekstrem demi mengumpulkan sesuatu, entah itu exp, item dan sebagainya) demi mengikuti sebuah turnamen MMO yang untuk pertama kalinya diadakan. Bukan Moba, bukan FPS namun MMO.
Game tersebut adalah game yang termasuk sebagai salah satu game tersulit dalam sejarah dengan tingkat kesulitan tinggi hingga banyak player meninggalkan review buruk, tak mampu menghadapi game yang bukannya melepas stres namun justru menambahnya berkali-kali lipat. Belum lagi dengan tambahan kau akan kehilangan tiap item yang telah dirimu usahakanmelewati hari demi hari, tak peduli seberapa melelahkannya hanya untuk merasakan sebuah kepuasan ketika telah berhasil mencapai area berikut.
Apa alasan orang-orang masih memainkannya meskipun sulit, meskipun memiliki banyak review buruk? Karena uang? Tidak, game tersebut tak memiliki sistem seperti itu. Kecuali jika dirimu ingin menjual akun yang di mana jarang dilakukan, mengingat pengorbanan yang telah kau lalui hanya untuk tahu si pembeli menghilangkan tiap item tersebut di keesokan hari karena tak tahu cara bermain. Sehingga membeli pun terasa percuma, para developer sama sekali tak memberi keringanan yang juga menjadi pertanyaan apakah mereka lebih memilih untuk bangkrut ketimbang untung.
Aku pun tak tahu jawabannya dan tak begitu peduli. Alasan personal aku masih memainkan game ini karena aku jatuh cinta terhadap jalan cerita dalam game tersebut, jatuh cinta terhadap tiap karakter yang terasa begitu hidup, begitu.. Nyata. Terlebih pemandangan di dalam game ini, takkan pernah bisa kau temukan di game-game Triple A lain.
Oh, aku tak berbicara mengenai VR dan semacamnya. Game ini dimainkan menggunakan PC maupun Console mengingat VR sama sekali belum memiliki kemampuan untuk melakukan hal tersebut. Tidak sampai mereka muncul.
Codes, begitulah mereka menyebutnya.
Mereka tiba-tiba datang di dunia menggunakan sebuah kapal luar angkasa berukuran raksasa, hampir sebesar bumi dalam warna hitam metalik disertai cahaya keunguan yang tampak bergerak perlahan mengikuti pola kotak-kotak pada permukaan kapal.
Semua senjata kami tak berfungsi, nuklir sekalipun. Mereka tetap diam tak bergeming di atas sana, seakan tiap serangan tersebut bagaikan sebutir debu yang tiada artinya.
Tiga hari kemudian, ketika mereka akhirnya menampakkan diri, seluruh dunia heboh, terkejut menemukan mereka ternyata bertampang sama seperti kami, manusia. Hanya dibedakan oleh angka-angka yang tampak pada sisi kiri dan kanan tubuh dalam warna ungu terang, berubah-ubah layaknya sebuah kode binary. Mungkin itulah alasan mereka menyebut diri sebagai Codes.
Kulit putih mengkilap layaknya sebuah porselen, sepasang mata ungu yang terlihat mekanik dan rambut berwarna putih-kebiruan sehalus sutra. Mereka tampak seperti sebuah AI yang menjadi nyata, sesuatu yang masih lama tercapai dalam era sekarang.
Ketika mereka berjalan, tampak pola kotak-kotak yang sama seperti pada permukaan kapal pada tanah, sebelum kembali menghilang seakan tak pernah terjadi apa-apa. Melihat sesuatu seperti itu, siapa yang tidak akan panik. Rasa takut sudah menjadi salah satu kelemahan terbesar umat manusia, sesuatu yang membuat kami mengambil keputusan buruk tanpa berpikir panjang. Sesuatu yang aku yakin tak dimiliki oleh Codes bertampang datar itu.
"Mulai sekarang, kami akan mengambil alih planet ini. Kalian, manusia diharapkan untuk berpartisipasi dalam Archsoul sebagai mahluk hidup yang terpilih untuk bertarung melawan mahluk lainnya demi meraih posisi 10 besar dan menerima penghargaan berupa perlindungan dari kami dalam menghadapi bencana besar yang akan datang tak lama lagi" Ucap mereka begitu tenang, terlalu tenang sampai membuatku merasa tak nyaman yang aku juga tak mengerti bagaimana bisa mereka membuat suara tersebut terdengar hingga ke ujung dunia dalam bahasa masing-masing.
Dunia berubah kacau, panik, takut, marah semuanya tercampur menjadi satu hingga pemerintah tak dapat mengambil alih situasi dan hanya melalui kekerasan sajalah situasi dapat mereda. Sebuah ironi dari kami umat manusia, menciptakan senjata demi melindungi diri hanya untuk menemukan di kemudian hari, terpaksa menggunakan senjata untuk melawan diri.
Tiap negara hancur berantakan, hingga tak lagi ada yang dinamakan dengan negara, melainkan sebuah gabungan dari tiap bagian dunia yang dipisah menjadi tiga kelompok. Blackchain, Whitefeather dan Redstar dengan Codes sebagai pemerintahan utama.
Segalanya berubah, dunia yang dulunya kita kenal tak lagi ada, digantikan dengan sebuah distopia elektronik, sebuah dunia yang aku yakin banyak dari kalian yang telah mendengarnya.
Cyberpunk.
Benar, dunia kita berubah menjadi dunia pada genre Cyberpunk yang di mana sebenarnya sangat menyedihkan mengingat Codes memiliki teknologi mutakhir, sementara kami manusia hanya dapat menggunakan teknologi seadanya yang dibongkar kemudian dibangun ulang sebagai sesuatu yang baru. Internet terhapuskan, diganti oleh sesuatu yang mirip dengan internet namun dikalilipatkan, milik Codes. Mereka menyebutnya sebagai Wires.
Tiap orang, tiap bangunan, benda, apapun itu, semuanya terhubung dengan satu koneksi besar tersebut sehingga tak satupun dapat membuat rencana yang akan menggulingkan Codes. Itupun jika mereka mampu mengalahkan sesuatu yang jauh lebih maju ketimbang kita. Bukankah seharusnya mereka sadar bahwa ini adalah dunia nyata dan bukannya sebuah film? Tak mungkin kita dapat mengalahkah sesuatu seperti itu, hanya membuang waktu saja.
Lagipula, mereka mengatakan bahwa hal yang jauh lebih buruk akan terjadi dan kedatangan mereka justru memberi kita, manusia, sebuah kesempatan untuk bertahan hidup. Tentunya tidak dengan gratis. Tak ada hal yang gratis di dunia ini. Dan kurasa, seandainya manusia tak menghancurkan diri mereka sendiri seperti beberapa tahun lalu, seharusnya kami masih baik-baik saja, bahkan mungkin jauh lebih baik ketimbang dulu.
Namun tentu, manusia harus jatuh kemudian bangkit, merasakam sebuah kegagalan baru dapat meraih kesuksesan. Begitulah kita, ras yang memiliki banyak kekurangan, terutama di dalam Archsoul.
Ah, benar, aku menyebutkan ras. Itu karena dalam Archsoul, sebuah dunia buatan Codes yang diciptakan sebagai tempat bagi kami untuk bertarung merebut posisi 10 besar, terdapat ras-ras lain seperti Elf, Halfling, Orc, Angel, Demon dan lain sebagainya. Sesuatu yang kusangka hanya berada di balik layar, kini benar-benar ada di depan mata.
Kenapa di depan mata? Bukankah Archsoul hanyalah sebuah dunia virtual?
Salah, namun juga tak benar.
Archsoul adalah dunia yang melewati batasan otak kita. Bagaimana para Codes menciptakannya merupakan sebuah misteri yang masih belum dapat dipecahkan bahkan oleh para ahli. Archsoul pada dasarnya mentransferkan jiwa kita ke dalam tubuh lain yang telah tersedia di dalam sana sebagai sebuah media agar jika mati, kita masih dapat respawn dengan tenang walaupun rasa sakit itu nyata dan begitu menyiksa.
Berkat ini juga, ras-ras lain dapat mengunjungi dunia masing-masing, berinteraksi dan menciptakan sesuatu yang baru demi memenangkan 10 posisi besar seperti sebuah senjata, item, aksesoris dan lain sebagainya yang kemudian dapat di bawah masuk ke dalam Archsoul untuk digunakan. Bagaimana cara kerjanya? Aku tak tahu. Yang kutahu hanyalah kau tinggal meletakkan barang tersebut di atas altar besar yang tersedia dalam HQ di masing-masing kota yang nantinya akan disandingkan dengan ID milikmu dan BOOM! Benda tersebut tahu-tahu sudah ada di sampingmu.
Aku tahu, lumayan membuat kepala sakit, karena itu aku tak terlalu ingin mencari tahu. Selama aku dapat berjuang mencari poin demi manusia, aku tak begitu peduli dengan apa yang terjadi di belakang layar.
Ah, berbicara mengenai poin. Semenjak Archsoul diperkenalkan, sudah terjadi perang besar antar ras yang masih berlangsung hingga sekarang, memperebutkan sebuah kota besar tepat di bagian tengah map, berjumlah 10 sama seperti posisi 10 besar.
Namun yang membedakan sekarang dengan masa lalu adalah tiga bagian dari kota tersebut telah memiliki seorang pemilik. Tentunya mereka adalah ras dengan kemampuan tinggi dan kekuatan di luar akal manusia.
Angel, Demon dan Dragonoid.
Angel dan Demon sudah pasti dikenal oleh banyak orang mengingat mereka telah menjadi bagian dari kehidupan kita entah sebagai cerita, dongeng, legenda, entertainment maupun religius. Tapi, bagaimana dengan Dragonoid?
Mereka adalah ras naga yang memiliki kemampuan untuk berubah menjadi seperti manusia biasa. Tentunya dibedakan dengan sepasang mata reptil dan sayap.
Dragonoid memang tak memiliki kekuatan sihir seperti Angel dan Demon, tetapi kemampuan fisik serta pengendalian api bagaikan tubuh sendiri mampu membuat kedua ras tersebut kewalahan di pertempuran, membuat mereka pantas ditetapkan sebagai ras kedua terkuat dengan Angel dan Demon saling memperebutkan posisi pertama. Yang sampai sekarang menjadi sebuah perdebatan karena Dragonoid jarang berperang, mereka bahkan muncul dalam Archsoul hanya karena bosan. Mereka menganggap tak satupun ras berhak menjadi lawan mereka. Satu-satunya ras dengan ego melebihi elf.
Lalu, bagaimana dengan kita manusia? Mungkin, sebutan manusia sudah tak lagi pantas pada kami yang sudah setengah besi dan elektronik. Jauh lebih pantas menyebut kami sebagai sebuah Cyborg yang terpaksa kami lakukan agar dapat bersaing melawan mereka yang terlahir dengan memiliki kemampuan khusus masing-masing. Jika kami bertarung layaknya manusia biasa, tak sampai sehari kami akan dikalahkan oleh mereka semua seperti apa yang terjadi di hari pertama kami tiba.
Hinaan, cacian serta diskriminasi. Semua itu harus kami lewati, berjuang selama bertahun-tahun agar dapat mencapai posisi si mana kami berada sekarang tanpa perlu menjadi budak dari ras lain hanya agar dapat bayaran berupa poin mengingat uang pun sudah tak digunakan, hanya dengan poin jugalah kami dapat membeli sesuatu yang dikembangkan oleh Codes sehingga kini hampir seluruh umat manusia bekerja sebagai Contractor. Dengan sisanya bekerja di bumi sebagai Enchanter, orang-orang yang merancang dan menciptakan sesuatu untuk kami gunakan di medan perang.
Apa kami memilih kehidupan seperti ini? Apa kami bahagia? Apa kami puas? Tentu saja tidak! Kami terpaksa!
Namun, karena inilah yang dinamakan kehidupan, karena inilah yang harus kami lewati demi tetap bernapas, akan kami hadapi neraka ini- Tidak..
Akan kami hancurkan beserta isinya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
NOJS
Jejak.
2023-05-16
1