Aku tak terlalu mengingat apa yang terjadi saat itu. Samar-samar, sulit untuk dikenang kembali entah karena alasan apa. Tak hanya diriku seorang, orang lain pun ikut merasakannya. Seakan, sesuatu sengaja menghalangi kami untuk tak mengingat hari di mana umat manusia akhirnya jatuh. Tak dapat melakukan perlawanan. Kalah telak hanya dalam hitungan sehari. Dapatkah kau membayangkan itu? Kalah dalam hitungan sehari. Sebuah sejarah yang selamanya akan menjadi sebuah kegagalan terbesar umat manusia, sebuah luka dalam yang takkan pernah tersembuhkan.
Saat itu, aku seperti biasa, sedang bermain game di dalam kamar, bermain bersama sahabatku yang sampai sekarang menghilang entah ke mana. Ketika kebanyakan orang menggunakan hari libur untuk bersantai, berlibur bersama orang terdekat mengunjungi tempat-tempat indah dan menyenangkan, kami justru grinding (Bermain secara ekstrem demi mengumpulkan sesuatu, entah itu exp, item dan sebagainya) demi mengikuti sebuah turnamen MMO yang untuk pertama kalinya diadakan. Bukan Moba, bukan FPS namun MMO.
Game tersebut adalah game yang termasuk sebagai salah satu game tersulit dalam sejarah dengan tingkat kesulitan tinggi hingga banyak player meninggalkan review buruk, tak mampu menghadapi game yang bukannya melepas stres namun justru menambahnya berkali-kali lipat. Belum lagi dengan tambahan kau akan kehilangan tiap item yang telah dirimu usahakanmelewati hari demi hari, tak peduli seberapa melelahkannya hanya untuk merasakan sebuah kepuasan ketika telah berhasil mencapai area berikut.
Apa alasan orang-orang masih memainkannya meskipun sulit, meskipun memiliki banyak review buruk? Karena uang? Tidak, game tersebut tak memiliki sistem seperti itu. Kecuali jika dirimu ingin menjual akun yang di mana jarang dilakukan, mengingat pengorbanan yang telah kau lalui hanya untuk tahu si pembeli menghilangkan tiap item tersebut di keesokan hari karena tak tahu cara bermain. Sehingga membeli pun terasa percuma, para developer sama sekali tak memberi keringanan yang juga menjadi pertanyaan apakah mereka lebih memilih untuk bangkrut ketimbang untung.
Aku pun tak tahu jawabannya dan tak begitu peduli. Alasan personal aku masih memainkan game ini karena aku jatuh cinta terhadap jalan cerita dalam game tersebut, jatuh cinta terhadap tiap karakter yang terasa begitu hidup, begitu.. Nyata. Terlebih pemandangan di dalam game ini, takkan pernah bisa kau temukan di game-game Triple A lain.
Oh, aku tak berbicara mengenai VR dan semacamnya. Game ini dimainkan menggunakan PC maupun Console mengingat VR sama sekali belum memiliki kemampuan untuk melakukan hal tersebut. Tidak sampai mereka muncul.
Codes, begitulah mereka menyebutnya.
Mereka tiba-tiba datang di dunia menggunakan sebuah kapal luar angkasa berukuran raksasa, hampir sebesar bumi dalam warna hitam metalik disertai cahaya keunguan yang tampak bergerak perlahan mengikuti pola kotak-kotak pada permukaan kapal.
Semua senjata kami tak berfungsi, nuklir sekalipun. Mereka tetap diam tak bergeming di atas sana, seakan tiap serangan tersebut bagaikan sebutir debu yang tiada artinya.
Tiga hari kemudian, ketika mereka akhirnya menampakkan diri, seluruh dunia heboh, terkejut menemukan mereka ternyata bertampang sama seperti kami, manusia. Hanya dibedakan oleh angka-angka yang tampak pada sisi kiri dan kanan tubuh dalam warna ungu terang, berubah-ubah layaknya sebuah kode binary. Mungkin itulah alasan mereka menyebut diri sebagai Codes.
Kulit putih mengkilap layaknya sebuah porselen, sepasang mata ungu yang terlihat mekanik dan rambut berwarna putih-kebiruan sehalus sutra. Mereka tampak seperti sebuah AI yang menjadi nyata, sesuatu yang masih lama tercapai dalam era sekarang.
Ketika mereka berjalan, tampak pola kotak-kotak yang sama seperti pada permukaan kapal pada tanah, sebelum kembali menghilang seakan tak pernah terjadi apa-apa. Melihat sesuatu seperti itu, siapa yang tidak akan panik. Rasa takut sudah menjadi salah satu kelemahan terbesar umat manusia, sesuatu yang membuat kami mengambil keputusan buruk tanpa berpikir panjang. Sesuatu yang aku yakin tak dimiliki oleh Codes bertampang datar itu.
"Mulai sekarang, kami akan mengambil alih planet ini. Kalian, manusia diharapkan untuk berpartisipasi dalam Archsoul sebagai mahluk hidup yang terpilih untuk bertarung melawan mahluk lainnya demi meraih posisi 10 besar dan menerima penghargaan berupa perlindungan dari kami dalam menghadapi bencana besar yang akan datang tak lama lagi" Ucap mereka begitu tenang, terlalu tenang sampai membuatku merasa tak nyaman yang aku juga tak mengerti bagaimana bisa mereka membuat suara tersebut terdengar hingga ke ujung dunia dalam bahasa masing-masing.
Dunia berubah kacau, panik, takut, marah semuanya tercampur menjadi satu hingga pemerintah tak dapat mengambil alih situasi dan hanya melalui kekerasan sajalah situasi dapat mereda. Sebuah ironi dari kami umat manusia, menciptakan senjata demi melindungi diri hanya untuk menemukan di kemudian hari, terpaksa menggunakan senjata untuk melawan diri.
Tiap negara hancur berantakan, hingga tak lagi ada yang dinamakan dengan negara, melainkan sebuah gabungan dari tiap bagian dunia yang dipisah menjadi tiga kelompok. Blackchain, Whitefeather dan Redstar dengan Codes sebagai pemerintahan utama.
Segalanya berubah, dunia yang dulunya kita kenal tak lagi ada, digantikan dengan sebuah distopia elektronik, sebuah dunia yang aku yakin banyak dari kalian yang telah mendengarnya.
Cyberpunk.
Benar, dunia kita berubah menjadi dunia pada genre Cyberpunk yang di mana sebenarnya sangat menyedihkan mengingat Codes memiliki teknologi mutakhir, sementara kami manusia hanya dapat menggunakan teknologi seadanya yang dibongkar kemudian dibangun ulang sebagai sesuatu yang baru. Internet terhapuskan, diganti oleh sesuatu yang mirip dengan internet namun dikalilipatkan, milik Codes. Mereka menyebutnya sebagai Wires.
Tiap orang, tiap bangunan, benda, apapun itu, semuanya terhubung dengan satu koneksi besar tersebut sehingga tak satupun dapat membuat rencana yang akan menggulingkan Codes. Itupun jika mereka mampu mengalahkan sesuatu yang jauh lebih maju ketimbang kita. Bukankah seharusnya mereka sadar bahwa ini adalah dunia nyata dan bukannya sebuah film? Tak mungkin kita dapat mengalahkah sesuatu seperti itu, hanya membuang waktu saja.
Lagipula, mereka mengatakan bahwa hal yang jauh lebih buruk akan terjadi dan kedatangan mereka justru memberi kita, manusia, sebuah kesempatan untuk bertahan hidup. Tentunya tidak dengan gratis. Tak ada hal yang gratis di dunia ini. Dan kurasa, seandainya manusia tak menghancurkan diri mereka sendiri seperti beberapa tahun lalu, seharusnya kami masih baik-baik saja, bahkan mungkin jauh lebih baik ketimbang dulu.
Namun tentu, manusia harus jatuh kemudian bangkit, merasakam sebuah kegagalan baru dapat meraih kesuksesan. Begitulah kita, ras yang memiliki banyak kekurangan, terutama di dalam Archsoul.
Ah, benar, aku menyebutkan ras. Itu karena dalam Archsoul, sebuah dunia buatan Codes yang diciptakan sebagai tempat bagi kami untuk bertarung merebut posisi 10 besar, terdapat ras-ras lain seperti Elf, Halfling, Orc, Angel, Demon dan lain sebagainya. Sesuatu yang kusangka hanya berada di balik layar, kini benar-benar ada di depan mata.
Kenapa di depan mata? Bukankah Archsoul hanyalah sebuah dunia virtual?
Salah, namun juga tak benar.
Archsoul adalah dunia yang melewati batasan otak kita. Bagaimana para Codes menciptakannya merupakan sebuah misteri yang masih belum dapat dipecahkan bahkan oleh para ahli. Archsoul pada dasarnya mentransferkan jiwa kita ke dalam tubuh lain yang telah tersedia di dalam sana sebagai sebuah media agar jika mati, kita masih dapat respawn dengan tenang walaupun rasa sakit itu nyata dan begitu menyiksa.
Berkat ini juga, ras-ras lain dapat mengunjungi dunia masing-masing, berinteraksi dan menciptakan sesuatu yang baru demi memenangkan 10 posisi besar seperti sebuah senjata, item, aksesoris dan lain sebagainya yang kemudian dapat di bawah masuk ke dalam Archsoul untuk digunakan. Bagaimana cara kerjanya? Aku tak tahu. Yang kutahu hanyalah kau tinggal meletakkan barang tersebut di atas altar besar yang tersedia dalam HQ di masing-masing kota yang nantinya akan disandingkan dengan ID milikmu dan BOOM! Benda tersebut tahu-tahu sudah ada di sampingmu.
Aku tahu, lumayan membuat kepala sakit, karena itu aku tak terlalu ingin mencari tahu. Selama aku dapat berjuang mencari poin demi manusia, aku tak begitu peduli dengan apa yang terjadi di belakang layar.
Ah, berbicara mengenai poin. Semenjak Archsoul diperkenalkan, sudah terjadi perang besar antar ras yang masih berlangsung hingga sekarang, memperebutkan sebuah kota besar tepat di bagian tengah map, berjumlah 10 sama seperti posisi 10 besar.
Namun yang membedakan sekarang dengan masa lalu adalah tiga bagian dari kota tersebut telah memiliki seorang pemilik. Tentunya mereka adalah ras dengan kemampuan tinggi dan kekuatan di luar akal manusia.
Angel, Demon dan Dragonoid.
Angel dan Demon sudah pasti dikenal oleh banyak orang mengingat mereka telah menjadi bagian dari kehidupan kita entah sebagai cerita, dongeng, legenda, entertainment maupun religius. Tapi, bagaimana dengan Dragonoid?
Mereka adalah ras naga yang memiliki kemampuan untuk berubah menjadi seperti manusia biasa. Tentunya dibedakan dengan sepasang mata reptil dan sayap.
Dragonoid memang tak memiliki kekuatan sihir seperti Angel dan Demon, tetapi kemampuan fisik serta pengendalian api bagaikan tubuh sendiri mampu membuat kedua ras tersebut kewalahan di pertempuran, membuat mereka pantas ditetapkan sebagai ras kedua terkuat dengan Angel dan Demon saling memperebutkan posisi pertama. Yang sampai sekarang menjadi sebuah perdebatan karena Dragonoid jarang berperang, mereka bahkan muncul dalam Archsoul hanya karena bosan. Mereka menganggap tak satupun ras berhak menjadi lawan mereka. Satu-satunya ras dengan ego melebihi elf.
Lalu, bagaimana dengan kita manusia? Mungkin, sebutan manusia sudah tak lagi pantas pada kami yang sudah setengah besi dan elektronik. Jauh lebih pantas menyebut kami sebagai sebuah Cyborg yang terpaksa kami lakukan agar dapat bersaing melawan mereka yang terlahir dengan memiliki kemampuan khusus masing-masing. Jika kami bertarung layaknya manusia biasa, tak sampai sehari kami akan dikalahkan oleh mereka semua seperti apa yang terjadi di hari pertama kami tiba.
Hinaan, cacian serta diskriminasi. Semua itu harus kami lewati, berjuang selama bertahun-tahun agar dapat mencapai posisi si mana kami berada sekarang tanpa perlu menjadi budak dari ras lain hanya agar dapat bayaran berupa poin mengingat uang pun sudah tak digunakan, hanya dengan poin jugalah kami dapat membeli sesuatu yang dikembangkan oleh Codes sehingga kini hampir seluruh umat manusia bekerja sebagai Contractor. Dengan sisanya bekerja di bumi sebagai Enchanter, orang-orang yang merancang dan menciptakan sesuatu untuk kami gunakan di medan perang.
Apa kami memilih kehidupan seperti ini? Apa kami bahagia? Apa kami puas? Tentu saja tidak! Kami terpaksa!
Namun, karena inilah yang dinamakan kehidupan, karena inilah yang harus kami lewati demi tetap bernapas, akan kami hadapi neraka ini- Tidak..
Akan kami hancurkan beserta isinya!
Hujan turun dengan lebat, membuat genangan air pada jalan, memantulkan cahaya-cahaya terang dari hologram neon. Sebuah warna pada dunia yang telah berubah kelabu, hampa berhiaskan canda-tawa palsu dari mereka yang saling menceritakan pengalaman 'seru' masing-masing selama menjalankan misi dalam Archsoul.
Misi, mengingatnya membuatku berdecak kesal di bawah tudung hitam berhiaskan hologram merah bertuliskan 'M3RC', singkatan dari Mercenary. Seseorang yang bekerja tak hanya untuk dunianya, tetapi juga dunia lain selama di bayar dengan harga tinggi. Sesuatu yang tidak membuatku bangga, sesuatu yang membuatku membenci diri sendiri karena terpaksa mengambil jalan ini demi segera mencapai tujuan utama.
Dalam Archsoul, dirimu tak hanya dapat berperang di garis depan untuk berebut kota, tetapi juga bisa menerima misi dari siapapun yang menyediakan dan bayaran dari misi tersebut hampir menyamai bayaran mereka yang memiliki posisi sebagai seorang pemimpin di garis depan. Tentunya dengan situasi tertentu, seperti menyelesaikan misi tanpa meninggalkan jejak, membunuh seseorang yang penting, mencuri informasi atau prototype, apapun yang dapat menyabotase mereka yang berada di garis depan. Sebuah pekerjaan kotor, dari mereka yang ingin tampil bersih tanpa noda.
Itulah yang diriku lakukan sekarang, berjalan menuju tempat yang telah ditentukan. Di distrik 9, di mana distrik ini adalah area paling parah dalam berbagai hal dibanding 11 distrik lainnya.
Kota E ini memang bukanlah kota terbaik dari 4 kota yang ada pada Redstar, tetapi terkenal akan dunia bawahnya yang menurut informasi, merupakan salah satu basis utama para Merc untuk mencari Buyer yang siap membayar mahal mereka. Tentunya hanya orang-orang yang memiliki reputasi tertentu saja yang dapat masuk dalam area bawah tanah tersebut. Kau yang bukan siapa-siapa dan mencoba masuk? Jangan harap dapat menemukan pintu masuk karena tahu-tahu tubuhmu sudah terkapar di atas tanah, terdiam di sana dengan darah menggenang, mengalir turun dari kepala yang bolong oleh peluru dan bukan hanya peluru biasa, melainkan sebuah peluru energi. Jadi kemungkinan kepalamu hanya menyisakan otak yang berserakan juga tinggi.
Tak butuh waktu lama bagiku yang sudah menjadi langganan untuk menemukan pintu masuk. Berada di dalam sebuah bar normal dengan para pengunjungnya yang mungkin dapat membohongi mata orang awam, tetapi tidak dengan para expert. Bagian-bagian tubuh mahal dengan kode yang dimulai dari huruf Z, merupakan salah satu dari Body Part tingkat militer. Sesuatu yang hanya bisa dirimu dapatkan ketika memiliki sebuah reputasi tinggi atau poin yang berlimpah.
Alasan mereka tak menutupi kode tersebut karena, memangnya kenapa? Apa yang dapat penguasa kota lakukan? Menangkap mereka? Penguasa kota di dunia ini hanyalah pion dari Codes, mereka tak dapat melakukan sesuatu yang tak ditugaskan atau Codes akan mencabut posisi tersebut dan membuangmu ke jalanan. Bagus jika seseorang itu mampu bertahan untuk tiga hari jika tak ditemukan kehilangan anggota badan mahal pemberian pada Codes yang begitu dibanggakan mereka padahal pemberian tersebut adalah model lama, bekas dari generasi Codes sebelumnya.
Ya, memang Body Part tersebut jauh lebih baik ketimbang yang dapat kami miliki menggunakan teknologi manusia, tetapi ayolah. Kau bangga karena menggunakan barang bekas?
Sang bartender meletakkan telapak tangan pada meja kaca berwarna ungu gelap begitu melihat diriku masuk dengan sedikit terburu-buru, takut aku akan melakukan sesuatu padanya jika dia telat yang terjadi karena hologram bertuliskan M3RC pada jubah hitam panjang ini, sesuatu yang hanya diberikan pada para elite dari Mercenary. Seseorang yang telah mengerjakan misi paling berbahaya dan busuk.
Karena jubah inilah juga mereka yang tadinya berbincang-bincang dalam bar seketika terdiam, hening layaknya kumpulan tikus yang takut terhadap predator. Mungkin aku tak seharusnya merasa bangga akan ini, namun tak dapat dipungkiri, perasaan ini lumayan menyenangkan.
Sebuah pintu terbuka di ujung lorong tepat di samping bar, tempat di mana seharusnya dinding besi berwarna biru gelap berada, kini adalah sebuah elevator kaca berwarna oranye dengan lampu-lampu neon memancarkan sinar kuning hangat dari sisi paling luar lantai.
Aku masuk ke dalamnya, melipat lengan dan elevator bergerak turun dengan kecepatan normal, masuk jauh ke dalam tanah. Lampu-lampu neon berwarna sama telah diletakkan pada sisi depan dan belakang turunan tersebut, membuatku sedikit terganggu dengan cahaya redup yang terus muncul dari bawah, naik ke atas kemudian menghilang sebelum mengulangnya lagi dalam ritme yang sama.
Selagi berada di dalam elevator, tanpa sengaja pikiranku beralih pada misi yang baru saja selesai kali ini. Mungkin salah satu cara alam bawah sadarku mempertahankan diri untuk tak merasa bosan. Namun, karenanya, aku jadi mengingat sesuatu yang terasa sedikit aneh, terutama jika keluar dari mulut Elf.
"Bawakan aku salah satu dari tipe Z kalian, aku akan membayarmu dengan harga tinggi jadi jangan sampai kau ditemukan oleh siapapun, terutama para Highleaf dan temui aku di Senbreak dalam kurun waktu dua hari dari sekarang. Aku mengandalkanmu Merc" Ucap dari seorang Elf yang tak dapat kulihat wajahnya karena menggunakan tudung putih berhiaskan pola elegan berwarna hijau khas para Elf.
Aku juga tak berusaha untuk melihatnya karena aku tahu apapun yang kulakukan bagian atas wajah dia takkan dapat terlihat, salah satu sihir khusus para Elf sama seperti teknologi Face Distortion kami, manusia. Satu hal yang aku tahu adalah dia seorang perempuan, dilihat dari bentuk tubuh serta suara lembut feminimnya.
Yang membuatku bingung adalah mengapa seseorang dari keluarga bangsawan Elf ingin menggunakan senjata buatan manusia? Aku memang telah bertemu dengan Elf setengah Cyborg seperti diriku, tetapi mereka adalah Elf buangan, seseorang yang tak dapat merasakan Mana murni, Mana khusus para Elf yang digunakan untuk mengendalikan tanaman serta angin. Seorang bangsawan sepertinya, sama sekali tak membutuhkan teknologi kami yang berada pada tier 4 dibanding sihir Elf yang adalah tier 6.
Tier adalah tingkatan yang digunakan untuk menilai sebuah senjata maupun item, dimulai dari Tier 1 hingga 10 dengan tingkat 11 dan 12 sebagai sebuah mitos karena belum pernah ada yang memiliki sesuatu di atas Tier 10. Semua itu adalah bagian dari teknologi mutakhir milik Codes yang dapat mengakumulasikan berbagai komponen dari tiap dunia kemudian membandingkannya dari dunia yang lain dan menetapkan mana yang berada pada Tier ini dan Tier itu. Tingkatan ini juga berlaku pada sihir.
Sebenarnya, aku tak begitu peduli alasan Elf tersebut membutuhkannya, tapi instingku mengatakan sesuatu yang menarik akan terjadi dan instingku tak pernah salah menilai sebuah situasi. Salah satu alasan aku dapat bertahan hingga sekarang. Bukan sebuah hal mudah menjadi M3RC. Banyak yang telah kehilangan nyawa di tengah jalan. Aku adalah salah satu yang termasuk beruntung.
Pintu elevator terbuka, memperlihatkan sebuah kota besar di dalam tanah, sebuah versi kecil dari kota E dengan menara tinggi pada bagian tengah, tempat di mana mereka yang sebenarnya memegang kuasa berada.
Aku melangkah keluar, tak memedulikan tatapan orang yang melihatku dengan penuh kebencian mengingat aku pada dasarnya adalah Double Agent, seseorang yang tak dapat dipercaya, seseorang yang dianggap sebagai penghianat.
Seandainya saja dapat kukatakan pada mereka bahwa diriku terpaksa, semua ini kulakukan demi kelangsungan hidup kita, para manusia. Namun, aku tak dapat melakukannya, ini adalah sesuatu yang harus kujalani sendiri, sesuatu yang harus kupikul dengan nasib umat manusia berada di dalamnya.
Benar-benar sebuah kota malam. Kota yang penuh akan hologram serta lampu neon, jauh lebih banyak dan terasa lebih hidup ketimbang kota di atas. Di atas, terdapat sebuah hologram berwarna oranye dengan tulisan 'Welcome to Unheaven'. Tak jauh di belakang, drone-drone berwarna hitam dengan lampu neon berwarna sama terbang rendah, memancarkan sinar oranye yang digunakan untuk mengecek ID tiap orang serta mencari jika terdapat sesuatu yang berada di luar dari sistem, mengingat beberapa Scavenger berhasil lolos dan mencuri barang milik Unheaven hanya untuk ditangkap kemudian hari karena tak tahu jika di dalam barang tersebut, telah diberi sebuah alat pelacak yang membuat kami lebih mudah untuk mencari informasi mengenai mereka.
Mereka tak berasal dari dunia ini.
Scavenger adalah mereka yang memiliki pekerjaan sama seperti Mercenary, bedanya, mereka tak bekerja untuk siapapun melainkan diri sendiri dan kebanyakan terdiri dari para Rebel yang terus berusaha melawan sistem, tak terima dengan kedatangan Codes, sebuah perlawanan sia-sia. Karena itu jugalah mereka harus selalu berpindah tempat agar tak ditemukan oleh Codes dan dimusnahkan mereka. Jumlah mereka tak banyak, tetapi berkat itu jugalah mereka begitu licin layaknya belut.
Entah mengapa saat kejadian tersebut terjadi, mereka justru tertangkap oleh kami para manusia padahal grup kali ini terdiri dari ras Halfling jenis serigala dan memiliki kemampuan fisik jauh di atas manusia.
Langkah kembali kulanjutkan, melewati gerbang masuk di mana dua orang Enforcer sementara berjaga, sebuah satuan keamanan milik Redstar yang khusus ditugaskan hanya di dalam kota demi tetap menjaga keamanan agar warga yang hanya dapat tinggal menunggu di kota seperti anak kecil dan mereka yang berumur, setidaknya merasa lebih aman.
Dengan mereka ditugaskan untuk juga menjaga keamanan di dalam dunia bawah tanah ini adalah tanda bahwa pemimpin kota di atas hanyalah sebuah pion saja. Penguasa sebenarnya seperti yang kukatakan, berada tepat di depan.
Aku memerhatikan gedung besar tersebut, membaca tulisan hologram di samping dengan gaya vertikal "The Hive.. " Ucapku. Sebuah nama yang begitu orisinal sampai aku bosan mendengarnya, telah terlalu sering digunakan.
Tapi untuk apa aku mempermasalahkan sebuah nama? Aku memiliki sesuatu yang lebih penting untuk dilakukan. Karenanya, aku berjalan sedikit lebih cepat setelah mengecek waktu pada jam tangan analog, sebuah peninggalan dari dunia yang lama, mendapati jarum pendek telah menunjuk ke angka 8 sementara jarum panjang di angka 5.
Lima menit menuju jam sembilan, aku harus sedikit bergegas. Orang ini akan kesal jika aku terlambat sedetik saja dan aku benar-benar tak memiliki energi untuk menghadapi ocehannya yang bagaikan gerbong kereta api.
Dalam langkah cepat, aku menyusuri jalan sembari menghindari orang-orang baik yang mengarah ke depan maupun yang berlawanan arah. Untungnya, malam ini tak terlalu ramai sehingga aku dapat dengan cepat sampai di sebuah Cafe.
Lucu bukan? Sebuah cafe di dunia seperti sekarang, terutama di daerah para kriminal berkumpul. Tetapi, jangan salah, cafe ini adalah milik salah satu orang berkuasa The Hive. Seseorang yang katanya masih merindukan dunia lama, terutama suasana sebuah cafe. Itulah alasan dia membuat cafe ini, satu-satunya yang berada dalam kota, bahkan bisa saja dalam Redstar karena kebanyakan orang akan lebih memilih untuk memesan makanan maupun minuman demi dinikmati dalam rumah masing-masing. Itupun jika kau dapat menyebut apartemen kecil dengan satu kamar tidur sebuah rumah.
Layaknya cafe biasa, pada kaca depan terdapat beberapa hiasan seperti bentuk secangkir kopi, biji kopi serta buku. Kenapa buku? Karena ini juga adalah satu-satunya tempat yang kutahu, masih menyimpan buku tradisional dan bukannya digital seperti yang digunakan kebanyakan orang sekarang. Sebuah teknologi canggih yang kurasa sudah tak pantas disebut sebagai buku.
Oh hey, ada sebuah iklan hologram baru di samping toko. Druid? Mahluk legenda dalam dunia elf?
Sebuah tawa keluar melihatnya.
Siapa yang masih percaya terhadap legenda seperti itu. Iklan ini hanyalah omong kosong. Aku tak habis pikir, di era yang sudah seperti ini, masih saja ada yang menyebarkan berita hoax.
Kugelengkan kepala dan masuk ke dalam, melihat hanya terdapat dua pelanggan saja kali ini dengan satu orang tepat berada di sofa yang terletak di ujung ruangan. Sebuah balok besi hitam besar tampak di samping sofa tersebut dengan lampu neon berwarna biru mengitari bagian tengahnya, sebuah tempat penyimpanan barang langka seperti Body Part berkode Z.
Begitu duduk pada sofa yang berada di depannya, ia mengambil sebuah kotak besi panjang berukuran seperti sebuah penghapus dari dalam jubah kulit berwarna hitam miliknya dan meletakkan benda tersebut di atas meja kopi transparan yang disangga menggunakan dua buah balok kayu berwarna krem indah. Ia menekan benda itu pada permukaan lebarnya yang kemudian terpisah menjadi dua bagian, perlahan menjauh, menarik keluar sebuah layar hologram berwarna oranye yang menyertakan informasi mengenai barang di dalam kotak penyimpanan.
"Seperti yang dirimu minta, kau tinggal membayarnya seperti biasa" Ucapnya dengan tenang, lalu menyesap kopi dari cangkir putih cantik yang awalnya tak kusangka masih ada di dunia karena gelas-gelas keramik seperti itu telah tak diproduksi dan kebanyakan di buang, tergantikan oleh sebuah gelas besi canggih, mampu memanaskan maupun mendinginkan minuman sesuai keinginan Sang pemilik, plus dapat membersihkan diri sendiri. Siapa yang tak mau? Siapa yang ingin menghabiskan waktu mencuci jika barang tersebut dapat melakukannya untukmu.
Aku mengeluarkan Futurephone milikku, benda yang sama seperti miliknya dan mengarahkan benda tersebut di atas Futurephone dia. Tak sampai 2 detik, sebuah nada notifikasi terdengar dengan layar pada FP miliknya menampilkan jumlah poin yang baru saja terkirim. Terdapat cukup banyak angka nol pada bagian belakang angka pertama.
"Terima kasih, senang dapat bekerja denganmu. Tapi, kalau aku boleh tahu, untuk apa?" Tanyanya penasaran "Ini adalah ketiga kalinya kau memesan Body Part tetapi bukan untuk dirimu sendiri. Aku lihat tangan kirimu masih menggunakan nomor seri yang sama"
"Rahasia buyer, Ric. Kau tahu itu" Jawabku singkat lalu menyesap kopi yang sama dari cangkir kedua, telah dipesankan oleh pria di depanku yang kini menggaruk-garuk kepala canggung, tak memedulikan rambut ungu berkuncir kudanya berantakan.
Dia mengangguk mengerti, memeriksa sekitar, terutama bagian depan cafe untuk sesaat sebelum kembali fokus padaku yang masih menikmati minuman favorit "Aku tahu, tapi dengarkan aku" Ucapnya pelan sembari mendekatkan badan "Ada kabar bahwa sesuatu yang besar akan terjadi, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya"
"Kau sadar caramu mengatakan ini terlihat mencurigakan bukan?" Keluhku tanpa perasaan kesal karena Rico sudah lama menjadi teman bisnis yang dapat kupercaya, sesuatu yang sangat jarang terjadi terutama pada seorang Mercenary. Aku adalah salah satu yang beruntung dapat bertemu seseorang sepertinya. Namun tetap saja aku tak dapat menahan helaan napas karena kebiasaannya ini "Sudahlah, jangan mengulangnya lain kali" Tukasku entah untuk yang keberapa kalinya "Apa maksudmu sesuatu yang besar? Bukankah selama ini hal-hal tak masuk akal selalu terjadi? Terutama jika kita membicarakan garis depan"
Ia kembali mengecek keadaan, semakin mendekatkan tubuh hingga membuatku sedikit terganggu terutama dengan sepasang mata biru yang menatapku seolah-olah dia adalah bocah 6 tahun yang akan mengatakan sebuah rahasia besar "Apa ada kemungkinan barang ini untuk para Elf?"
Seketika aku tersedak oleh kopi sampai menarik perhatian dua orang di belakang yang menanyakan 'Apa kau baik-baik saja?' yang buru-buru di jawab oleh Rico 'Tenang saja! Dia hanya sedikit emosional mendengar kabar bahagia!' dengan sebuah ancungan jempol.
Kabar bahagia katamu?
"Darimana kau tahu itu?" Tanyaku waspada.
Rico seketika mengambil jarak, khawatir aku akan melalukan sesuatu yang buruk yang dia tahu tak mungkin kulakukan padanya. Namun, 'kenangan' itu, telah membuat pria berbadan kekar yang telah melalui berbagai macam pertarungan hidup dan mati, trauma "Umm tenanglah X, aku hanya menyambungkan beberapa informasi dan kebetulan salah satu informasi tersebut adalah misimu. Akan kuceritakan sebagai gantinya"
Ia mengambil cangkir kopi, memerhatikannya sejenak sebelum menenggak habis minuman yang menimbulkan perasaan nyaman itu, tanda dia akan membicarakan sesuatu yang benar-benar serius "Para Elf, berniat untuk bergabung bersama Rebels"
Tanpa dapat kutahan, cangkir pada tangan kananku seketika pecah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!