Terjerat Pesona Driver Tampan

Terjerat Pesona Driver Tampan

Calon Pacar

Selamat datang di zona bucin nggak ada obat. Ini cerita anak-anaknya Kristal dan Ruli di novel DIKIRA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT

Jangan lupa like, komen, dan subscribe

SELAMAT MEMBACA 😘

...********...

"Satria, aaa...."

Sorak sorai gadis-gadis yang mengantri di depan kampus menunggu Satria keluar dari gedung perkuliahan.

"Wah, lo udah kaya idol Korea, Sat. Gila fans lo sampai bawa spanduk kaya mau demo di bundaran HI tahu nggak?" ledek Nano, teman sekampus Satria.

Satria menonjok bahu Nano pelan. "Ck, berisik lo." Sedari tadi Satria melihat jam yang melingkar di jari tangannya.

"Lo nungguin siapa sih? Dari tadi gelisah banget," tanya Nano.

Kemudian seorang gadis berseragam SMA yang ditutupi jaket menerobos kerumunan tersebut. "Ih, apaan nih cewek?" protes para gadis yang merupakan fans berat Satria.

"Bang Sat," teriak Gwen dengan percaya diri. Satria tersenyum mendengar suara Gwen. Setelah itu dia baru berani keluar.

Gwen mengulurkan tangan dan disambut oleh Satria. Keduanya berjalan menerobos kerumunan para gadis yang merupakan penggemar pemuda tampan itu. Namun, keduanya hanya beracting. Itu hanya kamuflase agar para gadis itu salah paham dan tidak lagi mengejarnya.

Mereka berdua menuju ke parkiran motor lalu memakai helm. Gwen naik ke atas motor matic Satria. "Hanya aku yang boleh naik motor Bang Satria. Yuk, berangkat !" titah Gwen.

Gwen melingkarkan kedua tangannya ke perut Satria. Satria mengerutkan keningnya. "Lepasin, Gwen." Satria beringsut. Namun, Gwen malah mempererat tangannya.

"Biarin, ah. Nanti kalau aku jatuh bagaimana? Kalau pegangan gini kan aman," ucap Gwen sambil tersenyum diam-diam. Dia memanfaatkan kesempatan bersama sebaik mungkin. Satria menghela nafas. Dia hanya bisa pasrah. Percuma saja melawan Gwen, pikirnya.

Gwen menyandarkan kepalanya ke punggung Satria. Cukup lama Gwen tidak bersuara. Satria jadi heran. "Gwen, Gwen," panggil Satria. Ketika dia tak mendengar jawaban dari Gwen, Satria menghentikan motornya. Lalu dia menoleh ke belakang.

"Eh, ni anak malah tidur," gerutu Satria. "Kalau diamati cantik juga," gumamnya pelan. Kapan tetapi Gwen masih bisa mendengarkan.

Tiba-tiba mata Gwen membuka. Satria pun terkejut. "Cantik ya, Bang? Pantes kan jadi pacarnya Abang?" tanya Gwen sambil mengeratkan pelukannya. Entah apa yang membuat Gwen begitu terobsesi dengan Satria. Selain wajahnya yang tampan memang tidak ada alasan lain.

Satria menoyor kening Gwen dengan satu jari. "Mimpi," jawab Satria. Gwen berdiri tegak sambil memanyunkan bibirnya.

"Kurangnya aku tu apa sih, Bang? Katanya cantik terus kurang apa lagi?" tanya Gwen kesal.

"Kurang kalem," jawab Satria. Ya, Gwen memang gadis pecicilan yang berbeda karakter dengan kembarannya Glen yang begitu kalem dan dingin.

Gwen nyengir kuda. "Yang lain lah syaratnya. Kalau itu susah, Bang. Udah dari lahir Gwen kaya gini. Terima apa adanya aja deh," bujuk Gwen sambil melingkarkan kedua tangannya ke salah satu lengan Satria.

Satria melepas tangan Gwen. "Ayo balik!" perintah Satria dengan nada dingin.

Gwen kembali naik ke atas motor Satria. "Bang, kenapa motornya nggak diganti aja sih sama yang gede? Biar aku tuh bisa pamer sama temen-temen kalau pacar aku keren," ucap Gwen sambil senyum-senyum membayangkan bagaimana reaksi teman-temannya saat dia jadian sama Satria.

"Nggak usah ngaco! Ni aja dapat motor matic udah syukur. Yang penting bisa buat narik," jawab Satria.

"Gwen bangga deh sama Abang. Udah ganteng, nggak sombong lagi. Cocok jadi pacarnya Gwen," ucap Gwen penuh percaya diri. Satria hanya menggelengkan kepala.

Dia memang sudah terbiasa dengan tingkah aneh Gwen yang sering mengaku sebagai pacarnya. Tapi Satria justru senang karena dia tidak perlu membayar bodyguard untuk mengusir cewek-cewek yang selalu mengejar-ngejar dirinya.

Sesaat kemudian mereka sampai di depan rumah Gwen. Gwen turun lalu melepas helm yang dia kenakan. "Bang, ini uangnya." Gwen memberikan satu lembar uang berwarna merah pada Satria. Tapi Satria mendorong tangan Gwen.

"Hari ini nggak usah bayar karena udah nolongin aku," ujar pemuda tampan itu. Gwen tersenyum malu-malu.

"Kamu kenapa kaya cacing kepanasan gitu?" tanya Satria ketika melihat Gwen memutar badan ke kanan dan ke kiri.

"Bang Sat kapan kita kencan?" tanya Gwen sambil membungkam mulut.

"Tunggu sampai lebaran monyet," jawab Satria cuek. Lalu dia menyalakan motornya.

Gwen menghentakkan kaki karena kesal. "Awas ya, kalau ketemu lain kali jangan harap bisa kabur," ancam Gwen. Gwen pun memasuki rumahnya.

"Waalaikumsalam," seru Kristal, ibunda Gwen.

"Assalamualaikum, Mah, hah, hah, hah."

"Gwen, kamu nggak sopan banget. Pulang sekolah malah ngasih mama bau mulut. Bau pete!" ledek sang mama.

Gwen mencium bau mulutnya sendiri. "Masa sih? Gwen makan permen mint kok makanya aku pamer bau mulut," jawab Gwen.

"Mungkin permen mintnya rasa pete makanya bau gitu," ledek Kristal.

Bukannya marah Gwen tersenyum mendengar candaan ibunya. "Pas mama hamil Gwen mama ngidam apa sih?" tanya Gwen sambil mencolek dagu sang ibu.

"Kebalik, harusnya mama yang tanya begitu? Udah ah sana ganti baju. Mama udah selesai masak nih. Nanti makan bareng-bareng sama kakak kamu."

"Glen ada ektra di sekolah, Ma," jawab Gwen sambil ngemil lauk yang baru matang.

Glen yang baru datang menoyor kepala kembarannya. "Wadaw."

"Glen, Glen. Panggil kakak!" perintah Glen pada Gwen.

"Halah beda lima menit doang," cibir Gwen. Setelah itu dia menjulurkan lidahnya sambil berlari menaiki tangga.

"Gwen, hati-hati nanti jatuh." Kristal memperingatkan putrinya. Benar saja, karena kurang hati-hati kaki Gwen menyandung anak tangga hingga menyebab dirinya jatuh.

"Gwen," teriak sang mama. "Tuh kan lututnya jadi berdarah. Udah dibilangin kalau jalan hati-hati. Tunggu di sini jangan bergerak mama ambil kotak obat dulu."

Glen ikut mendekat. "Bandel sih!" ledeknya.

"Apa?" tantang Gwen.

"Ma, nanti lututku diperban melingkar ya," pinta Gwen.

"Diperban di area yang luka sudah cukup," jawab Mama Kristal.

"Please, Ma," rengek Gwen. Setelah Kristal selesai membalut luka anaknya, dia memapah Gwen hingga masuk ke dalam kamar.

"Makasih, Ma," kata Gwen.

"Nanti mama antar makan siangmu ke sini. Jangan banyak bergerak dulu." Gwen mengangguk patuh.

Setelah itu Gwen merogoh ponsel lalu memotret lututnya yang terluka. Kemudian dia mengirim gambar tersebut ke ponsel Satria.

'Mulai besok antar jemput aku sekolah. Aku boking seharian, uangnya nanti aku transfer.'

Begitulah pesan Gwen yang dikirim ke handphone Satria. "Nih anak ada-ada saja ulahnya," gumam Satria sambil senyum-senyum.

"Sat, woi. Kesambet lo. Senyam-senyum sendiri." Nano mengintip handphone Satria. "Dari cewek lo yang tadi siang ya?" tanya Nano pada sahabatnya itu.

"Kepo lo!" jawab Satria kemudian dia melenggang pergi.

"Heran gue. Apa coba yang ditaksir sama cewek-cewek. Cowok jutek gitu," cibir Nano. Setelah itu dia berjalan menyusul Satria.

Satria memakai helm kemudian menyalakan motor. "Gue tinggal dulu, No. Mau narik," pamit Satria meninggalkan temannya itu.

"Sat, tungguin woi. Gue mau nebeng, elah."

Terpopuler

Comments

Ci_Osyih Aenta

Ci_Osyih Aenta

driver hanya iseng, aslinya mah orkay.

2023-05-11

0

Melisa Author

Melisa Author

Hahahaha horang kayah ye?

2023-05-11

2

Rahma Inayah

Rahma Inayah

Alhamdulillah ada lnjutan nya anak kristal dan rilly..nyimak thor lnjut

2023-05-05

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!