Tantangan

Gwen menemani Satria hingga pemuda itu siuman. "Ash... Di mana aku?" tanya Satria sambil menahan rasa sakit pada kakinya.

"Bang Sat, aku seneng banget abang udah sadar," ucap Gwen sambil memeluk erat Satria.

Satria menatap Aldo. "Semalaman dia nungguin lo sambil nangis-nangis," terang Aldo.

"Jangan bikin aku khawatir. Aku takut terjadi sesuatu pada Bang Sat," ungkap Gwen.

"Panggilannya nggak enak banget. Bisa diganti nggak?" tanya Satria. Gwen mengangguk.

"Ayang," ucap Gwen dengan malu-malu. Aldo dan Stefy menahan tawa saat mendengar panggilan yang diberikan Gwen pada Satria.

"Ya nggak gitu juga, Gwen," protes Satria.

"Lho harus berterima kasih sama Gwen, Sat. Kalau bukan karena dia yang bayarin biaya operasi lo, lo nggak akan selamat," ungkap Aldo.

"Mas Aldo nggak usah bilang-bilang. Aku ikhlas kok," jawab Gwen.

"Mas, mas, emangnya cowok gue penjual nasi goreng keliling," protes Stefy. Sebenarnya dia tidak suka karena cemburu.

"Lha terus panggil apa dong? Masa panggil ayang juga? Ogah," jawab Gwen nyolot.

"Berani lo?" tantang Stefy geram pada sahabatnya itu.

"Elah judes amat neng jadi cewek. Kalem dikit napa?" ledek Gwen. Padahal dirinya saja tidak bisa kalem malah menyuruh orang lain.

"Gwen," panggil Satria. Suasana pun tiba-tiba hening.

"Ada apa, Bang...? Eh Mas Satria."

"Makasih," jawab Satria singkat. Tapi satu kata ajaib yang membuat hati Gwen berbunga-bunga.

"Sama-sama, Mas."

"Gwen, balik yuk! Biar Kak Aldo yang nemenin Mas Satria lo," bujuk Stefy.

"Lo balik aja duluan. Ntar mak lo nyari," usir Gwen.

"Ye... Yang ada elo yang dicari mak lo. Mak gue sih lagi di Amrik," ucap Stefy dengan angkuh. Gwen menepuk jidatnya.

"Gue belum ngabarin mama kapan gue pulang. Jangan-jangan Glen jemput lagi di rumah elo. Dia kan over protektif," gerutu Gwen.

"Gwen, kamu pulang saja!" perintah Satria pada gadis itu.

"Tapi Mas Satria bagaimana?" tanya Gwen.

"Ada suster dan dokter di sini. Ada Aldo juga. Kamu pulang saja," bujuk Satria. Gwen mengangguk.

"Cepat sembuh ya, Mas," pesan Gwen pada Satria. Belum puas berbicara Stefy menarik tangan Gwen agar segera keluar.

"Pulang! Nanti Satria nggak sembuh-sembuh kalau lo ada di sini," ucap Stefy.

Satria dan Aldi tertawa melihat tingkah Gwen dan Stefy. "Pacar lo ada-ada aja," ledek Aldo. Satria melempar bantalnya ke arah Aldo.

"Dia bukan pacar gue," elak Satria.

"Sat, elo harus bikin perhitungan sama Kevin. Dia yang udah bikin elo kaya gini. Gue pikir dia memang udah merencanakan ini sebelumnya," tebak Aldo.

"Udahlah, gue nggak mau ribut," jawab Satria.

"Kalau gitu lo serahin ke gue. Biar gue sama anak-anak yang tanganin tuh orang," ucap Aldo dengan wajah geram.

"Nggak usah, Do. Gue nggak mau ada yang jadi korban." Satria melarang Aldo bertindak gegabah.

"Tapi Sat..."

"Udahlah! Cukup!" ucap Satria dengan tegas.

"Apa perlu gue kasih tahu soal ke nyokap lo tentang keadaan lo di sini?" tanya Aldo.

"Jangan! Nyokap nggak perlu tahu. Gue nggak mau bikin dia jadi khawatir." Aldo manggut-manggut.

Sementara itu Gwen dan Stefy tiba di rumah Stefy. Glen sudah ada di depan rumah Stefy ingin menjemput adiknya itu. Gwen memberikan kode agar Stefy tutup mulut.

"Dari mana lo?" tanya Glen.

"Kita habis jogging lah," jawab Gwen asal.

"Yakin lo jogging pakai pakaian seperti itu?" tanya Glen. Saat itu Gwen memakai rok pendek yang dipadukan dengan jaket jeans blink-blink ala idol kesukaannya.

"Ah elo mana tahu tren yang lagi booming. Mau ngajak pulang sekarang?" tanya Gwen. Glen mengangguk.

"Lo disuruh pulang sama papa," ungkapnya.

" Ya udah ayo!" ajak Gwen.

"Barang lo?" tanya Glen.

"Titip di rumah gue dulu. Besok-besok bisa diambil lagi sama Gwen," sela Stefy. Jujur saja menghadapi Glen dengan sikapnya yang dingin membuat jantung Stefy berdegup kencang.

"Stef, gue pamit ya." Gwen melambaikan tangan sebelum dia masuk ke mobil Glen. Glen menyalakan mesin mobilnya setelah memastikan saudara kembarnya masuk.

"Jujur sama gue! Habis dari mana lo sama Stefy pagi-pagi dengan pakaian kaya gini?" selidik Glen.

"Apaan sih, Glen? Jangan curiga melulu. Sekali-kali tuh muka dibuat senyum biar banyak cewek yang naksir," ledek Gwen.

"Jangan mengalihkan pembicaraan! Lo tahu kenapa gue diminta papa menjemput lo?" Glen meminta Gwen berpikir. Gwen menggeleng.

"Papa marah karena lo ngabisin duit dalam semalam. Ngaku! Buat apa duit sebanyak itu, Gwen?" tanya Glen. Dia khawatir Gwen memakai uang itu untuk membeli obat-obatan terlarang.

"Nanti aja aku ngaku langsung sama papa," jawab Gwen ketus. Glen menghembuskan nafasnya kasar.

Sesampainya di rumah Ruli, sang ayah menyambut kedatangan Gwen. "Gwen jelaskan pada papa? Untuk apa kamu memakai uang dalam jumlah yang begitu besar?" tanya Ruli. Semalam dia mendapatkan notifikasi pengeluaran uang melalui handphonenya.

"Untuk biaya operasi teman Gwen yang kecelakaan," jawab Gwen sambil menunduk.

Kristal mendekati sang anak. "Apa dia tidak punya orang tua sehingga dia tidak mampu membayar biaya operasi?" tanya Kristal dengan lembut. Gwen menggeleng.

"Uang itu buat membantu Mas Satria, Ma. Dia kecelakaan semalam dan kakinya patah," ungkap Gwen.

"Siapa Satria?" tanya Ruli yang asing saat mendengar nama yang disebut oleh putrinya itu.

"Dia hanya tukang ojek langganan Gwen yang mengantar Gwen sehari-hari," jawab Kristal.

"Baik, Gwen. Sekarang gini, kamu boleh saja membantu teman kamu itu tapi menggunakan uang sebanyak itu tanpa persetujuan papa jelas salah. Oleh karena itu, papa akan hukum kamu."

"Yapi hukumannya jangan yang berat-berat ya, Pa," tawar Gwen.

"Nggak berat. Hanya saja kamu harus bisa mendapatkan rangking pertama dan menyaingi Glen semester ini. Kalau tidak papa akan kirim kamu sekolah ke luar negeri," ancam Ruli. Gwen anti dengan segala sesuatu yang berbau luar negeri kecuali pada satu negara yang ditinggali oleh idolanya.

"Ck, itu mah bukan berat lagi, Pa. Tapi mustahil," jawab Gwen sadar diri. Menyaingi Glen yang super pandai dan rajin belajar memang mustahil kalai dipikir. Karena selama ini Gwen mendapatkan peringkat paling belakang di kelasnya.

"Ya itu papa nggak mau tahu. Bagaimana cara kamu terserah. Papa hanya ingin lihat hasilnya."

"Mama, minta papa hukum aku yang lain saja. Lati keliling kompleks juga aku mau," rengek Gwen pada Kristal.

"Sudah turuti saja. Kamu mau jauh-jauh dari Satria?" bisik Kristal menyemangati anaknya. Gwen menggeleng cepat.

Bagaimana dengan usaha Gwen? Apakah dia berhasil menjawab tantangan sang ayah?

Terpopuler

Comments

Nanik Puspita

Nanik Puspita

semoga berhasil yang Gwen, semangat demi bang sat mu ....

2023-05-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!