Balapan

Selain bekerja sebagai driver ojek online, Satria juga mendirikan bengkel motor. "Sat, ntar malam ada balapan, elo ikut kan?" tanya Aldo salah seorang temannya yang juga biasa ikut balapan motor liar.

Satria menghentikan aktivitasnya memperbaiki motor. "Jam berapa?" tanya Satria.

"Jam sebelas malam," jawab Aldo.

Satria tampak berpikir. "Oke, gue juga butuh dana buat beli perlengkapan bengkel," jawab Satria menyanggupi.

Di tempat lain, Gwen sedang risau karena handphonenya sepi. "Bang Sat kok nggak ada nelpon aku. Apa nggak khawatir sama calon pacarnya yang habis jatuh? Ck, bener-bener bang*sat ini mah," gerutu Gwen.

Tak lama kemudian dia mendapatkan sebuah pesan.

'Ntar malam keluar yuk! Nonton balap liar.'

Sebuah pesan dari teman sekolah Gwen membuat Gwen penasaran. "Sekali-kali ikut nggak apa-apa kali ya?" tanya Gwen pada dirinya sendiri.

Gwen pun meminta izin keluar malam ini. "Ma, ntar malam aku nginep di rumahnya Stefy ya, please."

"Memang ada acara apa sampai kamu nginep di sana?" tanya Mama Kristal.

"Stefy mau ultah, Ma," jawab Gwen berbohong.

"Bohong banget," sela Glen lirih. Gwen langsung menatap tajam ke arah saudara kembarnya.

"Bisa diem nggak?" ancam Gwen.

"Datang pas acara langsung pulang aja. Nanti biar kakak kamu yang antar," ucap Mama Kristal.

"Yagh, nggak enak dong, Ma. Dia kan bestie aku," jawab Gwen. "Lagian besok kan hari libur, Ma. Semalam aja, please," bujuk Gwen.

"Tapi ada syaratnya, jangan minum-minuman beralkohol dan barang terlarang lainnnya. Selain itu nggak boleh genit sama teman cowok," pesan Mama Kristal.

"Siap, Ma," jawab Gwen sambil tersenyum senang. Kemudian dia menaiki tangga. Gwen akan bersiap-siap untuk membawa bajunya.

"Glen, gue beri lo kehormatan buat nganter gue ke rumah Stefy," kata Gwen saat dia baru turun dari lantai atas.

"Dih, minta driver langganan lo buat nganter!" jawab Glen dengan ketus.

"Nggak, Bang Satria tahunya aku sakit. Nanti dia nggak mau nganter jemput aku ke sekolah," jawab Gwen.

Lalu dia mengadukan Glen pada ibunya. "Ma, kakak nih nggak mau nganterin aku," teriak Gwen meminta dukungan pada sang ibu.

"Glen," teriak sang ibu.

Glen meletakkan ponselnya kemudian dia berdiri. "Cabut!" Gwen senang bukan main.

Ketika berada di dalam mobil Glen tak berhenti mengoceh. Dia memperingatkan Gwen apa saja yang tidak boleh dilakukan. "Lama-lama lo kaya emak-emak ya Glen," ledek Gwen.

"Sialan lo! Gue tuh peduli sama elo," ucap Glen sambil menoyor kepala Gwen.

"Hish, tangannya kebiasaan. Lama-lama gue tambah be*go kalau elo sering noyor kepala gue."

"Elo emang udah be*go dari sononya," balas Glen sambil tertawa.

Ketika sampai di depan rumah Stefy, Gwen membanting pintu mobil karena kesal dengan saudara kembarnya.

Stefy menyambut kedatangan Gwen. "Seneng banget gue, elo bisa ikut gue lihat balapan motor ntar malam," kata Stefy.

"Apa istimewanya sih?"tanya Gwen.

Stefy tersenyum penuh arti. "Elo akan tahu nanti malam. By the way lutut lo kenapa?" tanya gadis itu pada Gwen.

"Jatuh di tangga," jawab Gwen cuek.

"Kok bisa? Makanya jalan jangan sambil lari," tebak Stefy asal ngomong.

"Elo dukun ya? Kok elo tahu sih?" tanya Gwen dengan eskpresi wajah serius.

"Sialan lo! Imut gini dibilang dukun. Udah jelas kali kalau elo tuh pecicilan makanya gampang jatuh. Kalem dikit napa?" Setelah itu Stefy mengajak Gwen masuk.

Ketika malam tiba, Stefy mengajak Gwen keluar. Gadis itu tinggal seorang diri karena keluarganya berada di luar negeri.

"Jadi elo dapat info dari mana soal balap motor itu?" tanya Gwen pada Stefy.

"Cowok gue ikut balapan. Namanya Aldo," jawab gadis yang berambut pendek itu.

Gwen menguap. "Lho mau ngajak nonton balapan apa ngeronda sih? Tengah malam begini," omel Gwen.

Stefy tersenyum miring. "Alah nanti mata lo juga melek kalau lihat cowok-cowok yang bening," ledek Stefy.

"Nggak bakal. Hati gue udah mentok buat Bang Satria," ucap Gwen.

Sesaat kemudian mobil Stefy memasuki daerah di mana orang-orang ramai berkumpul untuk menonton balapan. "Turun lo!" perintah Stefy. Gwen malas-malasan karena mengantuk.

Gwen memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket yang dia kenakan karena hawa dingin malam yang begitu menusuk. "Gila dingin banget."

Gwen mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Dia melihat seseorang yang postur tubuhnya mirip Satria. "Bang Sat," gumam Gwen.

"Apa lo bilang?" Seseorang yang berdiri di depan Gwen menjadi salah paham. Dia mengira Gwen sedang mengumpat.

"Eh, bukan. Gue nggak mengumpat," elak Gwen seraya menggoyangkan kedua tangannya. Kemudian Stefy mengajak Gwen pergi.

"Jangan cari masalah deh," omel Stefy.

"Enggak, tadi gue tuh lihat demenan gue, Bang Satria," sanggah Gwen.

"Lho panggil dia setengah-setengah sih. Makanya dikira mengumpat."

Saat orang ramai bersorak, Stefy mengajak Gwen mendekati area balapan. "Bang Sat," teriak Gwen. Satria yang mengenali suara itu kemudian menoleh dan membuka helm.

"Gwen," ucap Satria. Pemuda itu terkejut ketika melihat gadis SMA yang biasa dia antar berada di sekitar arena balap.

Satria jadi tidak bisa berkonsentrasi setelah melihat Gwen. Gwen ingin mendekat tapi orang yang bertugas menjadi pembatas arena menghalangi langkahnya.

"Ready?"

Saat seorang wanita memberikan aba-aba Satria terpaksa mengabaikan Gwen. Dia menutup kembali helmnya.

"Go!"

Ketiga pembalap tersebut mulai menginjak pedal gas motor mereka. Namun, salah satu pembalap yang berada tepat di samping Satria mencoba bermain curang. Dia menendang motor Satria dengan kaki. Alhasil Satria dan motornya terpelanting.

Jantung Gwen serasa berhenti saat melihat Satria terjatuh dari motor. Gwen berlari secepat mungkin untuk menolong Satria. Satria terluka di bagian kakinya.

"Bang, Bang Satria," ucap Gwen sambil terisak.

"Gwen." Satria masih bisa menyebut nama gadis itu di sela-sela rasa sakit yang dia derita.

"Jangan bergerak!" Tangisan Gwen semakin keras.

Aldo mendekat kemudian meminta bantuan teman-temannya untuk mengangkat Satria. "Gue antar ke rumah sakit," kata Aldo.

"Gue ikut," seru Gwen. Dia pun mengajak Stefy mengikuti mobil yang membawa Satria.

"Udah dong Gwen berhenti nangis." Stefy merasa bingung melihat Gwen sepanik itu.

"Bang Satria kecelakaan gue mana bisa tenang," jawab Gwen.

"Ya udah kita berdoa buat Satria."

Sesampainya di rumah sakit, Satria mendapatkan perawatan medis. Kakinya patah jadi dokter akan mengoperasi kaki Satria. Sayangnya terkendala biaya. "Semua biaya pengobatannya biar saya yang tanggung," kata Gwen.

Stefy menarik lengan Gwen untuk menjauh. "Gwen elo yakin? Biaya operasi nggak sedikit lo," kata Stefy memperingatkan sahabatnya.

Gwen melepas tangan Stefy. "Yakin seribu persen. Lagian bokap nyokap gue akan bangga kalau gue gunakan uang mereka untuk menolong orang. Apalagi orang itu calon menantu mereka."

Stefy menepuk jidatnya. Yang ada dipikiran Gwen hanya ingin menjadi pacar Satria no more. "Serah lo!" jawab Stefy cuek.

Benarkah yang dikatakan Gwen tentang reaksi orang tuanya jika mengetahui uang mereka dipakai untuk membiayai operasi kaki Satria?

Jangan lupa subscribe like dan komen tinggalkan jejak ya

Terpopuler

Comments

AdindaRa

AdindaRa

Jewer nih yaaa udah berani boong

2023-05-14

1

Nanik Puspita

Nanik Puspita

Gwen Jan poll.pede pakai bangetttt ...

2023-05-04

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!