Prolog
Suara tangisan bayi dan bentakan seorang perempuan masih terus mengiang di telinga Rian sampai saat ini.
Angin malam yang sangat dingin seakan menusuk tulang tak menghalangi niat Rian untuk datang ke sebuah club malam. Di tembusnya jalanan yang di sertai rintik-rintik hujan itu dengan motor besar berwarna merah hitamnya. Jalanan yang sangat lenggang membuat Rian semakin menarik pedal gas nya. Kini ia seperti orang sedang balapan.
Sesampainya di club, Rian langsung bergabung bersama teman-temannya. Bau asap rokok dan alkohol langsung menyambut kedatangannya. "Sorry lama," ujar Rian sambil melepaskan jaket dan meletakkannya di bagian ujung sofa. Ke-empat laki-laki yang sedang duduk hanya menoleh tanpa menjawab perkataan Rian. Rian pun menghembuskan nafasnya pelan lalu langsung mengambil posisi duduk di sebelah Agung, menyenggol pelan lengan Agung yang sedang fokus dengan ponselnya dan Rian merasa di abaikan.
"Eh. Dari mana aja lo?" tanya Agung yang baru menyadari kehadiran Rian, ia menoleh sebentar dan kembali fokus membalas pesan yang masuk.
"Abis dari rumah Salsha," jawab Rian dengan sedikit teriakan karena suara musik yang keras seakan hendak merusak gendang telinganya.
Agung yang mendengar itu langsung menatap Rian dengan risih, raut tak suka itu terlihat sangat jelas. "Ck, Lo ngapain lagi sih nyamperin si Salsha? Bawa pengaruh buruk tuh cewek," ujar Agung sambil berdecak kesal, laki-laki berwajah Indonesia asli yang mengenakan kaos hitam.
Rian hanya tersenyum kecut. Hatinya masih tak tenang meninggalkan dua orang yang ia sayang di rumah kontrakan kecil itu.
"Bima sakit," jawab Rian.
Kali ini tak hanya Agung yang menatapnya tak suka, Rizky pun melakukan hal yang sama. "Ya terus? Lo bukan ayah dari anak itu, oke! Gak usah sok peduli, bapa kandungnya aja kabur." Oke, perkataan Rizky sangat jujur, bahkan terlalu jujur hingga memancing emosi Rian saat ini. Tapi Rian coba mengabaikannya, hanya mengangkat bahunya acuh.
"Udah lah, kasian Rian. Gimana Hari pertama MOS lo minggu kemaren? Udah seminggu lo gak gabung sama kita, cerita dikit lah," gurau Gerry.
"Gak seru. Tuh ketos yang nama nya Alvin songong abis! Ya kan Dul?" tanya Rian pada pria yang dari tadi hanya diam.
Abdul yang merasa namanya di panggil langsung menatap Rian. "Apaan?" tanya nya ketus dan tak fokus.
"Lo abis liatin apaan?" tanya Rian kesal.
"Yah lo, kayak gak tau si Abdul aja kalo lagi di club," ujar Agung melirik Abdul tajam.
Abdul yang menerima tatapan tajam hanya nyengir tanpa dosa. "Tuh cewek yang pake dress item cantik bener. Coba aja kalo itu cewek mau sama gue, gue bikin dia bahagia terus."
Semuanya hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Dasar, setiap ada cewek cantik pasti ngomong gitu," komentar Rizky.
"Udah udah. Emang nya si Alvin kenapa?" Jujur, Gerry sedikit ingin tahu tentang kelakuan adik kelasnya itu, Gerry mantan ketua OSIS di sekolah Rian, SMK Cakra. Namun karna urusan PKL-nya selama 3 bulan di sebuah Instansi membuatnya tidak bisa mengontrol kelakuan pengurus OSIS kelas 11 sekarang.
Mendengar nama itu otak Abdul langsung konek. "Tuh orang sok banget. Masa gue di suruh jalan kodok di depan anak-anak MOS lain. Gara-gara gue ketauan minta pin nya si Sofie pas dia lagi nanyain bawaan buat besok. Si Rian juga di kerjain, tapi sama si macan cantik. Jirr belum tau dia kita siapa," curhat Abdul dengan mimik wajah yang di lebih-lebih kan.
Ketiga temannya hanya tertawa puas. Pantas saja di hukum, lagi MOS sempet-sempetnya modusin cewek. sedangkan Rian dan Abdul masih kesal mengingat tingkah Alvin.
"Oh iya, Kalo lo di kerjain apa Ian?" tanya Gerry penasaran. Mereka berempat biasa memanggil Rian dengan sebutan Ian.
"Gini. Pas pagi Salsha kan nelpon gue, susu si Bima abis. Nah sebelum ke sekolah gue mampir dulu ke supermarket beli susu. Gue kira gak bakal ada rajia tas, tau nya..."
Flashback.
"Semua baris yang bener!" Bentak seorang perempuan cantik yang di juluki macan nya SMK Cakra, Bunga.
"Simpen tas kalian di depan!" semua murid baru menurut, menyimpan tas mereka di depan, lebih tepat nya di atas lapangan tempat mereka berdiri sekarang.
"Cantik-cantik sangar ya Ian? Tapi gue suka yang galak kaya gini," bisik Abdul yang berdiri tepat di belakang Rian.
"Semua cewek kan lo suka! Gila," dengan polosnya Abdul menjawab dengan cengiran kudanya.
Semua senior mulai membuka tas para junior satu persatu, Rian berdiri di barisan paling belakang karena tubuhnya yang tinggi namun tetap kalah tinggi nya dengan Abdul. "Nama lo siapa?" lagi-lagi teriakan Bunga memekikan telinga.
"Dhea kak," jawab perempuan itu santai. Rian memperhatikan apa yang akan dilakukan kakak kelas songong nya itu.
"Ngapain lo bawa make-up kumplit? Mau sekolah apa mau mangkal lo!" teriak Bunga, membuat para perempuan peserta didik baru menelan ludah nya sendiri susah payah. Jantung berdebar kencang, bersiap para senior mengecek tas mereka yang sama halnya membawa make-up, tapi hanya bedak dan lipstick. Tidak seperti Dhea, membawa kantung bening khusus make-up lengkap! Sampai-sampai maskara dan pensil alis pun ia bawa.
Dengan tidak sopan nya Dhea memutarkan bola matanya malas. "Hello kakak cantik! Ini tahun 2023, masa iya bawa make-up masih ditanya buat apa. Ya buat dandan lah, masa ia buat ngelukis. Kan biar gak kucel kakak," ejeknya.
"Oh, jadi gini sikap lo sama kakak kelas? Lulusan SMP mana?" Dengan santainya Dhea menunjuk lambang SMP negeri di seragam putih birunya.
"Oke, perhatian buat semua! Karena ada temen kalian yang namanya Dhea gak sopan, ada barang tambahan buat bahan bawaan besok. Kalian wajib bikin topi kerucut dan harus udah di pake 100 meter dari gerbang sekolah plus Name tag!" semua peserta didik baru mengendus kesal, ingin sekali rasanya mereka protes. Dhea yang merasa dirinya penyebab kerusuhan ini bungkam dan cemberut menerima tatapan tajam dari perserta didik baru lainnya.
"Emang udah di umumin besok bawa apa aja?" tanya perempuan yang berdiri di sebelah Rian.
"Oh udah. Lo tadi datengnya agak telat ya?" tanya Abdul sok akrab.
"Iyah," jawabnya sambil mengangguk.
"Ya udah, minta pin lo aja. Nanti gue kirim lewat BBM, gue Abdul."
"Oh iya makasih ya. Gue Sofieana."
"Ya udah mana pin lo." Abdul mengeluarkan hp android nya.
_-_-
"Tunggu!" Gerry menghentikan cerita Rian. "Mana cerita waktu Lo sama Abdul yang lagi di hukumnya?" tagih Gerry.
"Bentar lagi. Udah dengerin aja dulu. Awal ceritanya emang gini, dan gara-gara cewe yang namanya Dhea itu gue jadi ke bawa-bawa," protes Rian karena ceritanya terhenti.
"Oh, oke. Lanjut."
--
Guys cerita ini pernah aku up waktu itu, cuma karena sepi aku hapus dulu huhu. semoga sekarang rame ya, jangan lupa like dan komen biar author semangat🥰
Rian melanjutkan ceritanya.
Rian yang melihat wajah Dhea cemberut mendadak tertawa tanpa bisa ia tahan. Adik kelas sok-sokan nantang kakak kelas. Namun sayang, Rian tertawa terlalu kencang hingga Bunga dan beberapa senior menatap tajam kearah nya. "Kenapa ketawa? Ada yang lucu apa ngeledek?" teriak Bunga kembali. Ck, sepertinya semua kakak kelasnya memiliki hobby marah-marah dan berteriak. Alvin yang tadinya hanya memantau semuanya dari atas, mencoba bersembunyi dulu di hari pertama MOS memutuskan gabung ke bawah untuk merazia tas.
Karena Rian tidak menjawab apa-apa, Bunga yang sudah kesal pun langsung berdecak.
"Mia, periksa tas tuh cowok!"
"Udah di jelasin kan peraturan awal. Gak boleh main Hp!" suara bass di belakang membuat beberapa orang menolehkan kepalanya kebelakang, bahkan Rian pun menoleh. Mengabaikan Bunga yang sedang memakinya.
Rian menggelengkan kepalanya pelan, dasar Abdul benar-benar buaya darat. "Eh kak. Ini, saya mau minta pin Sofie dulu," ucap Abdul.
Alvin menatapnya datar tanpa ekspresi. "Gak ada alasan, ke depan kamu!"
Abdul hanya bisa mencibir namun tetap berjalan ke depan, 'biarin lah diem di depan, kali aja mendadak terkenal' pikir nya.
"Alvin, ada yang bawa susu bayi nih!" sontak saja Rian langsung menatap tas-nya yang sudah diobrak-abrik seorang kakak kelas perempuan. Rian yang dari tadi fokus kepada Abdul tidak menyadari kalau tasnya sedang di rajia dan Rian benar-benar terusik akan hal itu.
"Haha, lo udah punya anak?" Bunga mendekati Rian.
"Itu buat ade gue," jawab Rian datar. Hatinya kesal, ingin sekali Rian menjawab dengan lantang. 'Itu buat calon anak gue!' tapi untungnya Rian masih menggunakan akal sehat nya.
"Uhh,,, kakak yang baik. Kirain buat anak lo—" dengan cepat Rian mengambil kotak susu di tangan Mia tanpa permisi, membuat Mia membelalakkan matanya. "Gak sopan banget lo!" teriak Mia.
Rasanya kesabaran Rian sudah cukup sampai di sini, semakin lama semakin tidak sopan saja orang-orang ini. "Lo yang gak sopan! Jangan pernah ikut campur privasi orang! " bentak Rian penuh dengan amarah.
"Di SMP lo gak diajarin sopan santun?" teriak Bunga.
Rian yang sudah kepalang basah langsung mengangkat sebelah alisnya. "Apa disini diajarin sopan santun? Membongkar isi tas orang sembarangan, terus ngeledek isinya?" tanya nya menantang.
"Kurang ajar!" bentar Bunga.
Alvin merasa ada hal menarik yang membuat hari ini cukup ramai, ia pun mengangkat tangannya pelan. "Udah Bunga. Suruh ke depan aja, kita kumpulin anak-anak yang harus di kasih tau sopan santun," ucap Alvin santai namun penuh dengan akal busuk.
"Ke Depan lo. Dhea! Lo juga ke depan!" teriak nya. Baru saja Dhea merasa selamat karena ada yang lebih kurang ajar darinya, tapi sekarang? Dia juga di suruh ke depan dan itu sangat memalukan! Dengan wajah cemberut Dhea berjalan ke depan dan berdiri di sebelah Abdul.
"Cepet ke depan! Kenapa masih di sini!"
Rian benar-benar muak, telinganya sakit jika lama-lama berada di sini. "Ya tunggu! Saya masukin dulu kotak ini!" Rian memasukan kotak susu Bima kedalam tas nya lalu dengan kesal berjalan ke depan berdiri di samping Dhea.
"Yang tadi telat bertiga juga ke depan!"
Flashback end.
Ketiga temannya menggelengkan kepalanya.
"Ckckck, kalian berdua emang pada aneh-aneh kelakuannya! Ya iya lah di hukum," komentar Gerry malas, jika ia menjadi senior yang bertugas juga pasti akan melakukan hal yang sama seperti Alvin.
"Kalian harus tau. Gue juga kena hukum!" ujar Rizky berapi-api.
"Ah iya, Lo juga di suruh jalan jongkok kan sama si Alvin!" pekik Abdul.
Gerry kembali bersemangat, semoga saja cerita Rizky sedikit menarik untuk bisa membongkar kelakuan adik kelasnya yang sedang menjadi petugas MOS. "Ceritain lagi," sahut Gerry.
"Oke!"
Rizky mulai bercerita.
"Ga usah ngobrol!" bentak senior bernama Riska.
"Kak, dia ngambil topi SMP saya! Botol mineral saya juga," adu seorang pria berkaca mata.
Rizky menatapnya tajam, seolah-olah berkata 'berani lo sama gue!'. Pria yang memakai kacamata itu hanya menatapnya datar, tanpa ekspresi. 'Awas lo Andri, gue bakalan bales dendam'
"Balikin! Kamu mau jadi jagoan hah! Al, ada preman malak di sini!" teriak Riska.
Alvin berjalan dengan santai kearah Riska. "Yang mana?"
"Tuh!" tunjuknya dengan dagu.
Alvin memperhatikan penampilan Rizky dari atas sampai bawah. "Keliatan sih dari tampangnya juga. Tukang malak," ucap Alvin. Jlebb, 'emang muka gue apaan?'
"Kamu ke depan!" perintah Alvin. Dengan wajah malas Rizky pun melangkah ke depan, senyumnya langsung mengembang saat melihat kedua temannya sudah terlebih dahulu di depan, Rian dan Abdul.
"Hai kawan, kita barengan lagi!" pekik Rizky sedikit bersemangat karena bisa berkumpul dengan seseorang yang ia kenal.
Rian menatap Rizky malas, hati nya masih kesal pada para senior. Sedangkan Dhea hanya menatap sinis kearah Rizky. 'Orang aneh! Di suruh ke depan bahagia'
"Eh lo. Kenapa bisa di hukum?" tanya Abdul.
"Gara-gara cowo cupu, si Andri. Kalian inget kan? Anak kelas IX-F."
Sontak Abdul mengangguk. "Tenang kita bikin rencana bales dendam," bisik Abdul.
"Siapa suruh kalian ngobrol!" bentak Bunga saat keluar dari barisan para peserta didik.
Keempat orang itu langsung terdiam, lebih tepatnya kedua orang -Rizky dan Abdul. Tak lama Alvin pun datang. "Ada lagi yang mau ke depan kaya mereka?" tanya Alvin pada semua. Tak ada yang berani jawab satu orang pun.
"Jongkok kalian berenam!" perintahnya. Semua jongkok dengan pasrah tanpa protes. Dari pada urusan tambah runyam!.
"Tunggu! Nih ada satu lagi," teriak Selvia -Senior yang menjabat sebagai ketua Volly. Semua ketua ekskul di sini di wajibkan masuk dalam organisasi OSIS.
"Jam berapa ini!" bentak Bunga pada seorang junior perempuan yang baru datang.
"Jam 9 kak," cengirnya tanpa dosa.
Alvin melihat name tag seragam nya. 'Yosie'
"Jangan cengengesan! Ikut jongkok kamu!" ucap Selvia tajam.
Yosie menampilkan wajah terkejut, ia tidak ingin di awal masuknya sudah mendapatkan hukuman. "Tapi aku pake rok, kak!" protesnya.
Bunga berdecak kesal. "Dia aja feminim pake rok bisa jongkok, apalagi kamu yang Tomboy!" ucap Bunga sengit.
"Aku juga Feminim kali!" Dengan seribu umpatan di dalam hati, Yosie akhirnya berjongkok.
"Kalian, dengerin instruksi saya! Jalan jongkok 2 keliling lapangan ini. Baru temen-temen kalian bisa masuk keruangan mereka masing-masing. Ngerti!" perintah Alvin.
Dhea yang hendak protes langsung berhenti saat melihat tatapan tajam dari Alvin.
"Mau Protes? Apa mau di tambah?" Dhea menggeleng dengan cepat.
"Ya udah, kalian cepet jalan jongkok nya! Gak kasian temen kalian pada kepanasan!" bentak Riska. Yosie mencibir 'ya lo gak kasian kita jalan jongkok!'
_-_
Rizky menghentikan cerita nya. Mereka semua tertawa terbahak-bahak, Agung dan Gerry tertawa karena kelakuan mereka bertiga sedangkan Rian, Rizky dan Abdul tertawa mengingat kejadian itu.
Tiba-tiba datang seorang laki-laki yang menggunakan kaos santai dan celana jeans hitam. "Sorry telat. Gue berantem lagi sama si Caca," adu Samuel pada lima temannya.
Mereka berenam teman satu komplek dari kecil, dan Samuel paling tua umurnya 21 tahun, Gerry dan Agung 19 tahun, Rizky dan Abdul 17 tahun, dan Rian 18 tahun. Rian seharusnya kelas 11 SMK tahun ini, namun karena kasus Salsha hamil, Rian tidak bisa meneruskan sekolah nya selama setahun.
"Masalah apa lagi Sam?" tanya Rian setengah berteriak.
"Si Caca banyak ngatur, cerewet! Setiap jam nanya lagi apa? dimana? Pulang kapan? Jelas-jelas gue lagi di kantor. Tadi aja Gue baru pulang kerja malah di suruh nganterin dia Shopping di Mall, gak ngerti apa gue ini cape! Terus dia kalo gue atur malah ngelawan, marah-marah gak jelas."
Agung menggelengkan kepalanya.
"Lo harusnya bersyukur, Caca tuh bukan cerewet tapi dia tuh orang nya ceria. Gini aja deh gampangnya, wanita kalo udah gak cerewet lagi, gak beradu pendapat lagi, nurut apa yang segala nya lo omongin, gak ngeluh, gak nanya lagi apa, dimana, and kapan pulang. Nah disitu lo harus ngerasa cemas, mungkin aja si Caca udah cape dan kehilangan cara supaya deket terus sama lo. Jadi bersyukur aja lah kalo si Caca masih ngeselin karena segala kecemasannya, kecemburuannya dan keluhannya. Artinya, si Caca masih cinta sama lo, gak bosen ataupun ada niat bubaran sama lo."
Rizky bertepuk tangan dengan semangat.
"Gila, kata-kata Lo bijak banget. Sumpah! Gue ga bohong sumpah!" ucapnya histeris membuat semuanya menggelengkan kepalanya. Untung saja di sini ada musik kencang jika ini di cafe mungkin meja mereka sudah di hujanin tatapan tajam dan bingung dari para pengunjung.
"Tuh dengerin Sam," komentar Gerry dan Abdul bersamaan.
"Oke Gung, makasih atas saran lo," bisik Samuel di telinga Agung.
"Ckckck. kata ema gue, gak sopan bisik-bisik di depan orang lain," ucap Rian ingin tau yang sebenarnya juga ingin tahu.
"Bilangin ke ema lo. Gak usah kepo jadi orang," balas Samuel membuat semuanya menertawakan Rian.
Sebelum baca yuk like dulu biar ga lupa😍
**
5 bulan kemudian.
"Ian bego lari!" teriak Dhea sambil terus manahan lengan Andy agar tidak mengejar nya.
Rian menolehkan kepalanya kebelakang, mengacungkan jari tengahnya sambil terus berlari menjauh dari kedua orang tersebut dengan seringai puas di bibirnya.
Dhea merutuki dirinya sendiri karena telah menolong Rian, sedangkan Rian sendiri malah semakin membuat Andy menggeram kesal karena mengacungkan jari tengahnya yang menurut Andy itu artinya Rian telah mengibarkan bendera perang dengan nya.
Dan benar saja, sesaat kemudian Andy menatap tajam pada Dhea. "Temen Lo?" tanya Andy tak percaya.
Dhea hanya bisa mengangguk ragu dan mulai ketakutan. "Jangan pernah deket lagi sama tuh cowo! Kalo gak, gue gak akan segan-segan mutusin lo!" bentak nya sambil memakai helm dan naik ke atas motor. "Cepetan Naik!" bentak Andy kembali karena kesal karena melihat Dhea yang daritadi hanya diam.
Tanpa di suruh dua kali Dhea langsung naik ke atas motor, hatinya terus meneriaki nama Rian. Kalau saja tadi Rian tidak mengejek Andy, pasti keadaan nya tidak akan seperti ini jadinya.
**
Sementara di sana. Rian terus berlari memasuki gerbang sekolah menuju lorong sepi yang berada di belakang sekolah dengan senyum mengembang.
Sesampainya di lorong, Rian melihat ketiga teman yang sudah menunggunya. Rian mengatur nafasnya yang terengah-engah saat menghentikan larinya di depan ketiga orang itu. Iqbal, Rizky, dan Yosie. "Gimana?" tanya mereka serempak.
Rian tersenyum bangga mengangkat jempolnya kanannya sedangkan tangan kirinya masih ia gunakan untuk memegang dada nya yang naik turun seperti habis maraton. "Berhasil lah. Mana uang taruhannya?" tanya Rian seraya mengadahkan tangannya.
Saat di kelas tadi mereka berempat membuat taruhan untuk siapa saja yang berani membuat Andy-pacar Dhea sekaligus anggota geng motor- marah, akan mendapatkan uang seratus ribu dari setiap orangnya dan dengan gantle nya Rian menerima taruhan itu.
Rizky mengeluarkan uang lima puluh ribu dua lembar dari sakunya dengan santai dan memberikan nya kepada Rian. Sedang kan Yosie dengan wajah masam memberikan uangnya kepada Rian. "Uang jajan gue buat empat hari abis," gumam Yosie menatap sedih uang serutus ribunya ditangan Rian.
"Lu masih untung Yos, seratus ribu buat empat hari. Lah gue buat tujuh hari, belum bensin!" komentar Iqbal sambil memberikan uangnya pada Rian yang tak memperdulikan adu nasib perihal uang 100 ribu.
Rian pun langsung memasukkan uang itu ke dalam sakunya. "Sabar Bal!" Yosie menepuk pundak Iqbal dengan keras membuat wajah Iqbal semakin kesal.
"Lo kan udah nerima uangnya. Sekarang mendingan lo cerita ke kita," ucap Rizky tak sabar.
Rian mengangguk semangat, ia pun tak sabar menceritakan kejadian tadi, semoga saja mereka bertiga bisa ikut tak tenang dalam menjalani hari mereka. "Awalnya gini. Dhea kan lagi nungguin pacarnya yang anggota geng motor itu di Halte sendirian, ya udah gue temenin," ucap Rian memulai cerita.
"Ck, udah tau itu mah. Kan kita yang nyuruh lo nyamperin Dhea pas tadi," potong Iqbal sambil berdecak, maklum, dia memang orang paling tak sabaran.
Rian yang mendengar itu memasang wajah malas dan menatap Iqbal dengan tajam. "Ya makannya dengerin gue cerita dulu jangan maen potong!" lalu Rian meneruskan ceritanya. "Baru aja dua menit gue ngajak ngobrol Dhea, pacarnya dateng. Kaca helmnya di buka terus ngeliatin gue songong. Ya udah gue ngomong aja yang sejujurnya, gue nanya ke Dhea 'pacar lo?' si Dhea jawab iya terus ngenalin gue ke pacarnya."
"Terus?" tanya Yosie sambil mengerutkan keningnya bingung, tidak ada yang menarik dari cerita murahan nya Rian.
"Gue ngomong ke Dhea. 'Pacar lo cantik ya putih, bibir pink, bulu mata lentik' gue liat tuh cowok melolot ke gue. Dhea malah ketawa 'bukan cantik, Andy tuh ganteng' terus gue keceplosan malah bilang 'iya Dhe, coba kalo pake wig panjang, kaya banci!' gue ketawa kenceng!" Rian bercerita sambil tertawa mengingat kejadian beberapa menit yang lalu.
Seketika itu pun ketiga orang itu langsung saling bertatapan dengan raut wajah tak menyangka. "Gila! Beneran cari mati luh. Terus gimana?" tanya Rizky sambil menggelengkan kepalanya kagum.
"Ya namanya juga jujur. Gue gak abis pikir aja, masa ada anak motor yang kayak gitu. Mukanya tuh mulus banget, kaya perawatan, kinclong. Terus tuh cowo turun dari motornya, ngelepasin helm, tangan jaketnya di naikin sampe siku nya terus diem di depan gue. Kalian tau? Gue baru nyadar tuh cowo laki banget pas gak pake helm, keliatan banget anak motornya. Gue jadi mati kutu!"
"Idiot!" komentar Yosie.
"Gila!" komentar Iqbal sambil bertepuk tangan.
Rizky terlihat sangat serius dan menyentuh bahu Rian. "Tapi lo gak terkesima kan sama Andy?" tanya Rizky was-was.
"Gila! Gue normal lah. Lo semua harus tau ya, tuh cowo suaranya gede banget—
*flashback
Andy melepaskan helm hitam sehingga memamerkan rambut berantakannya yang dengan sengaja ia tidak cukur dan turun dari motor besar miliknya, memperlebar langkahnya menuju Rian yang berada di dekat kursi Halte. Wajahnya mengeras, di angkat nya lengan jaket coklatnya sampai siku. "Lo ngomong apa?" tanya Andy dengan suara yang besar namun serak. Membuat Rian dan Dhea sama-sama menahan nafas mereka. Rian tidak menyangka pacar si Ratu Alay itu semenyeramkan ini. "Lo ngatain gue apa tadi? Banci?" Fandy menarik kerah seragam Rian.
Dengan keringat dingin yang mulai terasa, Rian tersenyum dengan sedikit kaku. "Gue bercanda bro. Jangan di masukin ke hati, ntar baper," canda Rian berusaha melepaskan kerah nya dari tangan Fandy.
"Bercanda kata lo? Lo gak tau gue siapa?" tanyanya marah, matanya benar-benar menyeramkan menatap Rian saat itu.
Dhea yang merasa keadaan sudah tidak akan aman mulai berusaha meleraikan keduanya. "Di udah lah, mending kita pulang aja ya." Dhea berusaha melepaskan tangan Andy dari seragam Rian.
Rian menelan saliva nya, ia harus ingat pada tantangan yang sudah ia terima, jangan sampai ia kalah dan berakhir seperti laki-laki tak mempunyai nyali seperti ini. Akhirnya, dengan memberanikan diri Rian pun tersenyum miring seakan mengejek, jangan sampai ia tersulut emosinya dan berakhir dengan perkelahian juga.
"Diem lo!" bentak Andy pada Dhea.
Rian yang melihat sikap itu langsung tersentak, laki-laki seperti apa yang bisa berteriak pada seorang perempuan? "Santai, gue cuma bercanda oke!" Rian menepis kasar tangan Andy dari seragam nya. "Gue kan bilangnya kalo lo pake wig, lo kaya banci. Banci Thailand yang cantik." Rian kembali tertawa membuat Andy mengepalkan tangannya bersiap menonjok wajah Rian dan bodohnya mengapa ia harus memancing lagi orang itu!
"Ian bego lari!" hingga teriakan Dhea menghentikan tawanya. Benar, ia harus segera lari dari pada urusan tambah rumit.
*flashback off
"Keren, gue gak nyangka punya KM se-idiot lo!" Iqbal tertawa kencang bersama Yosie dan Rizky.
"Oke, target selanjutnya macan cantik! Siapa yang berani? Gue enggak," ucap Rian menghentikan tawa mereka.
Semuanya terdiam dan menunjukkan wajah ragu. "Ngerjainnya gimana?" tanya Rizky.
"Ya bebas, yang penting cewe Hits itu kesel kaya si Andy tadi, kalo bisa sampe nangis!" jawab Rian semangat dengan hati yang masih dipenuhi dendam saat MOS waktu itu.
"Gue gak ah, Bunga galak!" komentar Iqbal.
Tanpa diduga. "Ya udah, gue terima tantangan," ucap Yosie mantap.
Iqbal dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Eh tapi jangan besok ya, lusa aja, besok gue gak akan masuk sekolah. Gue kangen sama warnet tercinta gue."
"Ck, bukannya sekali gak masuk lo langsung tiga hari ya?" herdik Rizky.
Iqbal mengacungkan jarinya membentuk V. "Asli. Kali ini cuma sehari."
"Oke, kalo lo boong traktir baso," ucap Rian dan Iqbal pun mengangguk.
"Eh, gue mau ngasih minum bebeb gue dulu," Rizky berdiri dari duduknya di atas meja. Mengambil air mineral yang masih tersegel di pojokan meja.
"Selvi or Riska?" tanya Yosie.
Rizky menaikkan sebelah alisnya. "Ya Riska lah," jawab nya enteng sambil melangkahkan kakinya menyusuri gerbang dan menjauhi mereka yang masih menatapnya aneh.
"Tuh anak aneh ya. Pertama bilang nya Selvi Ketua Volly Ball, kenapa sekarang Riska ketua Mading?" tanya Iqbal.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!