Rian melanjutkan ceritanya.
Rian yang melihat wajah Dhea cemberut mendadak tertawa tanpa bisa ia tahan. Adik kelas sok-sokan nantang kakak kelas. Namun sayang, Rian tertawa terlalu kencang hingga Bunga dan beberapa senior menatap tajam kearah nya. "Kenapa ketawa? Ada yang lucu apa ngeledek?" teriak Bunga kembali. Ck, sepertinya semua kakak kelasnya memiliki hobby marah-marah dan berteriak. Alvin yang tadinya hanya memantau semuanya dari atas, mencoba bersembunyi dulu di hari pertama MOS memutuskan gabung ke bawah untuk merazia tas.
Karena Rian tidak menjawab apa-apa, Bunga yang sudah kesal pun langsung berdecak.
"Mia, periksa tas tuh cowok!"
"Udah di jelasin kan peraturan awal. Gak boleh main Hp!" suara bass di belakang membuat beberapa orang menolehkan kepalanya kebelakang, bahkan Rian pun menoleh. Mengabaikan Bunga yang sedang memakinya.
Rian menggelengkan kepalanya pelan, dasar Abdul benar-benar buaya darat. "Eh kak. Ini, saya mau minta pin Sofie dulu," ucap Abdul.
Alvin menatapnya datar tanpa ekspresi. "Gak ada alasan, ke depan kamu!"
Abdul hanya bisa mencibir namun tetap berjalan ke depan, 'biarin lah diem di depan, kali aja mendadak terkenal' pikir nya.
"Alvin, ada yang bawa susu bayi nih!" sontak saja Rian langsung menatap tas-nya yang sudah diobrak-abrik seorang kakak kelas perempuan. Rian yang dari tadi fokus kepada Abdul tidak menyadari kalau tasnya sedang di rajia dan Rian benar-benar terusik akan hal itu.
"Haha, lo udah punya anak?" Bunga mendekati Rian.
"Itu buat ade gue," jawab Rian datar. Hatinya kesal, ingin sekali Rian menjawab dengan lantang. 'Itu buat calon anak gue!' tapi untungnya Rian masih menggunakan akal sehat nya.
"Uhh,,, kakak yang baik. Kirain buat anak lo—" dengan cepat Rian mengambil kotak susu di tangan Mia tanpa permisi, membuat Mia membelalakkan matanya. "Gak sopan banget lo!" teriak Mia.
Rasanya kesabaran Rian sudah cukup sampai di sini, semakin lama semakin tidak sopan saja orang-orang ini. "Lo yang gak sopan! Jangan pernah ikut campur privasi orang! " bentak Rian penuh dengan amarah.
"Di SMP lo gak diajarin sopan santun?" teriak Bunga.
Rian yang sudah kepalang basah langsung mengangkat sebelah alisnya. "Apa disini diajarin sopan santun? Membongkar isi tas orang sembarangan, terus ngeledek isinya?" tanya nya menantang.
"Kurang ajar!" bentar Bunga.
Alvin merasa ada hal menarik yang membuat hari ini cukup ramai, ia pun mengangkat tangannya pelan. "Udah Bunga. Suruh ke depan aja, kita kumpulin anak-anak yang harus di kasih tau sopan santun," ucap Alvin santai namun penuh dengan akal busuk.
"Ke Depan lo. Dhea! Lo juga ke depan!" teriak nya. Baru saja Dhea merasa selamat karena ada yang lebih kurang ajar darinya, tapi sekarang? Dia juga di suruh ke depan dan itu sangat memalukan! Dengan wajah cemberut Dhea berjalan ke depan dan berdiri di sebelah Abdul.
"Cepet ke depan! Kenapa masih di sini!"
Rian benar-benar muak, telinganya sakit jika lama-lama berada di sini. "Ya tunggu! Saya masukin dulu kotak ini!" Rian memasukan kotak susu Bima kedalam tas nya lalu dengan kesal berjalan ke depan berdiri di samping Dhea.
"Yang tadi telat bertiga juga ke depan!"
Flashback end.
Ketiga temannya menggelengkan kepalanya.
"Ckckck, kalian berdua emang pada aneh-aneh kelakuannya! Ya iya lah di hukum," komentar Gerry malas, jika ia menjadi senior yang bertugas juga pasti akan melakukan hal yang sama seperti Alvin.
"Kalian harus tau. Gue juga kena hukum!" ujar Rizky berapi-api.
"Ah iya, Lo juga di suruh jalan jongkok kan sama si Alvin!" pekik Abdul.
Gerry kembali bersemangat, semoga saja cerita Rizky sedikit menarik untuk bisa membongkar kelakuan adik kelasnya yang sedang menjadi petugas MOS. "Ceritain lagi," sahut Gerry.
"Oke!"
Rizky mulai bercerita.
"Ga usah ngobrol!" bentak senior bernama Riska.
"Kak, dia ngambil topi SMP saya! Botol mineral saya juga," adu seorang pria berkaca mata.
Rizky menatapnya tajam, seolah-olah berkata 'berani lo sama gue!'. Pria yang memakai kacamata itu hanya menatapnya datar, tanpa ekspresi. 'Awas lo Andri, gue bakalan bales dendam'
"Balikin! Kamu mau jadi jagoan hah! Al, ada preman malak di sini!" teriak Riska.
Alvin berjalan dengan santai kearah Riska. "Yang mana?"
"Tuh!" tunjuknya dengan dagu.
Alvin memperhatikan penampilan Rizky dari atas sampai bawah. "Keliatan sih dari tampangnya juga. Tukang malak," ucap Alvin. Jlebb, 'emang muka gue apaan?'
"Kamu ke depan!" perintah Alvin. Dengan wajah malas Rizky pun melangkah ke depan, senyumnya langsung mengembang saat melihat kedua temannya sudah terlebih dahulu di depan, Rian dan Abdul.
"Hai kawan, kita barengan lagi!" pekik Rizky sedikit bersemangat karena bisa berkumpul dengan seseorang yang ia kenal.
Rian menatap Rizky malas, hati nya masih kesal pada para senior. Sedangkan Dhea hanya menatap sinis kearah Rizky. 'Orang aneh! Di suruh ke depan bahagia'
"Eh lo. Kenapa bisa di hukum?" tanya Abdul.
"Gara-gara cowo cupu, si Andri. Kalian inget kan? Anak kelas IX-F."
Sontak Abdul mengangguk. "Tenang kita bikin rencana bales dendam," bisik Abdul.
"Siapa suruh kalian ngobrol!" bentak Bunga saat keluar dari barisan para peserta didik.
Keempat orang itu langsung terdiam, lebih tepatnya kedua orang -Rizky dan Abdul. Tak lama Alvin pun datang. "Ada lagi yang mau ke depan kaya mereka?" tanya Alvin pada semua. Tak ada yang berani jawab satu orang pun.
"Jongkok kalian berenam!" perintahnya. Semua jongkok dengan pasrah tanpa protes. Dari pada urusan tambah runyam!.
"Tunggu! Nih ada satu lagi," teriak Selvia -Senior yang menjabat sebagai ketua Volly. Semua ketua ekskul di sini di wajibkan masuk dalam organisasi OSIS.
"Jam berapa ini!" bentak Bunga pada seorang junior perempuan yang baru datang.
"Jam 9 kak," cengirnya tanpa dosa.
Alvin melihat name tag seragam nya. 'Yosie'
"Jangan cengengesan! Ikut jongkok kamu!" ucap Selvia tajam.
Yosie menampilkan wajah terkejut, ia tidak ingin di awal masuknya sudah mendapatkan hukuman. "Tapi aku pake rok, kak!" protesnya.
Bunga berdecak kesal. "Dia aja feminim pake rok bisa jongkok, apalagi kamu yang Tomboy!" ucap Bunga sengit.
"Aku juga Feminim kali!" Dengan seribu umpatan di dalam hati, Yosie akhirnya berjongkok.
"Kalian, dengerin instruksi saya! Jalan jongkok 2 keliling lapangan ini. Baru temen-temen kalian bisa masuk keruangan mereka masing-masing. Ngerti!" perintah Alvin.
Dhea yang hendak protes langsung berhenti saat melihat tatapan tajam dari Alvin.
"Mau Protes? Apa mau di tambah?" Dhea menggeleng dengan cepat.
"Ya udah, kalian cepet jalan jongkok nya! Gak kasian temen kalian pada kepanasan!" bentak Riska. Yosie mencibir 'ya lo gak kasian kita jalan jongkok!'
_-_
Rizky menghentikan cerita nya. Mereka semua tertawa terbahak-bahak, Agung dan Gerry tertawa karena kelakuan mereka bertiga sedangkan Rian, Rizky dan Abdul tertawa mengingat kejadian itu.
Tiba-tiba datang seorang laki-laki yang menggunakan kaos santai dan celana jeans hitam. "Sorry telat. Gue berantem lagi sama si Caca," adu Samuel pada lima temannya.
Mereka berenam teman satu komplek dari kecil, dan Samuel paling tua umurnya 21 tahun, Gerry dan Agung 19 tahun, Rizky dan Abdul 17 tahun, dan Rian 18 tahun. Rian seharusnya kelas 11 SMK tahun ini, namun karena kasus Salsha hamil, Rian tidak bisa meneruskan sekolah nya selama setahun.
"Masalah apa lagi Sam?" tanya Rian setengah berteriak.
"Si Caca banyak ngatur, cerewet! Setiap jam nanya lagi apa? dimana? Pulang kapan? Jelas-jelas gue lagi di kantor. Tadi aja Gue baru pulang kerja malah di suruh nganterin dia Shopping di Mall, gak ngerti apa gue ini cape! Terus dia kalo gue atur malah ngelawan, marah-marah gak jelas."
Agung menggelengkan kepalanya.
"Lo harusnya bersyukur, Caca tuh bukan cerewet tapi dia tuh orang nya ceria. Gini aja deh gampangnya, wanita kalo udah gak cerewet lagi, gak beradu pendapat lagi, nurut apa yang segala nya lo omongin, gak ngeluh, gak nanya lagi apa, dimana, and kapan pulang. Nah disitu lo harus ngerasa cemas, mungkin aja si Caca udah cape dan kehilangan cara supaya deket terus sama lo. Jadi bersyukur aja lah kalo si Caca masih ngeselin karena segala kecemasannya, kecemburuannya dan keluhannya. Artinya, si Caca masih cinta sama lo, gak bosen ataupun ada niat bubaran sama lo."
Rizky bertepuk tangan dengan semangat.
"Gila, kata-kata Lo bijak banget. Sumpah! Gue ga bohong sumpah!" ucapnya histeris membuat semuanya menggelengkan kepalanya. Untung saja di sini ada musik kencang jika ini di cafe mungkin meja mereka sudah di hujanin tatapan tajam dan bingung dari para pengunjung.
"Tuh dengerin Sam," komentar Gerry dan Abdul bersamaan.
"Oke Gung, makasih atas saran lo," bisik Samuel di telinga Agung.
"Ckckck. kata ema gue, gak sopan bisik-bisik di depan orang lain," ucap Rian ingin tau yang sebenarnya juga ingin tahu.
"Bilangin ke ema lo. Gak usah kepo jadi orang," balas Samuel membuat semuanya menertawakan Rian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments