FAITH
Hujan deras di langit malam ibu kota Jakarta membasahi aspal hitam yang sejak sejak siang begitu kering kerontang. Setiap aspal dan beton seakan merindukan kesejukkan, air meresap menghujam ke dalam bumi, pepohonan dan rerumputan sepanjang jalan seakan bersorak menyambut datang nya musim penghujan. Hujan di langit awal Maret 2018, membawa suasana yang sejuk, sejak sore hujan mengguyur hingga malam pukul 08:15 WIB.
Lelehan air merayap perlahan di kaca transparan Apartemen Mewah yang terletak di pusat bisnis ibu kota. Tampak kehidupan masih berdenyut di bawah sana.
Di dalam ruangan seluas 5x5 meter, terdengar suara dua orang yang menderu syahdu memadu kasih. Lampu menyala benderang dari crystal yg berada di tengah plafond sehingga setiap sudut ruangan tampak jelas.
"Ahhhhh .... ppe ... lan sedikit sayang ..... ," terdengar rintihan wanita di bawah dekapan seorang pria tinggi besar yang terus menggerakan badan dengan kekuatan penuh mendesak ke tengah matras tanpa mengindahkan permintaannya yang menghiba.
"Tahan .... bentar lagi," pinta si pria.
Keduanya saling berangkulan tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh keduanya, bergumul dan berguling ke setiap penjuru dipan berukuran king size, cukup menampung empat-lima orang dengan ukuran tubuh sedang. Baju pria dan wanita beserakan tak karuan di bawah dipan yang didominasi warna biru muda dan abu-abu soft. Pergumulan itu berlangsung cukup lama dan lama. Teriakan kecil dari si wanita membahana di ruangan.
"Kita keluar bersama yah?" bisik si pria perlahan di telinga wanita yang sudah memerah semakin memerah. Peluh bercucuran membasahi keduanya walau di ruangan AC menunjukkan angka 18.
"Ahhhh .... ahhhh.....ahhhh," suara mendesah keluar bersamaan dari keduanya. Pagutan demi pagutan begitu intens di bibir
keduanya. Tampak si pria mendominasi setiap aksi.
"Euhhhhhh .....euhhhhhh ......," terdengar lenguhan begitu panjang seakan tanda pergulatan telah berakhir. Si pria lantas bergulung ke sisi kanan dengan nafas yang masih tersengal. Keduanya terlentang memandang langit kamar sambil mengatur nafas yang menderu. Si pria menopang kepala wanita, tangan si wanita menarik bed cover tipis di ujung kaki.
"Tumben .... permainannya begitu sangar!" bertanya si wanita sambil terus menyisipkan mukanya ke dada bidang si pria.
"Tapi puas kan!?" sahut si pria sambil cengengesan dan mengulum lembut bibir ranum sang pujaan hati.
"Hmmmm .... iya sih," jawab si wanita malu-malu, wajahnya ditenggelamkan di dada si pria.
"Kontrasepsi masih ada!?" tanya si pria sambil mengusap lembut rambut wanita.
"Masih ada, aku baru beli kemarin," jawab si wanita yang masih dalam selimut.
"Bagus!" jawab si pria sambil beringsut perlahan dari dipan menuju toilet di pojok kamar.
"Gak nginep?" tanya si wanita sambil memandang tubuh tegap yang menjulang tinggi sedang membuka pintu toilet.
"Besok ada rapat di kantor jam 10:00 pagi, aku belum membaca makalahnya," jawabnya sambil terus memasuki lantai toilet tanpa menutup pintu. Terdengar suara shower meluncur di lantai.
"Gak mau ikut ke dalam?" tanya si pria dengan suara lantang.
"Noooo ... dingin!" jawab si wanita sambil memeluk selimut dan matanya masih menatap ke arah suara pria.
Jam dinding menunjukkan pukul 23.24.
Tak lama tubuh tegap dengan six pack yang sempurna keluar sambil tangannya menggosokkan handuk putih di rambutnya yang hitam legam sebatas telinga. Kemudian handuk tersebut meluncur ke badan putihnya yang basah oleh sisa air.
Tangannya yang kekar menyambar under wear hitam yang berserakkan di lantai, lalu celana hitam panjang besutan Armani membungkus kakinya yang jenjang. Tak lupa gesper bersimbol elang hitam telah terpasang.
Terakhir memungut kemeja lengan panjang biru dongker dengan merek yang sama tampak kusut di beberapa bagian, membungkus rapi tubuhnya yang sempurna tanpa cela. Tangan kanannya menyambar jam tangan Rolex Cosmoghrap Daytona Black Diamond for Men di atas meja rias berkaca tiga.
Sungguh, pemandangan yang sedap dipandang mata!
Melihat tubuh putih yang tinggi dan athletis berbalut setelan yang pas body menambah kharisma yang begitu kuat memikat dari si pria. Mata wanita itu menatapnya tanpa berkedip. Kemudian, tubuh wanita tanpa busana beringsut ke arah tubuh tegap tersebut dan mendekap erat tanpa bersuara seolah enggan melepas kepergiannya.
"Ya udah, aku pulang dulu, besok kita ketemuan!" pamit si pria sambil mengusap rambut belakang wanita.
Lantas sebagai salam perpisahan, kedua bibir saling memagut sekian menit. Tubuh wanita berjinjit dan bergelinjang. Tubuh tegap itu menghentikan pagutan dan keluar dari kamar berwall paper motif tanpa menoleh.
Ceklekkkk .... pintu ditutup dan tubuh tersebut menuju basement melalui lift menuju B3. Klekkkk .... trekkkk suara remote control membuka pintu Porche 911 Carrera Black limited edition yang terpakir rapi di samping lift. Terdengar mesin dinyalakan dan mobil sport melaju memecah keheningan malam ibu kota yang syahdu.
Di waktu yang bersamaan, di sebuah rumah sakit khusus jantung, terdengar suara sepatu high heels hitam tergopoh gopoh menelusuri tiap lantai koridor ke arah ruang ICU (Important Care Unit), lantas si empunya sepatu membuka sepatu sambil tetap berlari sehingga lepas lah kedua sepatu dan tangan mulus nya menjinjing sepatu kesayangannya, sekarang kaki jenjang itu leluasa berlari tanpa nenimbulkan suara gaduh dan kemungkinan terpeleset.
Dari kejauhan, tampak dua orang, wanita dan pria berdiri di depan kaca transparan depan ruangan ICU. Tampak jelas dan terang benderang, isi ruangan tersebut, pasien-pasien tertidur terpasang alat penopang hidup di kamar yang dingin, di sana sini dipenuhi mesin-mesin pemicu jantung dan alat-alat penopang kehidupan lainnya.
Tampak lengang dari pengunjung, hanya beberapa perawat yang berseliweran dalam ruangan. Seorang wanita, yang tadi berlari mendekati keduanya yang tetap berdiri di depan ruangan. Anggota keluarga dan pembesuk tidak diperbolehkan masuk karena memang bukan ruangan recovery.
Normalnya, setiap pengunjung yang memasuki ruangan tersebut harus memakai pakaian dan alas kaki steril yang disediakan pihak rumah sakit.
"Alexa .... akhirnya kamu datang juga! Tante pikir, pagi kamu akan datang," menyambut kedatangan wanita tersebut dengan mata berbinar.
Sambil mengatur nafasnya yang tersengal, Alexa memperlambat langkahnya dan berhenti di hadapan wanita yang dipanggil tante.
"Tante Vera ... Om Wisnu .... maaf.... Lexa kemalaman soalnya masih banyak urusan yang belum selesai di kantor, begitu beres langsung bergegas kemari!" Menyapa wanita muda yang bernama Alexa ke arah keduanya.
"Bagaimana kondisi papa dan apa kata dokter!?" runtutnya memborbardir dengan pertanyaan kepada adik kandung dan ipar papanya.
"Tenang sayang, semua sudah teratasi!" Dokter jantung yang menangani papa mu tadi bilang papa terkena jantung koroner dan harus dilakukan operasi by pass. Harus mengambil jalan darah dari kakinya karena banyak penyumbatan di pembuluh darah, hanya dari situ pembuluh yang masih lancar. Banyak penyumbatan berada di daerah yang rawan. Sulit dilakukan prosedur 'Ring' jadi harus dilakukan prosedur yang disebutkan barusan," sahut keduanya bergantian.
"Lantas, kenapa tidak segera
dilakukan operasi?" tuntutnya sambil memegangi kedua lengan Om Wisnu yang merupakan adik ipar papanya.
"Itu dia masalahnya, nak! Papa mu ada darah tinggi 230/120 sedangkan standar untuk seusianya harus 150/100 baru bisa dilaksanakan operasi. Ditambah, pengentalan darah yg diderita papa mu sejak lama memperbanyak sumbatan di aliran darah. Jadi, saat ini, dokter memfokuskan untuk menormalkan terlebih dahulu," tambah Om Wisnu.
"Jadi .... selama masih tinggi, belum bisa dilaksanakan operasi!?" sahut Alexa sambil tubuhnya yang lelah bersandar di tembok luar ruangan. Matanya menatap kosong ke arah taman di depannya dan kedua tangannya menangkup wajahnya yang telah basah dengan butiran air mata yang menyeruak lewat sudut bola matanya yang berwarna bright honey.
"Kasihan papa .... hik .... hik ....hik ....," terisak perlahan.
"Yah, sabar sayang, kita pasrahkan pada Yang Maha Kuasa minta yang terbaik, kita berdoa semoga segalanya lancar!" sahut tante Vera sambil merengkuh tubuh keponakan kandung nya sambil mengusap belakang rambutnya yang lebat dan lurus serta bewarna kecokelatan asli tanpa pewarna.
Terdengar isak tangis dari bibir wanita dalam pelukan tantenya dan air mata terus mengalir deras dari pipi putihnya. Jam di tangan menunjukkan pukul 01:23 WIB.
2. Perdebatan kecil di Tengah Malam.
Di kawasan elite, di timur ibu kota.
Porsche Hitam berhenti di depan rumah klasik mewah dengan cat didominasi putih dan hitam. Rumah tiga lantai yang berdiri kokoh dan menjulang hampir 12 meter di lahan seluas satu hektar menambah
kelamnya malam.
Pagar besi tempa setinggi 2 meter terbuka otomatis setelah pria tampan tersebut menekan tombol di sisi pagar. Krekkkkk .... pintu terbuka lebar dan mobil sport besutan 2017 awal, memasuki halaman yang luas menuju garasi. Mobil tersebut dibiarkan begitu saja di depannya. Dan tubuh tegap bak patung karya Michael Angelo membuka anak kunci pintu utama terbuat dari kayu kamper.
Ceklekkkk .... suara pintu terbuka dan tertutup. Kaki panjang terus melangkah memasuki ruang keluarga berlantai marmer impor yang luas serta gelap menuju tangga di depannya yang melingkar berhandel kayu kamper berukir.
Cahaya lampu luar menerobos di sela-sela jendela kayu setinggi 3 meter dari kanan kiri yang hanya ditutupi kain vitrase lembut. Saat kaki kanannya melangkah menaiki lantai marmer yang didominasi warna hitam berurat emas serta putih, tiba-tiba .... crassshhhh .... lampu menyala menerangi seluruh ruangan.
"Baru pulang jam segini, dari mana saja sejak jam dua tidak terlihat di kantor!?" sesosok pria cukup umur dengan kumis dan berewok tipis, berperawakan tinggi, menegur pria muda yang hendak menaiki tangga menuju kamar yang berada di lantai dua. Langkah pria tegap tersebut terhenti dan membalikkan badannya ke arah empu suara.
"Mm ... malam, ppih .... kok belum tidur?"
sapanya tergagap namun sopan pada sosok berkumis yang ternyata ayah kandungnya yang berdiri di dekat saklar lampu samping kamar tidur utama.
Pria berumur menjelang usia 55 tahun, rambut dan kumisnya sedikit memutih dengan tinggi hampir menyamai anak muda yang ditegurnya dengan setelan baju tidur warna karamel dan kaca mata bertengger di batang hidung yang mancung, tegak berdiri tak bergeming memandang pria muda yang masih mematung di anak tangga pertama.
"Kamu masih bersama perempuan j*l*ng itu?" tanyanya menghujam dada pria muda tersebut, kedua tangannya bersidekap di perutnya yang rata.
"Perempuan itu punya nama pih, Elena! Dan dia wanita baik-baik!" sahutnya dengan perasaan tidak suka saat pria berumur itu menghina wanita pujaannya.
"Ikut papi ke ruang kerja! Pria berumur itu memerintahkan anaknya dengan kepala dikedikkan ke arah ruang kerja yang terletak di seberang kamar utama.
"Apa sebaiknya dibicarakan di kantor saja, pih, ini udah larut, jam setengah dua, Jordy cape mana mesti baca makalah untuk rapat besok," tolaknya sambil melirik jam crono kulit bermerk dipergelangan kiri nya, tubuhnya masih terpaku di tangga dan menunggu persetujuan papinya.
"Ikut ke ruang kerja atau kamu gak usah kerja sama sekali, biar jadi gembel sekalian!" perintahnya dengan nada marah mendengar tolakan anak semata wayangnya sambil bergegas ke ruang yang dituju.
"Heuhhhhh ....," lenguhnya panjang.
Dengan gontai tubuhnya turun menapaki lantai marmer dan kakinya diseret mengikuti langkah papinya. Jas Hitam merk Armani serta dasi biru bergaris dengan merk yang sama keluaran teranyar disanggakan ke handel tangga kayu ubin pertama.
Sesampainya di dalam ruangan, menghadap meja kerja, sang papi menatap tajam ke arah putera semata wayangnya dengan tangan dikepal ke belakang. Sosok orang tua ini bernama Edward Alvero, seorang pebisnis handal dan tycon yang dimiliki negeri ini.
Di tangannya, ALVERO CORPORATION berkembang menjadi 'gurita' dengan merambah bisnis dari hulu hingga hilir. Mulai dari pertambangan, kimia, obat-obatan, makanan, minuman, otomotif hingga konstruksi.
Namun bidang konstruksi lah main core bisnis dari Alvero Corp. Saat ini, aset perusahaan telah mencapai 650 triliun. Perusahaan ini adalah perusahaan konsorsium dengan kepemilikan saham terbesar sekitar 70% dikuasai keluarga Alvero. Dan Edward sendiri menguasai 40% saham pribadi sisanya milik keluarga besar Alvero.
Alvero Corp dalam kiprahnya tidak saja menguasai pasar dalam negeri namun pasar luar negeri seperti kawasan Asia Tenggara, Asia Selatan, Asia Besar, Australia, Afrika dan Amerika Latin, sebagian Eropa. Dan Edward Alvero adalah anak pertama sekaligus kepala keluarga dari Dynasti Alvero.
"Kamu masih berhubungan dengan perempuan itu!? Sudah berapa kali papi meminta kamu mengakhiri hubungan kalian kalau kamu masih tetap ingin bekerja di Alvero!" hardik sang ayah dengan peringatan keras.
"Pih, aku mencintai Elena dan aku gak mau putus dengannya. Kami sudah bersama tiga tahun dan dia sangat setia pada ku!" bela Jordy sang anak.
"JORDAN ALVERO!!!"
Sang ayah menyebutkan nama lengkap dengan penuh penekanan, dia tahu kalau namanya sudah dipanggil lengkap artinya papi nya sangat marah sudah ke ubun-ubun! Biasanya ada konsekwensi yang harus ditanggungnya cepat atau lambat.
"Perempuan itu gak pantas masuk ke keluarga Alvero! Kamu sebagai anak tertua dari Kepala Keluarga Alvero juga pewaris satu-satu nya kami harus bersanding dengan wanita sederajat dengan reputasi baik!"
sahut sang papi geram.
"Pih, aku gak terima papi menjelekkan Elena! Dia gak ada kekurangan! Dia punya pekerjaan. Dia mandiri. Dan dia juga bukan wanita matre. Aku mencintainya jadi wajar kalau aku melimpahkan segala kemewahan dari hasil jerih payah yang sudah kudapat. Dia tidak pernah gonta ganti pasangan dan selama bertahun-tahun pasangannya hanya Jordy. Dan hanya Elena yang pantas jadi isteri ku! Siapa pun gak ada yang berhak memisahkan kami termasuk orang tua kandungku!" sahut Jordy berapi-api.
Plaakkkkkk ..... terdengar tamparan keras mendarat di pipi mulus Jordy. Pria muda ini terkesiap, tak menyangka akan mendapat serangan tiba-tiba. Saking kerasnya, tak terasa sudut bibirnya meneteskan darah dan gigi putihnya memerah oleh darah yang merembes dari gusi. Sambil meringis menutupi pipinya yang memerah. Matanya memicing ke arah papinya.
"Pihhhh ..... !" Terdengar teriakan wanita di ambang pintu ruang kerja. Dalam balutan daster cerah, wanita berusia 47 tahun dengan paras dan tubuh yang masih tetap terjaga menghambur ke arah dua pria kesayangannya. Rupanya dia mencari keberadaan suaminya di kamar tapi tidak didapati dan ketika mencari keluar mendengar suara gaduh dari ruang kerja.
"Apa-apaan sih kalian, ini sudah menjelang pagi, bukannya beristirahat malah masih bertikai. Kamu juga bocah nakal, kenapa masih berpakaian kerja lengkap selarut ini!? Dari mana saja kamu!?" Cerocosnya tak henti khas emak-emak sambil mengusap lengan putera semata wayangnya.
"Pih, kenapa kamu menampar anak kita!?" todongnya sambil meminta penjelasan yang hakiki dari sang suami. Laci meja dibuka dan brrraaaakkkk .... dari tangan Edward Alvero melayang tabloid cukup tebal dilemparkan ke arah muka putera semata wayangnya.
"Mami tanya aja sendiri sama anak sontoloyo ini!" Papi dah males dan cape menghadapinya!" bentaknya sambil tetap mematung dan berkacak pinggang.
Mata Nyonya Miranda Alvero mengikuti jatuh nya tabloid tersebut dan mengenal gambar yang terdapat di halaman depan dari tabloid gosip ternama di tanah air. Tangannya segera memungut tabloid berwarna di kaki puteranya dan membentangkan halaman pertama.
"Astaghfirullah, apa-apaan ini Jo!?" Pekiknya histeris saat mengenali foto anak kesayangannya terpampang di halaman depan.
"Kamu dan perempuan laknat itu jadi head line!!! Duhhh Gusti, mau ditaruh di manaaaa .... muka mami ini saat ada acara sosialita!? Mana tiga hari lagi ada peresmian yayasan untuk panti asuhan!" pekik histeris sang mami sambil melempar tabloid ke arah anaknya sambil menangis. Jordy memegang tabloid yang hampir jatuh ke lantai. Matanya menatap nanar sambil menelusuri foto dan tulisan yang terpampang di halaman pertama tabloid.
"Deuhhhh nih bocah gak ada habisnya yahhhh bikin malu, dasarrrrr bocah tengik sontoloyo!" bentak Nyonya Besar Alvero sambil menjewer kencang telinga anak tengik sontoloyonya hehe.
"Kenapa sihhhh selalu bikin maluuu ....!?" prakkk ... prakkkk ... prakkk sambil memukul kan tabloid tersebut ke kepala bocah tengik ini dengan gemas dan histeris.
"Aduhhh .... mihhh .... ampunnn .... sakittt," teriak sang anak mengaduh, ujung tabloid yang runcing berkali-kali menghantam muka dan kepalanya, sambil meringis lalu berusaha menghindar serangan mami tersayangnya itu yang semakin lama semakin mengganas.
"Udahhh mih, cukup sakit," ringisnya.
"Apaaa ... sakitttt!?" Ini sih gak seberapa dibandingkan sakitnya hati mami lihat kelakuan bejat mu yang gak berhenti berhentiiii .....!" teriak maminya nyaring di telinganya.
Jordy menghindarkan badannya dari amukan sang mami dan merampas tabloid dari tangannya dan membaca. Matanya terbelalak.
Di situ terpampang foto dirinya dan Elena sedang asyik masuk berciuman di pinggir kolam di negara Itali. Di pinggir kolam renang, Jordy memakai celana hitam selutut dan Elena memakai bikini super mini, sambil berdiri saling berpagutan mesra, hanya BH dan cawat nyaris bugil yang membikin biji mata mencolot keluar.
Author bertanya-tanya neh, apa
paparazinya niat banget nguntit serta
ngejepret keduanya baik di dalam maupun di luar negeri, tidak terangsang yah, pasti kan adegan seperti itu masih banyak di filenya hi hi.
Tentu saja mereka dikuntit karena Jordan dan Elena merupakan selebritis yang sedang viral dan nenjadi trending topik selama tiga tahun berturut-turut selama kebersamaan mereka baik di layar kaca, layar cetak maupun jagat maya!
Bagaimana tidak, Elena adalah model dan artis papan atas tanah air berusia 25 tahun yang sedang berada di puncak karier dengan penghasilan 2 miliar sebulan atau 24 milyar setahun sedangkan pria nya sebagai pasangan nya adalah putera mahkota dan pewaris tahta kerajaan bisnis ALVERO.
Yah mungkin untuk paparazi itu mah pemandangan biasa yang penting kocek tebal untuk dibawa pulang. Pemandangan gitu sih mungkin wajar kalau di luar negeri, ini di Indonesia, Man! Gak heran tuan dan nyonya besar Alvero sangat berang bahkan rela nunggu anak sebiji mata wayang nya pulang demi melampiaskan kekesalannya yang sudah ditahan sejak tadi siang.
"Sudah Mih, hentikan, kita kembali ke kamar!" Biar anak setan ini kembali ke kamarnya. Jordy, kamu kembali ke kamar. Kita ketemu di kantor, awas jangan sampai telat!" hardik tuan besar Alvero sambil menggandeng isterinya yang masih histeris dan menangis.
Tak lama setelah keduanya masuk kamar utama, Jordy melangkah lemas ke lantai atas. Ceklekkk .... kamar yang terkunci terbuka dan secara otomatis lampu kamar dan AC menyala.
Brukkk .... tubuh jangkungnya dihempas kan di atas king koil ukuran king size. Sambil terlentang, kedua tangannya membuka kemejanya dan mengganti dengan t-shirt tipis. Waktu sudah menunjukkan pukul 03:00 WIB tapi tuan muda Alvero tidak mampu memicingkan matanya, perih terasa di pipi dan kepala.
Dia bangkit dan meraih makalah di meja dan kembali berbaring. Matanya yang lelah menelusuri tiap baris kalimat dengan susah payah. Sebenarnya, kalau tidak ada kejadian ini mungkin dalam waktu satu jam sudah habis melahap isi makalah, tapi saat ini terasa berat.
Baru satu jam hanya mampu mencerna setengah makalah lalu tidur terlelap. Untung nya, alarm di Apple nya sudah terset daily pukul 05:00 WIB. Harus segera bangun nih dan ke kantor tepat waktu, batinnya, agar tidak menambah runyam hubungan ayah dan anak.
Sementara di kamar tidur utama, Nyonya Miranda Alvero masih sesegukan menangis dalam dekapan suaminya di atas king koil king size. Nyonya besar Alvero memaksa membeli dipan sebesar kapal pesiar kalau nanti punya cucu banyak semua muat, mereka bisa bermain dan bercanda ria di dipan tanpa takut terguling atau rubuh hi hi
"Kita harus gimana pih, hik ... hik ... hik, pokoknya mami gak mau punya mantu perempuan seperti itu. Gak ikhlas! Sampai mati pun mami gak rela .... hu ... hu ... hu ... hu," tangisnya semakin pecah dan dalam.
"Siapa juga sih mih, yang mau punya mantu seperti itu. Emang, tiga tahun ini gak kedengar skandal perempuan itu dengan lelaki lain tapi tahun-tahun ke belakang banyak gosip dan skandal dia dengan berbagai pria. Tapi bocah sontoloyo itu selalu membelanya. Kaya gak ada perempuan lagi apa!" rutuk tuan besar dengan nafas yang mendengus dan tangan terlipat di perut.
"Tapi papih mesti bagaimana!?" sahut tuan Edward pasrah.
Keduanya terdiam cukup lama dan tangisan Nyonya Besar Alvero pun berhenti.
"Aiyaaaa .... !" tiba-tiba teriakannya mengagetkan tuan besar Alvero yang masih termenung di sisinya. Keduanya bersandar di dipan.
"Ya amplop mih ngagetin papih aja," sahut nya beneran kaget.
"Pih, gimana kalo kita jodohin anak kita yang gwanteng dan soleh itu dengan salah satu puteri relasi bisnis kita!?" idenya dengan senyum sumringah.
"Emang, ada yang mau sama anak kita yang udah second, rongsokan pula," tanya tuan besar.
"Ihhhh papih, emang anak kita barang apa," timpalnya sambil cemberut. Biar aja second, yah kali aja banyak yang mau lagian yang second banyak diburu coba aja lihat di lapak jualan online," bela Nyonya Miranda pada anak sontoloyonya.
"Deuhhh tadi bilangnya anak sontoloyo sekarang aja bilang ganteng dan soleh, mami gak konsisten," protes tuan Edward.
"Pih, mami takut kwalat, ntar tragedi malin kundang terjadi di dunia nyata kalo mami nyumpahin anak satu-satu nya. Kalo aja kandungan mami kuat koleksi anak kita banyak, kalo satu berulah dan gak mau nurut nah tinggal dieliminasi aja, baru tau rasa, lah anak kita cuma satu, dah second, rongsokan trus terkutuk pula, ihhh amit amit jabang bayi," jawab nya sekenanya sambil bergidik.
"Mami nih ada-ada aja," sambil geleng kepala mendengar kepolosan isterinya. "Susah emang, punya isteri gaul**," batinnya melenguh.
"Ehhh mih lagi pula tuh anak dah banyak skandal tiga taun ke belakang ini. Mana ada sih orang tua yang pengen nyerahin anak gadisnya sama si Jordy yang beritanya udah ngalahin selebriti asli, trending pula! Mending berita bagus ini kan berita buruk semua! Belum berita baru hari ini! Pasti di kantor pada heboh! Papi sengaja matiin HP!" sahutnya sambil bersungut.
"Makanya itu pih, kita nikahin dia! Masa sih, dari 270 juta rakyat Indonesia tercinta ini cuman perempuan uler itu yang mau sama anak kita!? Mami jadi inget temen mami Erlina yang suami nya pengusaha tanker. Dia juga punya anak yang kasusnya hampir sama dengan si Jordy, yah gak parah banget kaya anak kita pokoke persis deh," sahut Nyonya Miranda sambil menghadapkan tubuhnya pada tuan Edward.
"Terus!?" tagih tuan Edward dengan antusias.
"Nah, Erlina dan suaminya ngejodohin dengan anak sahabatnya. Awalnya anaknya nolak tapi akhirnya jadi bucin punya anak tiga malah! Dan pernikahan anak dan mantu nya udah berjalan lima tahun tanpa skandal," tambah Nyonya Miranda semangat sambil mengepalkan tangan.
"B U C I N? Apaan tuh mih!?" tanya tuan Edward heran.
"Deuhhh papih, gak gaul ihhh. Bucin itu Budak Cinta, kalo gak salah Alvian nama anak Erlina. Dia sekarang cinta mati ama isterinya trus ceweknya yang pertama dah ke laut aja tuh," jawab isterinya dengan santai.
"Ya udah, pih, kita lanjutin besok yah, mami ngantuk." CUP .... isterinya mengecup pipi suami nya dengan mesra.
Sementara itu, tuan Edward yang masih bersandar di dipan merenungi ide isterinya.
"Hemmm .... cemerlang juga nih ide, tumben isteri ku ngedadak jenius," bergumam perlahan sambil tersenyum sumringah sambil memandang isterinya yang sudah terlelap.
Akhirnya, dia pun ikut terlelap dan mematikan lampu dengan menekan tombol nakas di samping dipan. Dan di saat semua terlelap karena perdebatan kecil di tengah malam, tak terasa pagi pun menghampiri disertai bunyi alarm yang bergema.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
ukhty fulanah
Paparazzi ya bu bkn paparazi
2021-03-22
0
ARSY ALFAZZA
jejak dukungan 😇 salam persahabatan
2021-03-10
0
Ismi Kawai
hai aku mampir bawa rate sama like buat kamuuu
2021-02-18
0