NovelToon NovelToon

FAITH

1. Keheningan Malam Nan Syahdu

Hujan deras di langit malam ibu kota Jakarta membasahi aspal hitam yang sejak sejak siang begitu kering kerontang. Setiap aspal dan beton seakan merindukan kesejukkan, air meresap menghujam ke dalam bumi, pepohonan dan rerumputan sepanjang jalan seakan bersorak menyambut datang nya musim penghujan. Hujan di langit awal Maret 2018, membawa suasana yang sejuk, sejak sore hujan mengguyur hingga malam pukul 08:15 WIB.

Lelehan air merayap perlahan di kaca transparan Apartemen Mewah yang terletak di pusat bisnis ibu kota. Tampak kehidupan masih berdenyut di bawah sana.

Di dalam ruangan seluas 5x5 meter, terdengar suara dua orang yang menderu syahdu memadu kasih. Lampu menyala benderang dari crystal yg berada di tengah plafond sehingga setiap sudut ruangan tampak jelas.

"Ahhhhh .... ppe ... lan sedikit sayang ..... ," terdengar rintihan wanita di bawah dekapan seorang pria tinggi besar yang terus menggerakan badan dengan kekuatan penuh mendesak ke tengah matras tanpa mengindahkan permintaannya yang menghiba.

"Tahan .... bentar lagi," pinta si pria.

Keduanya saling berangkulan tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh keduanya, bergumul dan berguling ke setiap penjuru dipan berukuran king size, cukup menampung empat-lima orang dengan ukuran tubuh sedang. Baju pria dan wanita beserakan tak karuan di bawah dipan yang didominasi warna biru muda dan abu-abu soft. Pergumulan itu berlangsung cukup lama dan lama. Teriakan kecil dari si wanita membahana di ruangan.

"Kita keluar bersama yah?" bisik si pria perlahan di telinga wanita yang sudah memerah semakin memerah. Peluh bercucuran membasahi keduanya walau di ruangan AC menunjukkan angka 18.

"Ahhhh .... ahhhh.....ahhhh," suara mendesah keluar bersamaan dari keduanya. Pagutan demi pagutan begitu intens di bibir

keduanya. Tampak si pria mendominasi setiap aksi.

"Euhhhhhh .....euhhhhhh ......," terdengar lenguhan begitu panjang seakan tanda pergulatan telah berakhir. Si pria lantas bergulung ke sisi kanan dengan nafas yang masih tersengal. Keduanya terlentang memandang langit kamar sambil mengatur nafas yang menderu. Si pria menopang kepala wanita, tangan si wanita menarik bed cover tipis di ujung kaki.

"Tumben .... permainannya begitu sangar!" bertanya si wanita sambil terus menyisipkan mukanya ke dada bidang si pria.

"Tapi puas kan!?" sahut si pria sambil cengengesan dan mengulum lembut bibir ranum sang pujaan hati.

"Hmmmm .... iya sih," jawab si wanita malu-malu, wajahnya ditenggelamkan di dada si pria.

"Kontrasepsi masih ada!?" tanya si pria sambil mengusap lembut rambut wanita.

"Masih ada, aku baru beli kemarin," jawab si wanita yang masih dalam selimut.

"Bagus!" jawab si pria sambil beringsut perlahan dari dipan menuju toilet di pojok kamar.

"Gak nginep?" tanya si wanita sambil memandang tubuh tegap yang menjulang tinggi sedang membuka pintu toilet.

"Besok ada rapat di kantor jam 10:00 pagi, aku belum membaca makalahnya," jawabnya sambil terus memasuki lantai toilet tanpa menutup pintu. Terdengar suara shower meluncur di lantai.

"Gak mau ikut ke dalam?" tanya si pria dengan suara lantang.

"Noooo ... dingin!" jawab si wanita sambil memeluk selimut dan matanya masih menatap ke arah suara pria.

Jam dinding menunjukkan pukul 23.24.

Tak lama tubuh tegap dengan six pack yang sempurna keluar sambil tangannya menggosokkan handuk putih di rambutnya yang hitam legam sebatas telinga. Kemudian handuk tersebut meluncur ke badan putihnya yang basah oleh sisa air.

Tangannya yang kekar menyambar under wear hitam yang berserakkan di lantai, lalu celana hitam panjang besutan Armani membungkus kakinya yang jenjang. Tak lupa gesper bersimbol elang hitam telah terpasang.

Terakhir memungut kemeja lengan panjang biru dongker dengan merek yang sama tampak kusut di beberapa bagian, membungkus rapi tubuhnya yang sempurna tanpa cela. Tangan kanannya menyambar jam tangan Rolex Cosmoghrap Daytona Black Diamond for Men di atas meja rias berkaca tiga.

Sungguh, pemandangan yang sedap dipandang mata!

Melihat tubuh putih yang tinggi dan athletis berbalut setelan yang pas body menambah kharisma yang begitu kuat memikat dari si pria. Mata wanita itu menatapnya tanpa berkedip. Kemudian, tubuh wanita tanpa busana beringsut ke arah tubuh tegap tersebut dan mendekap erat tanpa bersuara seolah enggan melepas kepergiannya.

"Ya udah, aku pulang dulu, besok kita ketemuan!" pamit si pria sambil mengusap rambut belakang wanita.

Lantas sebagai salam perpisahan, kedua bibir saling memagut sekian menit. Tubuh wanita berjinjit dan bergelinjang. Tubuh tegap itu menghentikan pagutan dan keluar dari kamar berwall paper motif tanpa menoleh.

Ceklekkkk .... pintu ditutup dan tubuh tersebut menuju basement melalui lift menuju B3. Klekkkk .... trekkkk suara remote control membuka pintu Porche 911 Carrera Black limited edition yang terpakir rapi di samping lift. Terdengar mesin dinyalakan dan mobil sport melaju memecah keheningan malam ibu kota yang syahdu.

Di waktu yang bersamaan, di sebuah rumah sakit khusus jantung, terdengar suara sepatu high heels hitam tergopoh gopoh menelusuri tiap lantai koridor ke arah ruang ICU (Important Care Unit), lantas si empunya sepatu membuka sepatu sambil tetap berlari sehingga lepas lah kedua sepatu dan tangan mulus nya menjinjing sepatu kesayangannya, sekarang kaki jenjang itu leluasa berlari tanpa nenimbulkan suara gaduh dan kemungkinan terpeleset.

Dari kejauhan, tampak dua orang, wanita dan pria berdiri di depan kaca transparan depan ruangan ICU. Tampak jelas dan terang benderang, isi ruangan tersebut, pasien-pasien tertidur terpasang alat penopang hidup di kamar yang dingin, di sana sini dipenuhi mesin-mesin pemicu jantung dan alat-alat penopang kehidupan lainnya.

Tampak lengang dari pengunjung, hanya beberapa perawat yang berseliweran dalam ruangan. Seorang wanita, yang tadi berlari mendekati keduanya yang tetap berdiri di depan ruangan. Anggota keluarga dan pembesuk tidak diperbolehkan masuk karena memang bukan ruangan recovery.

Normalnya, setiap pengunjung yang memasuki ruangan tersebut harus memakai pakaian dan alas kaki steril yang disediakan pihak rumah sakit.

"Alexa .... akhirnya kamu datang juga! Tante pikir, pagi kamu akan datang," menyambut kedatangan wanita tersebut dengan mata berbinar.

Sambil mengatur nafasnya yang tersengal, Alexa memperlambat langkahnya dan berhenti di hadapan wanita yang dipanggil tante.

"Tante Vera ... Om Wisnu .... maaf.... Lexa kemalaman soalnya masih banyak urusan yang belum selesai di kantor, begitu beres langsung bergegas kemari!" Menyapa wanita muda yang bernama Alexa ke arah keduanya.

"Bagaimana kondisi papa dan apa kata dokter!?" runtutnya memborbardir dengan pertanyaan kepada adik kandung dan ipar papanya.

"Tenang sayang, semua sudah teratasi!" Dokter jantung yang menangani papa mu tadi bilang papa terkena jantung koroner dan harus dilakukan operasi by pass. Harus mengambil jalan darah dari kakinya karena banyak penyumbatan di pembuluh darah, hanya dari situ pembuluh yang masih lancar. Banyak penyumbatan berada di daerah yang rawan. Sulit dilakukan prosedur 'Ring' jadi harus dilakukan prosedur yang disebutkan barusan," sahut keduanya bergantian.

"Lantas, kenapa tidak segera

dilakukan operasi?" tuntutnya sambil memegangi kedua lengan Om Wisnu yang merupakan adik ipar papanya.

"Itu dia masalahnya, nak! Papa mu ada darah tinggi 230/120 sedangkan standar untuk seusianya harus 150/100 baru bisa dilaksanakan operasi. Ditambah, pengentalan darah yg diderita papa mu sejak lama memperbanyak sumbatan di aliran darah. Jadi, saat ini, dokter memfokuskan untuk menormalkan terlebih dahulu," tambah Om Wisnu.

"Jadi .... selama masih tinggi, belum bisa dilaksanakan operasi!?" sahut Alexa sambil tubuhnya yang lelah bersandar di tembok luar ruangan. Matanya menatap kosong ke arah taman di depannya dan kedua tangannya menangkup wajahnya yang telah basah dengan butiran air mata yang menyeruak lewat sudut bola matanya yang berwarna bright honey.

"Kasihan papa .... hik .... hik ....hik ....," terisak perlahan.

"Yah, sabar sayang, kita pasrahkan pada Yang Maha Kuasa minta yang terbaik, kita berdoa semoga segalanya lancar!" sahut tante Vera sambil merengkuh tubuh keponakan kandung nya sambil mengusap belakang rambutnya yang lebat dan lurus serta bewarna kecokelatan asli tanpa pewarna.

Terdengar isak tangis dari bibir wanita dalam pelukan tantenya dan air mata terus mengalir deras dari pipi putihnya. Jam di tangan menunjukkan pukul 01:23 WIB.

2. Perdebatan kecil di Tengah Malam.

Di kawasan elite, di timur ibu kota.

Porsche Hitam berhenti di depan rumah klasik mewah dengan cat didominasi putih dan hitam. Rumah tiga lantai yang berdiri kokoh dan menjulang hampir 12 meter di lahan seluas satu hektar menambah

kelamnya malam.

Pagar besi tempa setinggi 2 meter terbuka otomatis setelah pria tampan tersebut menekan tombol di sisi pagar. Krekkkkk .... pintu terbuka lebar dan mobil sport besutan 2017 awal, memasuki halaman yang luas menuju garasi. Mobil tersebut dibiarkan begitu saja di depannya. Dan tubuh tegap bak patung karya Michael Angelo membuka anak kunci pintu utama terbuat dari kayu kamper.

Ceklekkkk .... suara pintu terbuka dan tertutup. Kaki panjang terus melangkah memasuki ruang keluarga berlantai marmer impor yang luas serta gelap menuju tangga di depannya yang melingkar berhandel kayu kamper berukir.

Cahaya lampu luar menerobos di sela-sela jendela kayu setinggi 3 meter dari kanan kiri yang hanya ditutupi kain vitrase lembut. Saat kaki kanannya melangkah menaiki lantai marmer yang didominasi warna hitam berurat emas serta putih, tiba-tiba .... crassshhhh .... lampu menyala menerangi seluruh ruangan.

"Baru pulang jam segini, dari mana saja sejak jam dua tidak terlihat di kantor!?" sesosok pria cukup umur dengan kumis dan berewok tipis, berperawakan tinggi, menegur pria muda yang hendak menaiki tangga menuju kamar yang berada di lantai dua. Langkah pria tegap tersebut terhenti dan membalikkan badannya ke arah empu suara.

"Mm ... malam, ppih .... kok belum tidur?"

sapanya tergagap namun sopan pada sosok berkumis yang ternyata ayah kandungnya yang berdiri di dekat saklar lampu samping kamar tidur utama.

Pria berumur menjelang usia 55 tahun, rambut dan kumisnya sedikit memutih dengan tinggi hampir menyamai anak muda yang ditegurnya dengan setelan baju tidur warna karamel dan kaca mata bertengger di batang hidung yang mancung, tegak berdiri tak bergeming memandang pria muda yang masih mematung di anak tangga pertama.

"Kamu masih bersama perempuan j*l*ng itu?" tanyanya menghujam dada pria muda tersebut, kedua tangannya bersidekap di perutnya yang rata.

"Perempuan itu punya nama pih, Elena! Dan dia wanita baik-baik!" sahutnya dengan perasaan tidak suka saat pria berumur itu menghina wanita pujaannya.

"Ikut papi ke ruang kerja! Pria berumur itu memerintahkan anaknya dengan kepala dikedikkan ke arah ruang kerja yang terletak di seberang kamar utama.

"Apa sebaiknya dibicarakan di kantor saja, pih, ini udah larut, jam setengah dua, Jordy cape mana mesti baca makalah untuk rapat besok," tolaknya sambil melirik jam crono kulit bermerk dipergelangan kiri nya, tubuhnya masih terpaku di tangga dan menunggu persetujuan papinya.

"Ikut ke ruang kerja atau kamu gak usah kerja sama sekali, biar jadi gembel sekalian!" perintahnya dengan nada marah mendengar tolakan anak semata wayangnya sambil bergegas ke ruang yang dituju.

"Heuhhhhh ....," lenguhnya panjang.

Dengan gontai tubuhnya turun menapaki lantai marmer dan kakinya diseret mengikuti langkah papinya. Jas Hitam merk Armani serta dasi biru bergaris dengan merk yang sama keluaran teranyar disanggakan ke handel tangga kayu ubin pertama.

Sesampainya di dalam ruangan, menghadap meja kerja, sang papi menatap tajam ke arah putera semata wayangnya dengan tangan dikepal ke belakang. Sosok orang tua ini bernama Edward Alvero, seorang pebisnis handal dan tycon yang dimiliki negeri ini.

Di tangannya, ALVERO CORPORATION berkembang menjadi 'gurita' dengan merambah bisnis dari hulu hingga hilir. Mulai dari pertambangan, kimia, obat-obatan, makanan, minuman, otomotif hingga konstruksi.

Namun bidang konstruksi lah main core bisnis dari Alvero Corp. Saat ini, aset perusahaan telah mencapai 650 triliun. Perusahaan ini adalah perusahaan konsorsium dengan kepemilikan saham terbesar sekitar 70% dikuasai keluarga Alvero. Dan Edward sendiri menguasai 40% saham pribadi sisanya milik keluarga besar Alvero.

Alvero Corp dalam kiprahnya tidak saja menguasai pasar dalam negeri namun pasar luar negeri seperti kawasan Asia Tenggara, Asia Selatan, Asia Besar, Australia, Afrika dan Amerika Latin, sebagian Eropa. Dan Edward Alvero adalah anak pertama sekaligus kepala keluarga dari Dynasti Alvero.

"Kamu masih berhubungan dengan perempuan itu!? Sudah berapa kali papi meminta kamu mengakhiri hubungan kalian kalau kamu masih tetap ingin bekerja di Alvero!" hardik sang ayah dengan peringatan keras.

"Pih, aku mencintai Elena dan aku gak mau putus dengannya. Kami sudah bersama tiga tahun dan dia sangat setia pada ku!" bela Jordy sang anak.

"JORDAN ALVERO!!!"

Sang ayah menyebutkan nama lengkap dengan penuh penekanan, dia tahu kalau namanya sudah dipanggil lengkap artinya papi nya sangat marah sudah ke ubun-ubun! Biasanya ada konsekwensi yang harus ditanggungnya cepat atau lambat.

"Perempuan itu gak pantas masuk ke keluarga Alvero! Kamu sebagai anak tertua dari Kepala Keluarga Alvero juga pewaris satu-satu nya kami harus bersanding dengan wanita sederajat dengan reputasi baik!"

sahut sang papi geram.

"Pih, aku gak terima papi menjelekkan Elena! Dia gak ada kekurangan! Dia punya pekerjaan. Dia mandiri. Dan dia juga bukan wanita matre. Aku mencintainya jadi wajar kalau aku melimpahkan segala kemewahan dari hasil jerih payah yang sudah kudapat. Dia tidak pernah gonta ganti pasangan dan selama bertahun-tahun pasangannya hanya Jordy. Dan hanya Elena yang pantas jadi isteri ku! Siapa pun gak ada yang berhak memisahkan kami termasuk orang tua kandungku!" sahut Jordy berapi-api.

Plaakkkkkk ..... terdengar tamparan keras mendarat di pipi mulus Jordy. Pria muda ini terkesiap, tak menyangka akan mendapat serangan tiba-tiba. Saking kerasnya, tak terasa sudut bibirnya meneteskan darah dan gigi putihnya memerah oleh darah yang merembes dari gusi. Sambil meringis menutupi pipinya yang memerah. Matanya memicing ke arah papinya.

"Pihhhh ..... !" Terdengar teriakan wanita di ambang pintu ruang kerja. Dalam balutan daster cerah, wanita berusia 47 tahun dengan paras dan tubuh yang masih tetap terjaga menghambur ke arah dua pria kesayangannya. Rupanya dia mencari keberadaan suaminya di kamar tapi tidak didapati dan ketika mencari keluar mendengar suara gaduh dari ruang kerja.

"Apa-apaan sih kalian, ini sudah menjelang pagi, bukannya beristirahat malah masih bertikai. Kamu juga bocah nakal, kenapa masih berpakaian kerja lengkap selarut ini!? Dari mana saja kamu!?" Cerocosnya tak henti khas emak-emak sambil mengusap lengan putera semata wayangnya.

"Pih, kenapa kamu menampar anak kita!?" todongnya sambil meminta penjelasan yang hakiki dari sang suami. Laci meja dibuka dan brrraaaakkkk .... dari tangan Edward Alvero melayang tabloid cukup tebal dilemparkan ke arah muka putera semata wayangnya.

"Mami tanya aja sendiri sama anak sontoloyo ini!" Papi dah males dan cape menghadapinya!" bentaknya sambil tetap mematung dan berkacak pinggang.

Mata Nyonya Miranda Alvero mengikuti jatuh nya tabloid tersebut dan mengenal gambar yang terdapat di halaman depan dari tabloid gosip ternama di tanah air. Tangannya segera memungut tabloid berwarna di kaki puteranya dan membentangkan halaman pertama.

"Astaghfirullah, apa-apaan ini Jo!?" Pekiknya histeris saat mengenali foto anak kesayangannya terpampang di halaman depan.

"Kamu dan perempuan laknat itu jadi head line!!! Duhhh Gusti, mau ditaruh di manaaaa .... muka mami ini saat ada acara sosialita!? Mana tiga hari lagi ada peresmian yayasan untuk panti asuhan!" pekik histeris sang mami sambil melempar tabloid ke arah anaknya sambil menangis. Jordy memegang tabloid yang hampir jatuh ke lantai. Matanya menatap nanar sambil menelusuri foto dan tulisan yang terpampang di halaman pertama tabloid.

"Deuhhhh nih bocah gak ada habisnya yahhhh bikin malu, dasarrrrr bocah tengik sontoloyo!" bentak Nyonya Besar Alvero sambil menjewer kencang telinga anak tengik sontoloyonya hehe.

"Kenapa sihhhh selalu bikin maluuu ....!?" prakkk ... prakkkk ... prakkk sambil memukul kan tabloid tersebut ke kepala bocah tengik ini dengan gemas dan histeris.

"Aduhhh .... mihhh .... ampunnn .... sakittt," teriak sang anak mengaduh, ujung tabloid yang runcing berkali-kali menghantam muka dan kepalanya, sambil meringis lalu berusaha menghindar serangan mami tersayangnya itu yang semakin lama semakin mengganas.

"Udahhh mih, cukup sakit," ringisnya.

"Apaaa ... sakitttt!?" Ini sih gak seberapa dibandingkan sakitnya hati mami lihat kelakuan bejat mu yang gak berhenti berhentiiii .....!" teriak maminya nyaring di telinganya.

Jordy menghindarkan badannya dari amukan sang mami dan merampas tabloid dari tangannya dan membaca. Matanya terbelalak.

Di situ terpampang foto dirinya dan Elena sedang asyik masuk berciuman di pinggir kolam di negara Itali. Di pinggir kolam renang, Jordy memakai celana hitam selutut dan Elena memakai bikini super mini, sambil berdiri saling berpagutan mesra, hanya BH dan cawat nyaris bugil yang membikin biji mata mencolot keluar.

Author bertanya-tanya neh, apa

paparazinya niat banget nguntit serta

ngejepret keduanya baik di dalam maupun di luar negeri, tidak terangsang yah, pasti kan adegan seperti itu masih banyak di filenya hi hi.

Tentu saja mereka dikuntit karena Jordan dan Elena merupakan selebritis yang sedang viral dan nenjadi trending topik selama tiga tahun berturut-turut selama kebersamaan mereka baik di layar kaca, layar cetak maupun jagat maya!

Bagaimana tidak, Elena adalah model dan artis papan atas tanah air berusia 25 tahun yang sedang berada di puncak karier dengan penghasilan 2 miliar sebulan atau 24 milyar setahun sedangkan pria nya sebagai pasangan nya adalah putera mahkota dan pewaris tahta kerajaan bisnis ALVERO.

Yah mungkin untuk paparazi itu mah pemandangan biasa yang penting kocek tebal untuk dibawa pulang. Pemandangan gitu sih mungkin wajar kalau di luar negeri, ini di Indonesia, Man! Gak heran tuan dan nyonya besar Alvero sangat berang bahkan rela nunggu anak sebiji mata wayang nya pulang demi melampiaskan kekesalannya yang sudah ditahan sejak tadi siang.

"Sudah Mih, hentikan, kita kembali ke kamar!" Biar anak setan ini kembali ke kamarnya. Jordy, kamu kembali ke kamar. Kita ketemu di kantor, awas jangan sampai telat!" hardik tuan besar Alvero sambil menggandeng isterinya yang masih histeris dan menangis.

Tak lama setelah keduanya masuk kamar utama, Jordy melangkah lemas ke lantai atas. Ceklekkk .... kamar yang terkunci terbuka dan secara otomatis lampu kamar dan AC menyala.

Brukkk .... tubuh jangkungnya dihempas kan di atas king koil ukuran king size. Sambil terlentang, kedua tangannya membuka kemejanya dan mengganti dengan t-shirt tipis. Waktu sudah menunjukkan pukul 03:00 WIB tapi tuan muda Alvero tidak mampu memicingkan matanya, perih terasa di pipi dan kepala.

Dia bangkit dan meraih makalah di meja dan kembali berbaring. Matanya yang lelah menelusuri tiap baris kalimat dengan susah payah. Sebenarnya, kalau tidak ada kejadian ini mungkin dalam waktu satu jam sudah habis melahap isi makalah, tapi saat ini terasa berat.

Baru satu jam hanya mampu mencerna setengah makalah lalu tidur terlelap. Untung nya, alarm di Apple nya sudah terset daily pukul 05:00 WIB. Harus segera bangun nih dan ke kantor tepat waktu, batinnya, agar tidak menambah runyam hubungan ayah dan anak.

Sementara di kamar tidur utama, Nyonya Miranda Alvero masih sesegukan menangis dalam dekapan suaminya di atas king koil king size. Nyonya besar Alvero memaksa membeli dipan sebesar kapal pesiar kalau nanti punya cucu banyak semua muat, mereka bisa bermain dan bercanda ria di dipan tanpa takut terguling atau rubuh hi hi

"Kita harus gimana pih, hik ... hik ... hik, pokoknya mami gak mau punya mantu perempuan seperti itu. Gak ikhlas! Sampai mati pun mami gak rela .... hu ... hu ... hu ... hu," tangisnya semakin pecah dan dalam.

"Siapa juga sih mih, yang mau punya mantu seperti itu. Emang, tiga tahun ini gak kedengar skandal perempuan itu dengan lelaki lain tapi tahun-tahun ke belakang banyak gosip dan skandal dia dengan berbagai pria. Tapi bocah sontoloyo itu selalu membelanya. Kaya gak ada perempuan lagi apa!" rutuk tuan besar dengan nafas yang mendengus dan tangan terlipat di perut.

"Tapi papih mesti bagaimana!?" sahut tuan Edward pasrah.

Keduanya terdiam cukup lama dan tangisan Nyonya Besar Alvero pun berhenti.

"Aiyaaaa .... !" tiba-tiba teriakannya mengagetkan tuan besar Alvero yang masih termenung di sisinya. Keduanya bersandar di dipan.

"Ya amplop mih ngagetin papih aja," sahut nya beneran kaget.

"Pih, gimana kalo kita jodohin anak kita yang gwanteng dan soleh itu dengan salah satu puteri relasi bisnis kita!?" idenya dengan senyum sumringah.

"Emang, ada yang mau sama anak kita yang udah second, rongsokan pula," tanya tuan besar.

"Ihhhh papih, emang anak kita barang apa," timpalnya sambil cemberut. Biar aja second, yah kali aja banyak yang mau lagian yang second banyak diburu coba aja lihat di lapak jualan online," bela Nyonya Miranda pada anak sontoloyonya.

"Deuhhh tadi bilangnya anak sontoloyo sekarang aja bilang ganteng dan soleh, mami gak konsisten," protes tuan Edward.

"Pih, mami takut kwalat, ntar tragedi malin kundang terjadi di dunia nyata kalo mami nyumpahin anak satu-satu nya. Kalo aja kandungan mami kuat koleksi anak kita banyak, kalo satu berulah dan gak mau nurut nah tinggal dieliminasi aja, baru tau rasa, lah anak kita cuma satu, dah second, rongsokan trus terkutuk pula, ihhh amit amit jabang bayi," jawab nya sekenanya sambil bergidik.

"Mami nih ada-ada aja," sambil geleng kepala mendengar kepolosan isterinya. "Susah emang, punya isteri gaul**," batinnya melenguh.

"Ehhh mih lagi pula tuh anak dah banyak skandal tiga taun ke belakang ini. Mana ada sih orang tua yang pengen nyerahin anak gadisnya sama si Jordy yang beritanya udah ngalahin selebriti asli, trending pula! Mending berita bagus ini kan berita buruk semua! Belum berita baru hari ini! Pasti di kantor pada heboh! Papi sengaja matiin HP!" sahutnya sambil bersungut.

"Makanya itu pih, kita nikahin dia! Masa sih, dari 270 juta rakyat Indonesia tercinta ini cuman perempuan uler itu yang mau sama anak kita!? Mami jadi inget temen mami Erlina yang suami nya pengusaha tanker. Dia juga punya anak yang kasusnya hampir sama dengan si Jordy, yah gak parah banget kaya anak kita pokoke persis deh," sahut Nyonya Miranda sambil menghadapkan tubuhnya pada tuan Edward.

"Terus!?" tagih tuan Edward dengan antusias.

"Nah, Erlina dan suaminya ngejodohin dengan anak sahabatnya. Awalnya anaknya nolak tapi akhirnya jadi bucin punya anak tiga malah! Dan pernikahan anak dan mantu nya udah berjalan lima tahun tanpa skandal," tambah Nyonya Miranda semangat sambil mengepalkan tangan.

"B U C I N? Apaan tuh mih!?" tanya tuan Edward heran.

"Deuhhh papih, gak gaul ihhh. Bucin itu Budak Cinta, kalo gak salah Alvian nama anak Erlina. Dia sekarang cinta mati ama isterinya trus ceweknya yang pertama dah ke laut aja tuh," jawab isterinya dengan santai.

"Ya udah, pih, kita lanjutin besok yah, mami ngantuk." CUP .... isterinya mengecup pipi suami nya dengan mesra.

Sementara itu, tuan Edward yang masih bersandar di dipan merenungi ide isterinya.

"Hemmm .... cemerlang juga nih ide, tumben isteri ku ngedadak jenius," bergumam perlahan sambil tersenyum sumringah sambil memandang isterinya yang sudah terlelap.

Akhirnya, dia pun ikut terlelap dan mematikan lampu dengan menekan tombol nakas di samping dipan. Dan di saat semua terlelap karena perdebatan kecil di tengah malam, tak terasa pagi pun menghampiri disertai bunyi alarm yang bergema.

3. Morning Glory

Pagi itu, pukul 04:30 WIB, alarm menyalak memekakkan telinga dari hape membangunkan tuan muda yang tergolek tak karuan di atas dipannya yang empuk, seempuk marshmellow. Setelah men-dismiss kan hapenya yang nyaring bunyinya, tubuh nya yang dirasa kurang nyenyak tidur bangun dan matanya dikucek perlahan.

Mengenakan kaos putih lengan pendek dan celana kerja hitam yang belum sempat diganti sejenak kemarin, duduk di tepi kasur, sepertinya sedang mengumpulkan delapan nyawanya yang masih melanglang buana entah berantah. Tangannya mengambil gelas tinggi berisi air mineral di samping nakas, gleekk ... glekkk ... glekkk ... satu gelas penuh telah tandas pindah ke perutnya yang berotot.

Tuan muda ini penggila kesehatan dan kebersihan. Dia sangat memperhatikan kebugaran sehingga setiap nutrisi yang akan masuk ke dalam tubuhnya sangat diperhitungkan, saking freeknya, dia sampai merekrut ahli nutrisi dan personal trainer untuk memantau kesehatannya. Salah satu nya adalah rutin mengkonsumsi air bening minimal 8 gelas sehari. Makan di pinggir jalan, oho no way, gak ada dalam kamusnya tuh.

Jordan Alvero, putera mahkota kerajaan bisnis ALVERO atau yang biasa disapa Jordy, di usia nya yang menginjak 26 tahun, telah memiliki segalanya. Orang tua bilioner, karir yang prestisius sebagai Manager Perencanaan, saldo tabungan yang tidak habis tujuh turunan, pewaris bisnis, tampang rupawan dengan tinggi 185 cm berat 75 kg dan lain sebagainya merupakan impian para pemuda seusianya dan digilai oleh jutaan kaum hawa.

Lima belas menit kemudian tubuhnya berdiri beringsut ke toilet untuk mandi pagi. Setelah ritual mandi pagi beres, berpakaian necis keluaran label LV sambil mematung di depan cermin di ruangan walking closet sebelah kamar. Lengkap dengan dasi warna karamel, setelan jas lengkap dengan warna senada, ikat pinggang cokelat, sepatu dan kaus kaki warna moka semua dengan merek yang sama, tidak lupa menyemprotkan Tom Ford seri tobaco oud au de parfume dari sekian koleksi parfume yang di ambil dari lemari di pojokkan dekat lemari pakaian, ke seluruh tubuh, oh ya, tak lupa jam tangan Rolex kesayangan serta HP.

Wajahnya didekatkan di cermin setinggi dua meter, dia memperhatikan pipinya yang sedikit memerah akibat tamparan keras papinya. "Hmmm .... lumayan keras juga tamparan papi, masih ada sedikit merah, tapi lumayan lah agak memudar, tinggal dikompres sedikit lagi ntar juga ilang," gumamnya.

Tidak berapa lama, badannya berbalik menjauhi cermin dan keluar ruangan.

Sambil mengancingkan lengan baju panjang dan jas yang diselipkan di tangan kiri,

kakinya menuruni anak tangga, antara pipi dan bahunya menempel hape yang

sedang memanggil nomor salah satu sahabatnya yang bekerja di perusahaan

yang sama, Ivan, nama yang terpampang di layar ponsel.

Saat melintasi meja makan, dilihatnya sang mami tercinta sudah rapi dan cantik sedang menata meja dengan aneka hidangan dalam jumlah secukupnya dan buket mawar putih di vas kristal di atas meja marmer hitam nan elegan.

"Morning mih!" sapanya riang seolah kejadian kemarin tak berbekas sambil mendekat hendak mencium pipi wanita tersayangnya yang biasa dilakukan setiap pagi.

Tubuh Nyonya Miranda menghindar, pura-pura tak mendengar. Hatinya masih dongkol atas kejadian semalam.

"Masih marah yah mih?" tanyanya sedikit hati-hati, biasanya sang mami langsung menyodorkan pipi nya yang putih mulus.

"Auuu....ahhh gelappp....," lengos mami sambil terus membuat sandwich.

"Baiklah kalo begitu," jawab anaknya sendu.

"Ntar kita ngobrolnya, Jo buru-buru nih ke kantor, dah mami," sambil mengambil dua potong sandwich dan membungkusnya dengan tisu kue.

CUP .... secepat kilat mencium pipi sang mami yang masih kinclong karena perawatan laser tanpa bisa dihindari.

"Huhhhh kecolongan dwehh," cemberut sang mami tanpa berkata apapun sambil melihat tubuh puteranya menghilang dari ruangan.

Nyonya Miranda Alvero walau tidak ahli memasak namun setiap pagi selalu menyediakan sarapan ringan dari tangannya untuk dua lelaki kesayangannya.

Untuk makanan berat, mempercayakan pada chef kepercayaan keluarga di dapur besar. Walaupun banyak para maid siap melayani, untuk ritual satu itu tetap terjaga dari saat muda hingga saat ini.

Hal ini yang membuat tuan besar dan tuan muda Alvero sangat mengagumi dan sayang padanya. Walau seorang sosialita namun tidak melupakan perannya sebagai seorang ibu rumah tangga. (Hmmm perlu dicontoh yah girls).

Biasanya, setelah kedua jagoannya beraktivitas, kegiatannya rutinnya menghadiri acara sosialita, yayasan amal, salon dan klinik kecantikan serta spa bersama kaum elit sosialita ibu kota. Yah, sebagai isteri dari bilioner haruslah berpenampilan uptodate jangan sampai kalah dengan daun muda. Maklum, para pelakor sedang marak betebaran siap mencengkeram kuku hi hi hi

"Halooo .... woiii," sahut suara di seberang.

"Nyet, lo di menong?" tanya Jordy sampai keluar rumah menyapa hangat sahabatnya sekaligus rekan kerjanya.

"Di mmumah buy, mawa di papar," sahut Ivan tergagap karena mulut nya penuh oleh nasi goreng buatan ibunya. Soalnya kalo gak segera diangkat, si bos kecil ini akan terus menerornya. Buru-buru menelan sisa kunyahan dan meminum air bening.

"Woiii .... yang jelas ngomongnya!" tanya Jordy terus melangkah.

"Gue di rumah, cuy, masa di pasar jam segini," sahut Ivan jelas.

"Ya, weiss, gue otw, ketemu di ruangan gue," balas Jordy sambil menyalakan mesin.

Tak berapa lama mobil sport hitam meraung memasuki jalan raya yang masih lengang.

Tak lama setelah puteranya berlalu, tuan Edward pun telah rapi dengan setelan jas biru dongker, sepatu hitam keluar dari kamar utama. Asisten pribadi, Leon, setelah membungkuk hormat pada tuan muda yang berpapasan di luar, masuk ke ruangan dan mendekati tuan besar, setelah membungkuk hormat lantas menerima tas kerja. Jam duduk menunjukkan pukul 06:30 WIB.

Dihampiri isterinya yang berada di ruang makan, Nyonya Miranda mengenakan kemeja berenda putih dan rok krem, appron menggantung di badannya yang semampai, riasan wajah tipis serta rambut yang diikat karet warna mas. CUP .... ritual pagi tuan besar untuk nyonya besar tersayang.

"Dah rapi pih, tumben, gak sarapan pagi!?" tanyanya setelah melihat sang suami tampak rapi dan elegan. Biasanya belum memakai jas dan dasi saat sarapan, sambil tangannya sibuk membuat sandwich daging asap.

"Si Jordy juga pagi banget udah pergi ke kantor dan membungkus sarapan," sapa sang isteri sambil terus sibuk menyiapkan hidangan.

"Mau sarapan berat pih!?" tanya Nyonya Miranda pada suaminya yang mendekat ke arah meja makan.

"Gak Mih, makan makanan ringan aja, soalnya kita mau rapat intern makanya agak pagian!" tolak papi halus sambil mencium pipi mami.

"Di makan di mobil aja, papi ada omongan dengan Leon, sebelum rapat di mulai jam 10:00, masalah mencari kandidat untuk perjodohan," jawabnya sambil mengerling mesra pada isteri tercinta.

"Wahhh, serius pih, pokoknya mami dukung 100% dwehhh hi hi hi," balas nyonya besar terkekeh dan matanya berbinar karena idenya diterima. Dilihatnya Leon sang Aspri berdiri tak jauh dari ruang makan.

"Nih, sandwichnya dan juga untuk Leon. Biar cumungut ngobrolnya," sambil mencium pipi suami nya.

"Hah, cumungut apaan tuh?" sambil memberikan pipinya untuk dicium sang isteri.

"Ya, elah pih masa gak tau, itu semangat bahasa gaulnya," sambil balas mengerling.

"Hadeuhhh, dasar isteri gaol," sahutnya sambil menggelengkan kepala. "Ya, udah papi berangkat, assalammualaikum," pamitnya sambil melambaikan tangan ke arah nyonya, sambil mencium kening.

"Waalaikumsalam," jawab nyonya Miranda sambil berdiri di teras sambil diikuti dua baris maid yang berderet kanan kiri. Tak lama Mercedes E-Class keluaran terbaru keluar dari pagar otomatis dan melesat membelah kepadatan ibu kota.

Di dalam kabin mobil ....

"Leon, carikan aku, beberapa kandidat nona muda baik dari relasi bisnis Alvero maupun bidang lain. Pokoknya the best of the best di bidangnya!" sambil menatap tajam ke arah asisten pribadinya (aspri).

"Untuk tuan muda kah?" tebak nya to the poin, sambil melirik di spion dalam. Leon adalah asisten handal dan terpercaya selama tiga puluh tahun kiprahnya di dunia bisnis. Sudah lima belas tahun Leon bekerja pada tuan Edward Alvero.

Di usia nya yang ke 33 tahun dia sudah menguasai berbagai taktik bela diri, menguasai lima bahasa asing dan bisa menghandle segala administrasi tuan Edward apabila berhalangan hadir. Lulusan bidang administrasi dan linguistik di Inggris. Boleh dikata, satu orang Leon sama dengan 30 orang karyawan Alvero Corp. Dengan orang handal semacam Leon, tuan Edward mampu merambah bisnis ke manca negara yang selama ini sulit ditembus oleh pelaku bisnis lokal.

"Seperti biasa, kamu mampu menebak apa yang kupikirkan," jawab tuan Edward sambil tersenyum. "Aku ingin menjodohkan dengan wanita yang memiliki kriteria di atas standar dari perempuan yang dikuasainya saat ini," dengan senyum meradang.

"Cari nona muda yang memiliki masalah yang terjadi pada orang tua nya baik masalah finansial maupun non finansial. Uang bukan masalah untukku, asalkan dia mau menikah dengan anakku dan mampu mengusir keberadaan perempuan yang gak jelas asal usulnya dari kehidupan Jordy," perintahnya tegas.

Masih berbicara via spion, "Apakah wanita yang memiliki kemampuan menggeser eksistensi wanita tersebut dalam hati tuan muda!?" tukas Leon telak mengena di hati.

Terhenyak lah hati tuan besar mendapatkan pernyataan aspri nya yang lugas.

"Apa ada kah!?" mengulang pertanyaan seakan mustahil.

"Mungkin saja ada tapi mahal dan perlu waktu," jawab Leon via spion.

"Tak masalah, pakailah waktu sesuka mu, berapa lama yang kau butuh kan, seminggu ... dua minggu!?" tanya tuan besar.

"Berikan aku waktu satu bulan untuk membawa nya ke hadapan tuan tapi syarat nya aku tidak mau diganggu atau menjadi aspri Anda. Aku akan meminta Uncle Fred untuk mencarikan pengganti ku!" jawabnya.

"Baiklah, segera eksekusi," sambil tersenyum tipis.

"Roger, Sir!" sambil menempelkan dua jari di keningnya tanda setuju.

Uncle Fred adalah mantan Asisten Pribadi tuan Edward saat memulai debut bisnisnya estafet dari ayah tuan Edward di tanah air di usia 25 tahun.

Oh ya, dia berkebangsaan Amerika. Dia adalah mantan tentara perang Afghanistan yang terluka. Karena suatu insiden menyebabkan salah satu tangannya cidera dan menyebabkan tremor. Untuk seorang prajurit di lapangan, ketidak mampuannya mengangkat senjata dan membidik dengan tepat, merupakan kesalahan yang sangat fatal yang berujung pada kematian. Bukan saja becana bagi dirinya juga bagi sekitarnya.

Dia mengundurkan diri secara terhormat dari kesatuannya. Setelah itu beliau lari ke Australia dan akhirnya terdampar di Pulau Bali. Di sana, dia bertemu dengan isterinya, menikah dan memiliki tiga puteri. Leon adalah keponakan dari isterinya yaitu putera dari adik isterinya yang menikah dengan pria berkebangsaan Australia. Mereka memiliki tiga putera dan Leon adalah anak kedua. Karena ingin memiliki putera maka dia mengadopsi keponakannya.

Uncle Fred mengadopsi Leon sebagai putera nya dan tetap memanggilnya Uncle. Di bawah asuhannya, Leon dididik secara militer dan diturunkan taktik militer super canggih, strategi dan penguasaan senjata. Uncle Fred direkrut oleh tuan Edward sendiri setelah melihat aksi heroik saat tuan Edward diculik oleh lawan bisnis ayahnya.

Dia menyelamatkan nyawa tuan Edward seterusnya terjalinlah pertemanan dan kerjasama sebagai atasan dan asisten pribadi. Dia memboyong seluruh kelurganya termasuk Leon kecil atas dukungan tuan Edward. Dan lima belas tahun yang lalu Uncle Fred pensiun dan aspri tuan Edward diteruskan putera angkatnya Leon.

Uncle Fred membuka usaha jasa bodyguard, security dan asisten pribadi dengan basis militer serta pengetahuan administrasi modern. Salah satu pemodal mayoritas adalah tuan Edward. Semakin lama berkembang dan sebagian menjadi pasukan underground yang terus melebar tidak hanya di dalam maupun luar negeri. Itu sebabnya akses menuju pasar internasional begitu mudah ditembus dan tuan Edward adalah salah satu Big Boss Underworld.

Di tempat lain di rumah sakit ....

Seorang wanita berparas cantik, tubuh tinggi semampai dengan tinggi 170 cm, berat 58 kg, kulit putih kemerahan, rambut lurus berwarna hazel dan mata sewarna madu cerah. Mata indahnya yang dihiasi bulu mata panjang nan lentik serta halus tebal mengerjap indah. Tangan jenjangnya menggeliat hingga blouse cream berpita hitam terangkat sedikit. Yah, semalaman gadis cantik ini berjaga bersama tante dan omnya.

"Lexa, sebaiknya kamu pulang istirahat di rumah. Seharian kamu tidak tidur sepulang kerja. Biar tante Vera dan Om Wisnu yang menjaga papa mu. Sebentar lagi Om Herman dan Tommy akan aplusan," saran tantenya sambil mengusap lengan Alexa.

"Gak apa apa, tante, Lexa ingin nemenin papa," tolaknya halus.

"Gak apa-apa, Nak! Kamu mesti kerja, ingat kamu adalah CEO! Kamu adalah pemimpin untuk mereka. Kalau gak ada kamu, mereka itu ibarat anak ayam kehilangan induknya! Perusahaan itu, adalah peninggalan ayah & ibu mu," bujuk tante Vera dengan lembut sambil kedua tangannya menangkup kedua pipi nya tampak tirus.

"Lihat, pipi mu ini, beberapa bulan yang lalu masih ranum seperti mangga gedong kesukaan mu," sambil tersenyum dan menggoyangkannya dengan gemas seperti ke anak kecil. Entah, mengapa perkataan tante bungsunya bagai kan oase di padang yang tandus.

Alexa, ditinggal oleh ibunya di usia 9 tahun. Bersama papanya mereka bahu membahu mengarungi hidup yang kejam ini berdua. Mahesa Wiyana adalah ayah dari Alexa.

Paska kematian mama Alexa, beliau tidak menikah lagi dan fokus membesarkan anak dan usaha yang dirintis oleh mendiang isterinya. Papa Mahesa selalu membawa Alexa kemana pun pergi, terkadang harus home schooling bila singgah di suatu daerah kerja. Dia tidak mudah percaya orang.

Dahulu, perusahaan belum berkembang seperti sekarang. WIYANA CORPORATION adalah perusahaan yang fokus di bidang jasa konstrusi. Bekerjasa dengan pemerintah seperti membuat jalan, jembatan, sekolah dan lainnya, kemudian merambah bisnis property dari mulai membangun rumah tipe kecil dan sangat sederhana kemudian hotel. Ya, Mahesa Wiyana dan mendiang isterinya adalah arsitek dari universitas yang sama.

Setelah Alexa masuk menggantikan ayahnya, lini bisnis merambah pada jual beli apartemen, pembangunan cluster pemukiman menengah ke atas dan hotel. Dengan mengkombinasikan produk serta managemen administrasi yang baik, dipercaya akan menghasilkan tingkat kepuasan konsumen dan efisiensi biaya yang maksimal.

Memang tidak sebesar dan sekokoh Alvero Corp namun perusahaan dengan karyawan 300 orang dengan aset kurang dari satu triliun mampu menghidupi dan membuat tersenyum karyawan yang dinaunginya serta banyak menyabet penghargaan dalam bidang desain serta managemen yang excelent.

Dengan kepemimpinan Alexa, aset dan laba semakin neningkat, tidak salah Mahesa Wiyana sebelum terbaring sakit nenempa Alexa menjadi pebisnis yang brilian di usia nya yang belum genap 19 tahun. Mahesa Wiyana yang berprofesi arsitek bersama isteri, Alycia Josephine Eyckerman yang berdarah asli Amerika bahu membahu mendirikan perusahaan.

Mereka bertemu di Amerika saat Mahesa Wiyana muda mengenyam pendidikan dan bekerja paruh waktu di sana. Isterinya adalah teman satu kampus. Di sana lah cinta mereka bersemi. Mereka menikah sebelum lulus kuliah dan lahirlah Alexa Eyckerman Wiyana sebagai buah cinta mereka. Setelah mendengar petuah yang menyejukkan dari tantenya, Alexa bangkit dari duduknya.

"Aku harus kuat untuk papa dan para karyawan yang menggantungkan hidupnya pada Wiyana Corp," desisnya perlahan pada diri sendiri.

"Ya udah, tante Alexa pamit dulu. Pokok nya informasi sekecil apapun mengenai kondisi papa ... so ... pritty pliiizzz kasih tahu Lexa," mata indahnya memohon sambil memelas.

"Duh siapa sih yang bakal menolak tatapan selucu guguk poodle, bulat dan besar. Iya ... iya ... anak cantik pasti dihubungi, ayo cepat pulang ganti baju dan maem," jawab tantenya gemes sambil mencubit halus pipinya.

"Aku mau pulang ganti baju dan mandi sebelum ke perusahaan."

Sambil mencium tangan tante dan omnya, akhirnya gadis itu beranjak walau dengan berat hati. Selama perjalanan ke parkiran, Alexa mendial nomor yg ada di Whatsapp di searching C, Cindy.

Yap, Cindy adalah sepupu sekaligus asisten pribadinya, putera dari adik pertama papa Mahesa. Walau usia lebih tua Cindy yg saat ini berusia 24 tahun tapi secara hierarki adalah 'adik' bagi Alexa. Cindy lah yang menghandle kerjaan bersifat administrasi ringan saat gadis tersebut tidak ada di tempat.

"Lex, sahut suara di seberang hp." Elo

dimana!?" tanyanya dengan suara khawatir.

"Gue ada di rumah sakit nungguin papa. Ada tante Vera dan Om Wisnu juga yang jagain papa dari kemarin," jawabnya.

"Oh ya, gimana Wawa Esa kondisinya, sorry aku belum jenguk lagi," sahut Cindy dengan nada menyesal.

"Iya Cind, ga pa pa, ntar kita sama-sama aja menjenguknya, kondisi nya belum stabil belum bisa operasi nunggu tekanan darah nya turun."

"Oh ya Cind, gue mau pulang dulu ke rumah, ganti baju lantas ke kantor, yah agak siang sekitar jam satu gue balik ke kantor, kepala agak pening nih," pintanya sambil memijit kepala nya berdenyut.

"Okey Bos, tar gue kabari kalo ada apa-apa!"

"Eia, apa lalat-lalat supplier itu masih berkeliaran di kantor," tanya Alexa masih terus memijit kepala yang sakit.

"Tenang aja bos, hari ini gak ada satu pun batang idungnya keliatan," jawab Cindy.

"Bagus lah! Cind, dah dulu yah, gue dah sampe di parkiran. Ampe ketemu siang," pamitnya dan klik tombol percakapan telah berganti ke layar semula pertanda percakapan telah usai.

4. Pertemuan Pertama

Setelah pamit pada om dan tantenya

dengan mencium tangan keduanya,

gadis semampai itu berjalan melewati

koridor walau belum ganti baju tapi tetap rapi namun wajah cantiknya tidak dapat

menunjukkan kecemasan dan kelelahan.

Sambil berjalan perlahan nyaris tanpa

suara, pelipisnya terus dipijiti dengan

tangan kanan dan terus bergantian

dengan tangan kiri, sesekali kepalanya di putar ke kanan ke kiri untuk diregangkan.

Pagi itu rumah sakit sudah mulai ramai, orang-orang yang berseliweran menatap wajah dan sosoknya yang menawan yang berjalan anggun dengan stelan khas

wanita karier berjalan sedikit gontai.

Rasa pegal menjalar dari leher hingga punggung. Keringat mengucur deras menjalari punggungnya walau masih pagi, tahu sendiri cuaca ibu kota, pasti panas dan orang-orang tersebut enggan berpaling menatap tubuh indah berblouse sedikit transparan.

Dia tidak menghiraukan siulan usil dan tatapan jelalatan lawan jenis dan cibiran iri sesama jenisnya, dibenaknya yang terbayang adalah kasur yang empuk, bantal bulu angsa, gemericik shower, berendam air hangat di bathtub, teh manis hangat, nasi hangat dan ayam goreng plus telor ceplok.

Kruyyyukkkkkk ...... suara perut yang merdu mengawali pagi harinya yang hangat. Yappp, perut gadis itu belum terisi makanan hanya air mineral yang mengisi kehampaan raga nya. Entahlah, berasa tidak berselera.

Akhirnya, tubuhnya telah sampai di halaman parkiran dan membuka pintu dengan remote control. Tubuhnya disandarkan pada jok hitam kulit. Knop finger print di sentuh dan hoplaa mesin menyala. Tangan kirinya menekan tombol panel tape di kemudi Terdengar alunan T'Amo dari koleksi lama Rihana, mengalun merdu menenangkan telinga.

Tangannya membuka tas tangan kulit warna hitam dengan tali sling rantai gold. Dirogoh nya botol parfum Hermes 24 Faubourg yang selalu menemani segala aktifitasnya di siang hari yang panas.

Cccrreeessss......aroma vanilla merebak di ruangan yang cukup leluasa dengan nuansa beidge dan hitam. Parfume disemburkan ke sekujur tubuh.

"Hmmmm .... segarrr," gumamnya sambil terpejam.

Tangan kanannya membuka lebar kaca vcool untuk menyerahkan tiket saat melewati gardu parkir. Kaca ditutup kembali untuk memerangkapkan hembusan AC yang sejuk dan akhirnya sedan putih meluncur di jalanan yang ramai.

Saat bersamaan ....

Porsche hitam melaju cukup kencang kira-kira lima menit sebelum belok kanan ke arah mall-mall dan pertokoan di sepanjang jalan dua arah yang cukup lebar yah kira-kira empat meter lebarnya.

Hanya mobil dan pejalan kaki saja yang boleh memasuki kawasan tersebut, pertokoan berjejer di sepanjang jalan laju kecepatan melambat dan tiba-tiba .... ciiiiiitttt.... pedal rem diinjak dalam dan braaakkk..... tabrakan tidak dapat dihindari.

Tubuhnya terayun ke depan stir tanpa mengeluarkan pelampung pengaman yang ada di stir yang memang tidak terlalu kencang namun suara tumburannya cukup keras, terdengar jeritan dari orang yang lalu lalang di sekitar jalan maupun pengunjung mall dan pertokoan. Mereka berhamburan dan menyemut di sekitar kedua mobil. Walhasil kemacetan tidak dapat dihindari.

"Shhhhhiiiiiiittttt ..... !" makinya cukup panjang dan mata nya terbelalak kaget tidak menduga bahaya akan terjadi. Kepalanya hampir terantuk setir namun tertahan oleh safety belt yang mengikat cukup kencang.

"Shyetttt dah gue nabrak orang, celaka dua belas nih," rutuk dengan nada panik.

"Aduhhh apa tuh orang mati kagak yah!?" dengan wajah penuh kecemasan dan hati waswas sambil melepas safety belt. Tubuh jangkungnya segera melesat ke arah mobil yang ditabraknya. Si korban tidak tahu jelas keadaannya maupun gendernya karena kaca depan mobil yang sangat menyilaukan. "

"Tok .... tok .... tok ... tok ...

Mbak ... ibu ... adek .... ! Anda tidak apa-apa kah. Bisa mendengar saya?" sahutnya sambil melongok ke dalam kabin sopir yang sedikit terbuka.

"Ehhhh ternyata wanita! Duhhh ... ya Tuhan mudah-mudahan bukan wanita hamil ntar gue digampar suaminya," sambil terus nengetuk kaca jendela.

"Gak nyahut, jangan-jangan pingsan nih," gumamnya dengan penuh kecemasan.

Tiba-tiba beberapa orang security sekitar lima orang datang tergopoh-gopoh menghampiri, salah seorang menyapanya dengan ramah.

"Kenapa pak, ada yang terluka!?" tanyanya dengan muka yang cukup tenang.

Jordy menoleh ke asal suara yang berdiri di belakangnya. Sambil bergeser memberi ruang pada security tersebut dan berpaling.

"Eia pak, saya orang yang nabrak dan pengemudinya pingsan. Takut ada luka yang serius! Pintunya terkunci, apa ada alat yang bisa membuka tombol pintu, yah semacam besi pengait, kebetulan jendelanya sedikit terkuak," jawab Jordy memberi keterangan.

Tidak berapa lama berfikir, security itu menjawab lagi, "Oh ya ada sebentar saya ambilkan alat tersebut."

Security tersebut berlalu ke pos yang ada dalam mal dan membawa mistar stainless. Dia bilang, kejadian pintu terkunci dengan keadaan mesin menyala sering terjadi dan kejadiannya sering menimpa pada para ibu dan ABG labil yang baru belajar nyetir mobil. Biasanya dengan alat tersebut berhasil. Yah Jordy pasrah mengikuti arahan bapak security.

Saat orang tersebut mengutak-atik pintu, dua orang security lainnya, sibuk mengatur lalu lintas dari dua arah. Porsche hitam sudah sesuai jalur dan berada di tepi jalan dan mercedes putih justru salah jalur.

"Untungnya tidak ada petugas polisi yang berpatroli kalau ada bisa runyam urusannya," batinnya.

Dua orang security lainnya sibuk menghalau kerumunan orang yang semakin bertambah dan menghalangi proses evakuasi korban.

"Maaf beri ruang yah jangan ditonton, ini bukan sirkus!" seru seorang security.

"Ayo beri ruang!" sahut salah seorang dari mereka yang coba membuka kerumunan dengan tongkat yang selalu dibawanya.

Sedikit demi sedikit mereka membubarkan diri dan keadaan normal kembali setelah empat puluh menit kemudian.

Tidak berapa lama terdengar cekklekkk ....... suara pintu terbuka. Setelah terbuka terlihat jelas seorang wanita muda dengan rambut panjang menutupi dahinya tertelungkup di kemudi.

Ada luka memar di kening kirinya ketika disenderkan ke jok. Security memeriksa pernafasan si korban. Setelah yakin masih bernafas normal, dia masuk untuk menarik si korban dan membopong nya. Jordy dengan sigap menghampiri security tersebut.

"Eia pak, mau dibawa kemana?" cegah Jordy sambil menghalangi security yang membopongnya.

"Saya bawa ke dalam dulu," jawab security dengan tenang seolah sudah sering melihat kejadian seperti ini, lain halnya dengan raut muka Jordy yang masih tampak cemas.

"Kami akan memberi pertolongan pertama!" timpalnyanya lagi sambil melangkah ke arah mal.

"Ehhh ...... ehmmm.... begini aja, gimana kalau saya bawa ke rumah sakit terdekat. Khawatirnya ada luka serius yang membutuhkan penanganan cepat. Kalau di bawa ke dalam takutnya semakin gawat!" berusaha meyakinkan security atas segala kemungkinan susulan yang bakal terjadi..

Diam sejenak untuk mencerna saran Jordy. Tak berapa lama, "Baiklah kalau begitu, ya syukur Anda mau bertanggung jawab," berkata kalem.

"Ya, iya lah gue bertanggung jawab, emang gue cowok ganteng apaan!? Gak liat apa gue cemas setengah mati!" rutuknya kesal dalam hati mendengar jawaban security tersebut.

"Lantas, bagaimana dengan mobil Anda!?" sambil memandang lurus ke arah mobil yang sama mewah nya dengan kepunyaan korban dan terparkir berhadapan. Dengan senyum dipaksakan memberi jawaban padanya.

"Nanti saya telepon sopir untuk mengambil mobil. Pak Security, biar saya yang membopong mbak ini!" pintanya sambil mengulurkan tangannya siap meraih tubuh yang masih meringkuk.

"Tenang, mas, gak berat kok, biar saya saja yang menaruh di dalam mobil," tolaknya halus seakan tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang gak bakalan datang dua kali sambil mendekap erat bidadari cantik turun dari langit yang ada dipangkuannya. (Deuhhh, pak, siapa juga yang ingin dibopong karena celaka dan kepala benjut he he).

"Ihhhh ...... jangkrik, malah ngambil kesempatan dalam kesempitan!" rutuknya saat melihat security di depannya yang mendekap lebih erat sang gadis sambil berlalu.

"Iya, gimana pak apa ada yang mau dikatakan pada saya!" tiba-tiba berhenti menghadap Jordy yang mengikuti di belakangnya.

"Ohh nggak pak, saya gak ngomong apa-apa ke bapak saya hanya merutuki keapesan saya di pagi hari ini," berkata sambil ngeles.

"Oh, baiklah," lanjutnya dengan posisi diam di tempat.

"Pak, bisa jalan di depan untuk membuka pintu," pinta pak security kalem.

"Ihhhh .... kammmpretttttt pake nyuruh-nyuruh gue lagi, dasar coasimodo (coasimodo tokoh anime amerika, yang bongkok dan buruk rupa atau tokoh si punduk merindukan bulan)!" rutuknya tak henti dalam hati sambil melotot.

Pada akhirnya putera mahkota berhasil disuruh tanpa berkutik dengan membukakan pintu. Tanpa mengindahkan pelototan sang pangeran dengan hati-hati didudukkan di jok dan kepalanya disenderkan seolah menaruh vas kristal dan si security muda tersebut menatap sebentar ke arah si gadis seakan tak rela berpisah tapi akhirnya harus merelakan tuan puteri diantar oleh pangeran berkuda putih.

Jordy menarik tuas jok dan merubah posisi 110 derajat menjadi posisi rebahan supaya si gadis tidur dengan nyaman. Masih posisi di luar, dia mendial nomor Ivan.

Drrrreetttt ...... drrrreeettt ........ dreeettttt ...........

suara hp yang bergetar di meja. Terpampang nama 'Tuan Muda' di layar hape.

"Woiiii ..... sobat ..... di mana nehhh .... gue dah di ruangan lo!" teriak Ivan kencang karena dah 'ditanem' dua jam di ruangan tersebut.

"Van, gue lagi di jalan. Gue kecelakaan!" terangnya memelas.

"WHHHAATTT!! trus mobil nya gak kenapa-apa!?" respon Ivan sambil ngikik.

"Kampfretttt lo nyet gue seriussss!" sambil terus menyetir.

"Ha ha ha ha beneran lo celaka trus gimana lo luka gak!?" tanyanya kembali dengan nada asli khawatir.

"Bukan gue yang luka, gue nabrak orang! Tapi gue di jalur yang bener, emang si korbannya aja ambil jalan gue! Kirim sopir deh ke lokasi pake apa aja terserah yang penting cepat untuk bawa mobil gue tar gue shareloc!" sambil menekan tombol merah.

"Trettttt......percakapan selesai lokasi telah terkirim.

Singkat cerita, sopir perusahaan datang dan membawa mobil sport kesayangannya ke kantor. Dan sang pangeran telah duduk di belakang kemudi. Sambil berjalan, setiap menit sekali menatap gadis yang masih terpejam di sampingnya.

"Hemmm cantik juga nih cewek kalau posisi begini," gumamnya mengagumi.

Drrreettt .... dddrrrettt .... dddrrrettt .... hape bergetar di saku celana. HP dikeluarkan dari situ. Terpampang Ivan di layar.

"Apaan pretttt .... gue lagi nyetir! Eia takut lupa, gue kayanya gak bisa hadir di rapat intern soalnya harus nganterin. Korbannya cewek sendirian pula dan bawa mobil. Gue takut ada luka serius jadi gue bawa ke rumah sakit terdekat. Khawatir pemeriksaannya lama. Kalau dah beres gue balik kantor," pinta Jordy sambil nyetir.

"Eittt, tunggu dulu, lo kemane aja seminggu ngilang kaya jelangkung, kemaren ngiles jam dua, lah sekarang mau raib pula! Lo tau gak se Indonesia raya hebohhh berat, lo jadi trending topik, gue deh yang sibuk blokir berita lo, bokap lo marah lwaarrr biasaahh", memberi tentang situasi kemaren sambil bersandar pada meja.

"Iyeee gue tau tapi gue lom buka internet, gue liat di tabloid gosip! Kemaren doi ngehajar gue ampe muka gue babak belur. Gue juga belom ngasih penjelasan apapun karena gak sempet waktunya and nyokap juga kompak ngehajar gue sambil histeris," sahutnya sendu.

"Ya iya lah, gue temen lo dari kita sama-sama pake popok aja kesel apa lagi ortu yang brojolin lo," terang nya gemezzz ama kelakuan sobatnya.

"Tadi pagi gue duluan gak sempet ketemu bokap ntar gue WA aja, takut doi ngehajar lagi belom ditambah si Leon lagi," tambah Jordy.

"Ya elah, ada takutnya juga lo! Harusnya sebelum kejadian mikir ehhh pas udah beres baru deh otak lo jalan," sindir Ivan.

"Udehhh, Van, lo jangan nyeramahin gue, puseengg neh pala gue, yang boleh ceramah itu ustad bukan lo! Tugas lo, belain gue sampai titik darah penghabisan and kasih pengertian detailnya ke bokap, okay bro, gue tutup neh dah sampe parkiran!" jawab Jordy kesal.

Tretttt .... hape diakhiri.

"Heuhhhh dodol, giliran susah aja ngasih tau, pas seneng kagak ngajak," sambil geleng-geleng kepala mengingat tentang kelakuan absurd teman masa kecilnya ini.

"Kita dah pada ngingetin kali, tuh cewek gak bawa pengaruh positif tuk lo, gak percaya sih, ya udah lah sebodo amat, yah .... aku mah apa atuh cuma selingkuhan, ngatur-ngatur segala (nyomot lagu dangdut popular), kerja lagi ahhh," sambil ngeloyor ke habitatnya yang asli yaitu ruang komputer dan server.

Mereka bersahabat sebenarnya berlima dan bersahabat sejak orok yaitu Ivan Assante merupakan putera dari teman Nyonya Miranda pengusaha jual beli berlian, tersebar se Jakarta Raya dan jual beli besi kapal, kerja di Alvero karena gak ngerti tentang komoditas yang diperdagangkan keluarga nya. Jabatan Manager IT, lulusan S2 Jerman, Status romansa Jomblo akut, belum ada yang klik dalihnya, masuk ke perusahaan dari jalur prestasi bukan sensasi.

Reynaldi Kisaragi, putera pertama, teman tuan besar, nerusin usaha bokap, Kisaragi Group, lulusan Harvard University, usaha bidang farmasi (obat dan alat kesehatan) memonopoli bisnis se Indonesia Raya (termasuk mafia alkes hehe), status romansa memiliki tunangan rekan bisnis keluarga.

Devan Arnoldy, Lawyer dan bikin Lawyer office bareng bokap dan saudara nya, firma nya bukan kaleng-kaleng tapi firma besar yang ngurusin kelas paus bukan sekelas kakap, Alvero adalah top priority dari Arnoldy Law Firm & Partner. Kliennya mulai dari artis, pengusaha, perusahaan hingga para elit politik, status romansa memiliki tunangan sesama lawyer teman sekampus.

Farrel Aquinno blasteran Kanada-Jawa, membuka usaha cafe dan pub untuk kaum jetset ibu kota, pewaris jaringan usaha katering dan restoran se Indonesia, status romansa jomblo setengah akut, playboy dan gonta ganti cewek kaya ganti baju (maklum bos club malam). Doi ingin mandiri dengan membuka usaha sendiri tanpa ikut campur keluarganya.

Biasanya mereka pada mangkal di tempatnya sehabis pulang kerja. Yah, pertemanan mereka mirip tapi tidak sama seperti di drama meteor garden lah (suka-suka author yah jangan protes he he).

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!