"Lex .... Lexa .... apa pusing banget kepala kamu sampai harus dijambak gitu," tanyanya dengan khawatir sambil melambaikan tangannya tetap dari posisinya.
"Ohh .... yaa ... app ...pa... kok aku gak pusing ....," jawabnya gagap dan tersadar dari aksinya tanpa sadar.
"Eia Kak, apa aku sudah boleh pulang kah, soalnya kondisi ku udah jauh lebih baik. Aku bosen dan ada yang mesti aku kerjakan," pintanya.
"Entah lah, aku tanya dokter dulu," jawabnya lembut sambil bangkit menuju meja dokter.
Tak lama, dia dan dokter berkaca mata mendekati Alexa. Dan dokter menyorotkan lampu center ke arah matanya.
"Baiklah, sepertinya nona sudah dalam kondisi baik dan bisa pulang. Kalo begitu saya permisi," dokter pun berlalu meninggalkan keduanya.
Jordy membantu Alexa turun dari ranjang dan membantu nya mengenakan high heels dan memapahnya.
"Gimana bisa jalan atau mau memakai kursi roda?" tanyanya sambil memeluk pinggang ramping Alexa. Dan gadis ini oleng karena kaget tidak menyangka akan dipeluk seperti itu dan tubuh keduanya merapat. Semburat merah mewarnai wajahnya. Hal itu disadari oleh Jordy.
"Kenapa wajah mu merah, apa demam?" tanyanya dengan polos sambil memegangi dahi gadis itu yang sudah setengah mati gugup. Tiba-tiba .....
Brukkk .....
Tubuhnya jatuh terduduk. Jantungnya masih berdegup tak karuan. Ini adalah kali pertama dirinya begitu dekat dengan lawan jenis selain dengan keluarga. Hidupnya selama ini dihabiskan dengan belajar dan bekerja tanpa mengenal istilah pacaran. Dan perlakuan seperti itu mendatangkan sensasi baru dalam hidupnya.
"Aduhhh kamu nih, katanya bisa jalan tapi malah lemas gini! Ditawari kursi roda nolak," sambil geleng kepala demi melihat gadis tersebut masih di bawah. Lantas pria tersebut memegang tubuh gadis ini dan huppp... tubuh kekarnya memangku tubuhnya sama seperti saat pertama masuk. Tentu saja aksi tersebut mengundang decak kagum para perawat maupun pengunjung.
"Hei .........hei ........turun kan, aku malu dilihat banyak orang nih!" jawabnya dengan muka memerah.
"Shhhhhhh ............ udah nurut aja, katanya pengen segera keluar dari rumah sakit, kalo nunggu kamu jalan bisa sore baru nyampai di parkiran, siput aja jauh lebih cepet!" sambil terus membopong gadis itu.
Mendengar kritikkan seperti itu, bibir tipisnya cemberut sambil mendelik.
"Dasar cowok gak peka!" rutuknya. Khawatir jatuh, kedua lengannya melingkar erat di leher pria tersebut dan wajah nya ditelungkupkan.
Tanpa menghiraukan gadis itu yang terus merajuk dan meronta kecil, mereka sampai juga di parkiran.
Diturunkannya gadis itu di sisi pintu. Masih ada debaran hebat di dada Alexa. Tangannya menangkup pipinya yang semakin memerah dan panas. Nafas memburu karena tanpa sengaja wajahnya menggesek pipi pria tersebut. Walau gimanapun Alexa adalah gadis normal, siapapun pasti akan ada dalam kondisinya. (Iya sih author juga akan deg deg an kalo ngalamin seperti itu hehe).
Pria itu sudah terlebih dahulu masuk disusul oleh gadis itu yang sudah mengendalikan kondisi. Nafasnya sudah beraturan. Dan mesin dinyalakan. Mobil tersebut melaju keluar rumah sakit.
Mercedes putih melaju membelah kepadatan ibu kota. Waktu di tangan menunjukkan jam 11.27 WIB. Waktunya makan siang.
"Kenapa sampai kurang tidur, banyak pikiran!?" tanyanya memecah kebekuan. "Sering kumat kah?" lanjutnya lagi sambil melirik gadis yang duduk anggun di samping nya.
"Hehhhhhh ..........baru kali ini kejadian seperti ini!" desahnya perlahan.
"Papaku sakit jantung koroner! Seharusnya kemarin adalah jadwal operasi tapi diundur karena tekanan darahnya sangat tinggi menurut dokter yang merawatnya. Aku gak tega melihat penderitaan papa. Setelah pulang kerja aku langsung bergegas ke rumah sakit dan menunggunya bersama kerabat yang lain di luar ruangan ICU sampai pagi, aku cuma tidur sebentar lantas pergi menuju kantor," jawabnya sambil menoleh ke arah pemilik suara.
"Dan aku tiba-tiba pusing, aku pikir hanya serangan biasa jadi ku abaikan. Ketika sampai di depan mal, tiba-tiba pusing ku menghebat, untungnya aku sudah memposisikan perseneleng di posisi netral dan setelah itu aku gak ingat apapun," lanjutnya sambil menunduk dan memilin tangan dipangkuannya. Tak terasa, butiran kristal meleleh di pipinya yang tirus. Jordy mengulurkan tisu yang sudah tersedia.
"Maaf udah merepotkan dan terima kasih sudah menolong ku," tambahnya pendek sambil beringsut mengusap lelehan ingus & air mata yang tak henti mengalir. Tangisnya ditahan sebisa mungkin agar tidak pecah. Hanya isak perlahan yang dikeluarkan. Dia tidak ingin cengeng dan tampak lemah di hadapan orang lain.
"Gadis ini memang berkata jujur. Dilihat dari setelan kerjanya sepertinya dia tidak pulang semalam," batinnya sambil matanya menelisik pakaian khas kantoran yang masih melekat sejak pagi tadi.
"Menangis lah dengan kencang kalo itu bisa membuat mu bernafas lega!" Aku gak tau kondisi yang sebenarnya tapi aku memahami situasinya dan gak akan mentertawakan kamu!" tukas Jordy penuh simpati.
Mendapat izin dari pria tersebut, jebol lah pertahan yang selama ini ditahan. Alexa diajarkan papanya cara menguasai diri terhadap kondisi apapun. Penguasaan emosi mutlak diperlukan sebagai pebisnis dan ahli waris Wiyana Corp. Tidak memperlihatkan kelemahan dan kekurangan diri di hadapan lawan bila tidak ingin dilibas, begitu papanya menasehatinya.
Tapi pria ini bukan lawan bisnis maka tidak perlu menutup diri dan pura-pura kuat! Dan kondisi sang papa yang masih berbaring tak berdaya adalah kelemahannya yang terbesar. Kala mengingat itu semakin pecah lah tangisannya.
Jordy tidak tahu mesti bagaimana menghadapi wanita yang sedang menangis.
"Mami orangnya ceria dan dari kecil gue gak pernah melihatnya menangis bahkan saat oppa meninggal pun mami gak ngeluarin setetes air mata pun, begitu pun Elena. Serumit apapun dia tidak pernah melihatnya menangis semenyayat ini! Duhhh jadi bingung juga ngehadepinnya. Gue mending berantem deh daripada ngeliat cewek nangis," batinnya.
Itu sebabnya dia sangat mengagumi Elena. Saking serba salahnya, dia berinisiatif menepi kan kendaraannya dan masuk ke SPBU yang memiliki halaman cukup leluasa untuk menberikan ruang agar gadis ini bisa menangis sepuasnya.
"Huuu....huuu....huuu......uhuuuu ....," tangis nya semakin menjadi. Bahunya terguncang. Air mata gadis itu membanjiri pipinya yang mulus melewati anak rambutnya yang halus.
Dia hanya melirik dan badannya menyender ke belakang. Hati nya tergelitik ingin merengkuh bahu yang rapuh tersebut sebagai tanda simpatik tapi diurungkan.
Selain tidak sopan juga gadis itu baru dikenal beberapa jam. Jordy turun dari mobil menuju toilet yang tersedia dan membeli air mineral botol ukuran sedang dua buah dan kembali ke dalam mobil. Dilihatnya si gadis sudah tidak menangis lagi.
"Ini, minumlah!" sodornya ke arah si gadis. Sambil menoleh botol tersebut diterimanya dengan senang hati.
"Terima kasih!" jawabnya singkat sambil memegang botol di pangkuannya.
"Minumlah, kamu lama menangis nanti dehidrasi." Dijawab oleh si gadis dengan anggukkan. Tak lama cairan segar mengaliri kerongkongannya melalui sedotan putih dan Jordy pun ikut minum di sebelah nya.
"Oh ya, kamu laper nggak!?" Aku laper banget nih tadi pagi cuman makan dua potong sandwich doank," rajuknya dengan mimik memelas sambil tangannya mengusap-usap perutnya yang rata.
"Lumayan laper," sahut Alexa pendek.
"Ya udah kita makan siang bareng yukkks, udah waktunya nih. Mau jenis masakan apa?" tanya nya antusias.
"Jepang!" tanggapnya dengan sumringah.
"Wahhh kita sehati nih," jawabnya Jordy dengan santai dan dijawab dengan anggukkan malu.
"Oke let's go!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
ARSY ALFAZZA
like + rate bintang ⭐⭐⭐⭐⭐😇 saling mendukung ya Thor 👌
2021-03-10
0
Mams Nci
mampir..
cukup terkesen..
semangan untuk mu thoor
2021-01-09
0
Ratna Dewita Sari
semangat kk
2020-08-22
0