Pagi itu, pukul 04:30 WIB, alarm menyalak memekakkan telinga dari hape membangunkan tuan muda yang tergolek tak karuan di atas dipannya yang empuk, seempuk marshmellow. Setelah men-dismiss kan hapenya yang nyaring bunyinya, tubuh nya yang dirasa kurang nyenyak tidur bangun dan matanya dikucek perlahan.
Mengenakan kaos putih lengan pendek dan celana kerja hitam yang belum sempat diganti sejenak kemarin, duduk di tepi kasur, sepertinya sedang mengumpulkan delapan nyawanya yang masih melanglang buana entah berantah. Tangannya mengambil gelas tinggi berisi air mineral di samping nakas, gleekk ... glekkk ... glekkk ... satu gelas penuh telah tandas pindah ke perutnya yang berotot.
Tuan muda ini penggila kesehatan dan kebersihan. Dia sangat memperhatikan kebugaran sehingga setiap nutrisi yang akan masuk ke dalam tubuhnya sangat diperhitungkan, saking freeknya, dia sampai merekrut ahli nutrisi dan personal trainer untuk memantau kesehatannya. Salah satu nya adalah rutin mengkonsumsi air bening minimal 8 gelas sehari. Makan di pinggir jalan, oho no way, gak ada dalam kamusnya tuh.
Jordan Alvero, putera mahkota kerajaan bisnis ALVERO atau yang biasa disapa Jordy, di usia nya yang menginjak 26 tahun, telah memiliki segalanya. Orang tua bilioner, karir yang prestisius sebagai Manager Perencanaan, saldo tabungan yang tidak habis tujuh turunan, pewaris bisnis, tampang rupawan dengan tinggi 185 cm berat 75 kg dan lain sebagainya merupakan impian para pemuda seusianya dan digilai oleh jutaan kaum hawa.
Lima belas menit kemudian tubuhnya berdiri beringsut ke toilet untuk mandi pagi. Setelah ritual mandi pagi beres, berpakaian necis keluaran label LV sambil mematung di depan cermin di ruangan walking closet sebelah kamar. Lengkap dengan dasi warna karamel, setelan jas lengkap dengan warna senada, ikat pinggang cokelat, sepatu dan kaus kaki warna moka semua dengan merek yang sama, tidak lupa menyemprotkan Tom Ford seri tobaco oud au de parfume dari sekian koleksi parfume yang di ambil dari lemari di pojokkan dekat lemari pakaian, ke seluruh tubuh, oh ya, tak lupa jam tangan Rolex kesayangan serta HP.
Wajahnya didekatkan di cermin setinggi dua meter, dia memperhatikan pipinya yang sedikit memerah akibat tamparan keras papinya. "Hmmm .... lumayan keras juga tamparan papi, masih ada sedikit merah, tapi lumayan lah agak memudar, tinggal dikompres sedikit lagi ntar juga ilang," gumamnya.
Tidak berapa lama, badannya berbalik menjauhi cermin dan keluar ruangan.
Sambil mengancingkan lengan baju panjang dan jas yang diselipkan di tangan kiri,
kakinya menuruni anak tangga, antara pipi dan bahunya menempel hape yang
sedang memanggil nomor salah satu sahabatnya yang bekerja di perusahaan
yang sama, Ivan, nama yang terpampang di layar ponsel.
Saat melintasi meja makan, dilihatnya sang mami tercinta sudah rapi dan cantik sedang menata meja dengan aneka hidangan dalam jumlah secukupnya dan buket mawar putih di vas kristal di atas meja marmer hitam nan elegan.
"Morning mih!" sapanya riang seolah kejadian kemarin tak berbekas sambil mendekat hendak mencium pipi wanita tersayangnya yang biasa dilakukan setiap pagi.
Tubuh Nyonya Miranda menghindar, pura-pura tak mendengar. Hatinya masih dongkol atas kejadian semalam.
"Masih marah yah mih?" tanyanya sedikit hati-hati, biasanya sang mami langsung menyodorkan pipi nya yang putih mulus.
"Auuu....ahhh gelappp....," lengos mami sambil terus membuat sandwich.
"Baiklah kalo begitu," jawab anaknya sendu.
"Ntar kita ngobrolnya, Jo buru-buru nih ke kantor, dah mami," sambil mengambil dua potong sandwich dan membungkusnya dengan tisu kue.
CUP .... secepat kilat mencium pipi sang mami yang masih kinclong karena perawatan laser tanpa bisa dihindari.
"Huhhhh kecolongan dwehh," cemberut sang mami tanpa berkata apapun sambil melihat tubuh puteranya menghilang dari ruangan.
Nyonya Miranda Alvero walau tidak ahli memasak namun setiap pagi selalu menyediakan sarapan ringan dari tangannya untuk dua lelaki kesayangannya.
Untuk makanan berat, mempercayakan pada chef kepercayaan keluarga di dapur besar. Walaupun banyak para maid siap melayani, untuk ritual satu itu tetap terjaga dari saat muda hingga saat ini.
Hal ini yang membuat tuan besar dan tuan muda Alvero sangat mengagumi dan sayang padanya. Walau seorang sosialita namun tidak melupakan perannya sebagai seorang ibu rumah tangga. (Hmmm perlu dicontoh yah girls).
Biasanya, setelah kedua jagoannya beraktivitas, kegiatannya rutinnya menghadiri acara sosialita, yayasan amal, salon dan klinik kecantikan serta spa bersama kaum elit sosialita ibu kota. Yah, sebagai isteri dari bilioner haruslah berpenampilan uptodate jangan sampai kalah dengan daun muda. Maklum, para pelakor sedang marak betebaran siap mencengkeram kuku hi hi hi
"Halooo .... woiii," sahut suara di seberang.
"Nyet, lo di menong?" tanya Jordy sampai keluar rumah menyapa hangat sahabatnya sekaligus rekan kerjanya.
"Di mmumah buy, mawa di papar," sahut Ivan tergagap karena mulut nya penuh oleh nasi goreng buatan ibunya. Soalnya kalo gak segera diangkat, si bos kecil ini akan terus menerornya. Buru-buru menelan sisa kunyahan dan meminum air bening.
"Woiii .... yang jelas ngomongnya!" tanya Jordy terus melangkah.
"Gue di rumah, cuy, masa di pasar jam segini," sahut Ivan jelas.
"Ya, weiss, gue otw, ketemu di ruangan gue," balas Jordy sambil menyalakan mesin.
Tak berapa lama mobil sport hitam meraung memasuki jalan raya yang masih lengang.
Tak lama setelah puteranya berlalu, tuan Edward pun telah rapi dengan setelan jas biru dongker, sepatu hitam keluar dari kamar utama. Asisten pribadi, Leon, setelah membungkuk hormat pada tuan muda yang berpapasan di luar, masuk ke ruangan dan mendekati tuan besar, setelah membungkuk hormat lantas menerima tas kerja. Jam duduk menunjukkan pukul 06:30 WIB.
Dihampiri isterinya yang berada di ruang makan, Nyonya Miranda mengenakan kemeja berenda putih dan rok krem, appron menggantung di badannya yang semampai, riasan wajah tipis serta rambut yang diikat karet warna mas. CUP .... ritual pagi tuan besar untuk nyonya besar tersayang.
"Dah rapi pih, tumben, gak sarapan pagi!?" tanyanya setelah melihat sang suami tampak rapi dan elegan. Biasanya belum memakai jas dan dasi saat sarapan, sambil tangannya sibuk membuat sandwich daging asap.
"Si Jordy juga pagi banget udah pergi ke kantor dan membungkus sarapan," sapa sang isteri sambil terus sibuk menyiapkan hidangan.
"Mau sarapan berat pih!?" tanya Nyonya Miranda pada suaminya yang mendekat ke arah meja makan.
"Gak Mih, makan makanan ringan aja, soalnya kita mau rapat intern makanya agak pagian!" tolak papi halus sambil mencium pipi mami.
"Di makan di mobil aja, papi ada omongan dengan Leon, sebelum rapat di mulai jam 10:00, masalah mencari kandidat untuk perjodohan," jawabnya sambil mengerling mesra pada isteri tercinta.
"Wahhh, serius pih, pokoknya mami dukung 100% dwehhh hi hi hi," balas nyonya besar terkekeh dan matanya berbinar karena idenya diterima. Dilihatnya Leon sang Aspri berdiri tak jauh dari ruang makan.
"Nih, sandwichnya dan juga untuk Leon. Biar cumungut ngobrolnya," sambil mencium pipi suami nya.
"Hah, cumungut apaan tuh?" sambil memberikan pipinya untuk dicium sang isteri.
"Ya, elah pih masa gak tau, itu semangat bahasa gaulnya," sambil balas mengerling.
"Hadeuhhh, dasar isteri gaol," sahutnya sambil menggelengkan kepala. "Ya, udah papi berangkat, assalammualaikum," pamitnya sambil melambaikan tangan ke arah nyonya, sambil mencium kening.
"Waalaikumsalam," jawab nyonya Miranda sambil berdiri di teras sambil diikuti dua baris maid yang berderet kanan kiri. Tak lama Mercedes E-Class keluaran terbaru keluar dari pagar otomatis dan melesat membelah kepadatan ibu kota.
Di dalam kabin mobil ....
"Leon, carikan aku, beberapa kandidat nona muda baik dari relasi bisnis Alvero maupun bidang lain. Pokoknya the best of the best di bidangnya!" sambil menatap tajam ke arah asisten pribadinya (aspri).
"Untuk tuan muda kah?" tebak nya to the poin, sambil melirik di spion dalam. Leon adalah asisten handal dan terpercaya selama tiga puluh tahun kiprahnya di dunia bisnis. Sudah lima belas tahun Leon bekerja pada tuan Edward Alvero.
Di usia nya yang ke 33 tahun dia sudah menguasai berbagai taktik bela diri, menguasai lima bahasa asing dan bisa menghandle segala administrasi tuan Edward apabila berhalangan hadir. Lulusan bidang administrasi dan linguistik di Inggris. Boleh dikata, satu orang Leon sama dengan 30 orang karyawan Alvero Corp. Dengan orang handal semacam Leon, tuan Edward mampu merambah bisnis ke manca negara yang selama ini sulit ditembus oleh pelaku bisnis lokal.
"Seperti biasa, kamu mampu menebak apa yang kupikirkan," jawab tuan Edward sambil tersenyum. "Aku ingin menjodohkan dengan wanita yang memiliki kriteria di atas standar dari perempuan yang dikuasainya saat ini," dengan senyum meradang.
"Cari nona muda yang memiliki masalah yang terjadi pada orang tua nya baik masalah finansial maupun non finansial. Uang bukan masalah untukku, asalkan dia mau menikah dengan anakku dan mampu mengusir keberadaan perempuan yang gak jelas asal usulnya dari kehidupan Jordy," perintahnya tegas.
Masih berbicara via spion, "Apakah wanita yang memiliki kemampuan menggeser eksistensi wanita tersebut dalam hati tuan muda!?" tukas Leon telak mengena di hati.
Terhenyak lah hati tuan besar mendapatkan pernyataan aspri nya yang lugas.
"Apa ada kah!?" mengulang pertanyaan seakan mustahil.
"Mungkin saja ada tapi mahal dan perlu waktu," jawab Leon via spion.
"Tak masalah, pakailah waktu sesuka mu, berapa lama yang kau butuh kan, seminggu ... dua minggu!?" tanya tuan besar.
"Berikan aku waktu satu bulan untuk membawa nya ke hadapan tuan tapi syarat nya aku tidak mau diganggu atau menjadi aspri Anda. Aku akan meminta Uncle Fred untuk mencarikan pengganti ku!" jawabnya.
"Baiklah, segera eksekusi," sambil tersenyum tipis.
"Roger, Sir!" sambil menempelkan dua jari di keningnya tanda setuju.
Uncle Fred adalah mantan Asisten Pribadi tuan Edward saat memulai debut bisnisnya estafet dari ayah tuan Edward di tanah air di usia 25 tahun.
Oh ya, dia berkebangsaan Amerika. Dia adalah mantan tentara perang Afghanistan yang terluka. Karena suatu insiden menyebabkan salah satu tangannya cidera dan menyebabkan tremor. Untuk seorang prajurit di lapangan, ketidak mampuannya mengangkat senjata dan membidik dengan tepat, merupakan kesalahan yang sangat fatal yang berujung pada kematian. Bukan saja becana bagi dirinya juga bagi sekitarnya.
Dia mengundurkan diri secara terhormat dari kesatuannya. Setelah itu beliau lari ke Australia dan akhirnya terdampar di Pulau Bali. Di sana, dia bertemu dengan isterinya, menikah dan memiliki tiga puteri. Leon adalah keponakan dari isterinya yaitu putera dari adik isterinya yang menikah dengan pria berkebangsaan Australia. Mereka memiliki tiga putera dan Leon adalah anak kedua. Karena ingin memiliki putera maka dia mengadopsi keponakannya.
Uncle Fred mengadopsi Leon sebagai putera nya dan tetap memanggilnya Uncle. Di bawah asuhannya, Leon dididik secara militer dan diturunkan taktik militer super canggih, strategi dan penguasaan senjata. Uncle Fred direkrut oleh tuan Edward sendiri setelah melihat aksi heroik saat tuan Edward diculik oleh lawan bisnis ayahnya.
Dia menyelamatkan nyawa tuan Edward seterusnya terjalinlah pertemanan dan kerjasama sebagai atasan dan asisten pribadi. Dia memboyong seluruh kelurganya termasuk Leon kecil atas dukungan tuan Edward. Dan lima belas tahun yang lalu Uncle Fred pensiun dan aspri tuan Edward diteruskan putera angkatnya Leon.
Uncle Fred membuka usaha jasa bodyguard, security dan asisten pribadi dengan basis militer serta pengetahuan administrasi modern. Salah satu pemodal mayoritas adalah tuan Edward. Semakin lama berkembang dan sebagian menjadi pasukan underground yang terus melebar tidak hanya di dalam maupun luar negeri. Itu sebabnya akses menuju pasar internasional begitu mudah ditembus dan tuan Edward adalah salah satu Big Boss Underworld.
Di tempat lain di rumah sakit ....
Seorang wanita berparas cantik, tubuh tinggi semampai dengan tinggi 170 cm, berat 58 kg, kulit putih kemerahan, rambut lurus berwarna hazel dan mata sewarna madu cerah. Mata indahnya yang dihiasi bulu mata panjang nan lentik serta halus tebal mengerjap indah. Tangan jenjangnya menggeliat hingga blouse cream berpita hitam terangkat sedikit. Yah, semalaman gadis cantik ini berjaga bersama tante dan omnya.
"Lexa, sebaiknya kamu pulang istirahat di rumah. Seharian kamu tidak tidur sepulang kerja. Biar tante Vera dan Om Wisnu yang menjaga papa mu. Sebentar lagi Om Herman dan Tommy akan aplusan," saran tantenya sambil mengusap lengan Alexa.
"Gak apa apa, tante, Lexa ingin nemenin papa," tolaknya halus.
"Gak apa-apa, Nak! Kamu mesti kerja, ingat kamu adalah CEO! Kamu adalah pemimpin untuk mereka. Kalau gak ada kamu, mereka itu ibarat anak ayam kehilangan induknya! Perusahaan itu, adalah peninggalan ayah & ibu mu," bujuk tante Vera dengan lembut sambil kedua tangannya menangkup kedua pipi nya tampak tirus.
"Lihat, pipi mu ini, beberapa bulan yang lalu masih ranum seperti mangga gedong kesukaan mu," sambil tersenyum dan menggoyangkannya dengan gemas seperti ke anak kecil. Entah, mengapa perkataan tante bungsunya bagai kan oase di padang yang tandus.
Alexa, ditinggal oleh ibunya di usia 9 tahun. Bersama papanya mereka bahu membahu mengarungi hidup yang kejam ini berdua. Mahesa Wiyana adalah ayah dari Alexa.
Paska kematian mama Alexa, beliau tidak menikah lagi dan fokus membesarkan anak dan usaha yang dirintis oleh mendiang isterinya. Papa Mahesa selalu membawa Alexa kemana pun pergi, terkadang harus home schooling bila singgah di suatu daerah kerja. Dia tidak mudah percaya orang.
Dahulu, perusahaan belum berkembang seperti sekarang. WIYANA CORPORATION adalah perusahaan yang fokus di bidang jasa konstrusi. Bekerjasa dengan pemerintah seperti membuat jalan, jembatan, sekolah dan lainnya, kemudian merambah bisnis property dari mulai membangun rumah tipe kecil dan sangat sederhana kemudian hotel. Ya, Mahesa Wiyana dan mendiang isterinya adalah arsitek dari universitas yang sama.
Setelah Alexa masuk menggantikan ayahnya, lini bisnis merambah pada jual beli apartemen, pembangunan cluster pemukiman menengah ke atas dan hotel. Dengan mengkombinasikan produk serta managemen administrasi yang baik, dipercaya akan menghasilkan tingkat kepuasan konsumen dan efisiensi biaya yang maksimal.
Memang tidak sebesar dan sekokoh Alvero Corp namun perusahaan dengan karyawan 300 orang dengan aset kurang dari satu triliun mampu menghidupi dan membuat tersenyum karyawan yang dinaunginya serta banyak menyabet penghargaan dalam bidang desain serta managemen yang excelent.
Dengan kepemimpinan Alexa, aset dan laba semakin neningkat, tidak salah Mahesa Wiyana sebelum terbaring sakit nenempa Alexa menjadi pebisnis yang brilian di usia nya yang belum genap 19 tahun. Mahesa Wiyana yang berprofesi arsitek bersama isteri, Alycia Josephine Eyckerman yang berdarah asli Amerika bahu membahu mendirikan perusahaan.
Mereka bertemu di Amerika saat Mahesa Wiyana muda mengenyam pendidikan dan bekerja paruh waktu di sana. Isterinya adalah teman satu kampus. Di sana lah cinta mereka bersemi. Mereka menikah sebelum lulus kuliah dan lahirlah Alexa Eyckerman Wiyana sebagai buah cinta mereka. Setelah mendengar petuah yang menyejukkan dari tantenya, Alexa bangkit dari duduknya.
"Aku harus kuat untuk papa dan para karyawan yang menggantungkan hidupnya pada Wiyana Corp," desisnya perlahan pada diri sendiri.
"Ya udah, tante Alexa pamit dulu. Pokok nya informasi sekecil apapun mengenai kondisi papa ... so ... pritty pliiizzz kasih tahu Lexa," mata indahnya memohon sambil memelas.
"Duh siapa sih yang bakal menolak tatapan selucu guguk poodle, bulat dan besar. Iya ... iya ... anak cantik pasti dihubungi, ayo cepat pulang ganti baju dan maem," jawab tantenya gemes sambil mencubit halus pipinya.
"Aku mau pulang ganti baju dan mandi sebelum ke perusahaan."
Sambil mencium tangan tante dan omnya, akhirnya gadis itu beranjak walau dengan berat hati. Selama perjalanan ke parkiran, Alexa mendial nomor yg ada di Whatsapp di searching C, Cindy.
Yap, Cindy adalah sepupu sekaligus asisten pribadinya, putera dari adik pertama papa Mahesa. Walau usia lebih tua Cindy yg saat ini berusia 24 tahun tapi secara hierarki adalah 'adik' bagi Alexa. Cindy lah yang menghandle kerjaan bersifat administrasi ringan saat gadis tersebut tidak ada di tempat.
"Lex, sahut suara di seberang hp." Elo
dimana!?" tanyanya dengan suara khawatir.
"Gue ada di rumah sakit nungguin papa. Ada tante Vera dan Om Wisnu juga yang jagain papa dari kemarin," jawabnya.
"Oh ya, gimana Wawa Esa kondisinya, sorry aku belum jenguk lagi," sahut Cindy dengan nada menyesal.
"Iya Cind, ga pa pa, ntar kita sama-sama aja menjenguknya, kondisi nya belum stabil belum bisa operasi nunggu tekanan darah nya turun."
"Oh ya Cind, gue mau pulang dulu ke rumah, ganti baju lantas ke kantor, yah agak siang sekitar jam satu gue balik ke kantor, kepala agak pening nih," pintanya sambil memijit kepala nya berdenyut.
"Okey Bos, tar gue kabari kalo ada apa-apa!"
"Eia, apa lalat-lalat supplier itu masih berkeliaran di kantor," tanya Alexa masih terus memijit kepala yang sakit.
"Tenang aja bos, hari ini gak ada satu pun batang idungnya keliatan," jawab Cindy.
"Bagus lah! Cind, dah dulu yah, gue dah sampe di parkiran. Ampe ketemu siang," pamitnya dan klik tombol percakapan telah berganti ke layar semula pertanda percakapan telah usai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
ARSY ALFAZZA
like like 👍🏻
2021-03-10
0
Sept September
jempol buat Kakak
2020-07-28
0
juju
Hai kak semangat ya udah aku like
dapat salam juga dari Lelaki Pilihan Elena
Yuk mampir
2020-06-19
0