Di Ujung Peluru 4 ( Next Generation )
Bang Dewa duduk menyendiri di sudut gedung. Seragam kebesarannya sudah berantakan, dengan cepat ia menghapus air matanya. Sang kekasih hati telah menikah dengan seniornya. Bang Dewa sendiri tidak tau kapan sang kekasih menjalin hubungan dengan seniornya padahal selama ini hubungan mereka baik-baik saja bahkan sudah menyiapkan foto guna pengajuan nikah berdua.
"Aku paham sakit hatimu Wa. Tapi sudahlah, jangan berlarut dalam kesedihan. Lebih baik semua terjadi sekarang daripada kamu tau setelah pernikahan atau mungkin yang lebih parah, Melani berselingkuh saat kalian sudah menikah." Kata Bang Rawa.
Bang Sadewa memang adalah rekan satu litting Bang Rawa. Mereka sudah sangat dekat bahkan Bang Seba Abangnya Bang Rawa pun juga sangat dekat dengan Bang Dewa.
"Iya Wa. Sudah jangan di sesali. Perempuan di dunia ini tidak hanya Melani saja." Kata Bang Seba.
"Tapi di hatiku hanya ada Melani saja Bang. Sumpah hatiku sakit sekali. Aku tidak tau kalau Melan dan Bang Tono saling mengenal. Aku tidak tau kapan mereka menjalin hubungan. Bahkan hatiku rasanya terhantam kuat saat mendengar kenyataan bahwa Melan sedang mengandung anak dari Bang Tono." Jawab Bang Sadewa.
Bang Seba segera memeluk juniornya itu. Ia pun merasa ngeri, tak sanggup membayangkan sepuluh tahun menjalin hubungan namun semua hancur sia-sia. Wanita yang di jaga sepenuh hati dan sepenuh jiwa malah melabuhkan hatinya pada pria lain.
"Abang mungkin tidak akan sekuat, sesabar dan setabah hatimu Wa. Tapi inilah perjalanan hidup manusia. Ilmu ikhlas tidak semua orang memiliki, semoga setelah ini kamu mendapatkan pengganti Melani.. yang pastinya baik budi, sholehah, bisa di didik dan mampu menenangkan hati." Bujuk Bang Seba.
"Baaang.." terdengar suara Mbak Raya memanggil Bang Seba. Istri seniornya itu sedang hamil enam bulan, tak terlihat anak pertamanya dan yang pasti sedang berada dalam asuhan Opa dan Omanya.
"Ada apa sayang? Mau pulang sekarang?" Tanya Bang Seba sembari mengusap perut Mbak Raya.
Bang Dewa menunduk, sungguh selama ini jiwanya memang sudah ingin memiliki momongan namun impiannya tak akan pernah terjadi karena wanita yang di cintainya sudah bersama pria lain.
Saat masih terbawa arus pikirannya sendiri, suara MC menyerukan bahwa pengantin akan melempar bucket bunganya. Baru saja pandangan terarah pada MC, tak di duga ada seorang gadis melompat di atas pangkuannya.
"Weeeehh.. opo iki?????" Pekik Bang Dewa yang sama sekali tidak siap.
Bang Seba sigap menarik tubuh Mbak Raya agar tidak menghantam tubuh yang tiba-tiba melayang.
Bruuugghhh..
"Lailaha Illallah.. Astagfirullah..!!" Bang Dewa tidak bisa bergerak karena gadis itu menindih tubuhnya tanpa ampun.
"Aduuuhh badanku sakiiiit..!!!"
Melihat kegaduhan itu Bang Rawa menarik tubuh gadis itu.
"Kamu ini kenapa?? Ini acara nikah, bukan outbound..!!!!" Tegur keras Bang Rawa pada Sabian adik bungsunya.
"Bian mau ambil bunga ini..!!" Bian menunjuk bunga yang ternyata juga ada dalam genggaman tangan Bang Sadewa.
"Ini bungaku..!!!" Pekik Bian.
"Ambil semua..!!!!! Bunga bangkai begitu saja di ributkan. Dasar perempuan aneh." Bentak Bang Dewa.
"Jangan kasar begitu..!! Kalian dapat bunga ini bersama-sama. Takutnya benci berubah jadi benar-benar cinta." Ledek Bang Seba.
"Ogaahh..!!"
"Malaaass..!!" Sambar Bian.
Bang Seba dan Bang Rawa tersenyum geli melihat sahabat dan adiknya ribut padahal mereka berdua belum saling mengenal.
:
Bang Tono yang tidak tau apa-apa tentang hubungan Melani dan Bang Dewa masih stay cool dan menyambut para rekan yang membantu acara pedang pora termasuk Bang Sadewa.
"Terima kasih atas bantuannya ya. Tadi siapa ya yang dapat bucket bunganya. Sadewa ya??" Tanya Bang Tono.
"Siap Bang..!!" Jawab Bang Dewa tidak bersemangat.
"Malam ini di bawa nggak calon Nyonya?" Tanya Bang Tono lagi.
Bang Dewa bingung sendiri, hatinya masih berantakan tapi ia pun tidak ingin terlihat culun di hadapan rekan yang lain. "Siap.. di bawa Bang." Tanpa persiapan dan kesiapan apapun Bang Dewa menarik lengan Bian yang sedang meneguk soft drink berwarna merah. "Ijin.. ini calon saya Bang. Bulan depan juga akan menikah."
Sontak Bang Rawa dan Bang Seba refleks ikut mendampingi Bang Dewa yang sudah kacau balau dengan segala tindak tanduk nya yang pastinya tidak sempat di pikirkan secara matang.
Bang Tono berusaha menebak di balik ingatannya yang kabur. "Lho.. ini bukannya adiknya Bang Seba dan Rawa??"
jdeeerrr..
Mata Bang Dewa melotot. Sungguh saat ini rasanya Bang Dewa tertimpa berbagai macam masalah yang bertubi-tubi.
"Iya, Bian adik kandung saya..!!" Jawab Bang Seba.
"Waduuuhh..!! para rekan semua, catat ya.. bulan depan kita bantu acara pernikahan Dewa dan Bian.. adik dari Kapten Sabda." Kata Bang Tono menyerukan pada seluruh rekan bahkan Danyon dan Dan Markas ikut mendengar, lebih parahnya lagi ada Panglima tingkat wilayah juga mendengar sembari menggendong batita laki-laki yang pastinya putra dari Kapten Sabda Palinggih.
Seketika kaki Bang Dewa lemas. Wajahnya pucat pasi. Matanya melirik Bang Seba yang ternyata sudah meliriknya dan lagi Bang Rawa juga sudah menatapnya penuh ancaman.
"Sekarang mau apa kau Le??" Tegur Bang Seba.
Kesadaran Bang Dewa masih belum seutuhnya genap tapi dirinya harus kembali di kagetkan oleh sebuah hantaman.
"Aduuhh.. apa??" Tanya Bang Dewa.
"Gaunku basah..!!!! Bagaimana ini?? Apa di bongkar disini?????" Protes Bian.
Bang Dewa menarik nafas panjang melihat gaun di bagian dada milik Bian memang basah terkena soft drink berwarna merah.
"Iyaa maaf, jangan marah disini. Nggak enak sama Papamu, Abangmu sudah melotot tuh..!!" Bisik Bang Dewa kemudian melepas jas kebesarannya.
"Paaa.. Mas Dewo mau ngintip Biaaann..!!" Teriak Bian.
Untuk kesekian kalinya refleks tangan Bang Seba dan Bang Rawa sedikit memundurkan posisi Bang Dewa agar menjauh dari adiknya.
"Sumpah aku nggak ngintip Bang, hanya mau kasih jas ini ke Bian saja." Kata Bang Dewa mulai panik.
Langkah tegap Papa Sanca pun mengarah ke Bang Dewa.
"Sejak kapan kamu ada hubungan dengan putri saya?? Setau saya Bian tidak punya pacar." Tegur Papa Sanca.
Bian tersenyum nakal, keusilannya memang sudah tidak di ragukan lagi.
"Sudah lama sih Pa, Mas Dewo sering nginap di kostnya Bian." Jawab Bian asal.
Seketika Bang Seba dan Bang Rawa menepuk dahinya tidak bisa mencegah ucap fatal yang keluar dari mulut Bian.
"Apaaaaaa???????? Kamu menghadap saya sekarang juga Wo. Nggak usah tunggu satu bulan. Malam ini juga kalian nikah...!!!!!!" Perintah Papa Sanca yang sudah terlalu geram.
Baru kali ini dan di saat seperti ini Bian terdiam seribu bahasa. Dirinya luar biasa panik dan syok hingga jantungnya nyaris berhenti berdetak.
"Siap.. laksanakan Dan." Jawab Bang Dewa tegas dan mantap.
Jauh di sudut yang lain Melani menatap Bang Dewa dengan wajah datar.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Mira Lusia
hadir mbak nara..aku tuh kalau buka profilnya mbak nara jadi bingung mau baca yg mana dulu..pengennya sih yg nyambung sama karya mbak nara yg sebelumnya aku baca gitu..semangat berkarya ya mbaakkk..🥰
2024-09-29
0
Al Fatih
aq mampir lagi ka Nara,, d karyamu yg slalu bikin aq tidur ga nyenyak,, jangan bosan yaaa
2023-11-23
1
Iis Cah Solo
terimakasih mba nara sudah mulai berkarya lagi...🙏🙏🙏💪💪💪💪😍😍😍
2023-09-02
1