5. Memperbaiki hubungan denganmu.

Bian tertegun melihat cara Bang Dewa membela dirinya. Tangisnya pecah, ia berdiri dan memeluk Bang Dewa.

"Biar orang memandang Bian wanita rendah, asal suami Bian tidak pernah memandang rendah."

"Apa katamu????? Aku yang akan menghidupimu, aku yang akan mencintaimu, dan aku juga yang akan melindungimu seumur hidupku. Aku tidak akan membiarkan siapapun merendahkanmu karena kamu istriku..!!!!!!" Bentakan Bang Dewa membuat nyali siapapun ciut mendengarnya.

Bang Dewa teringat akan mimpinya saat itu. Mimpi saat melihat Bian tidak mengenakan pakaian dan kini ia merasakan sakit itu terus menusuk batinnya. Sakit itu malah terasa lebih sakit daripada melihat Melani menikah dengan Bang Tono. Ada rasa tidak rela dan tidak ikhlas saat istrinya di permalukan seperti tadi. Air matanya menetes namun ia segera menghapusnya.

"Ndhuk.. cah ayu, jangan banyak pikiran. Kasihan bayi yang ada di dalam kandunganmu..!!" Bujuk ibunya kemudian membawa Bian ke dalam kamar sebab ia tau putra keduanya akan kembali menghajar putra pertamanya tanpa ampun seperti biasanya.

:

"Jangan berpikiran macam-macam. Mas Dewo itu pria yang lembut, dia sangat sabar. Hanya mulutnya saja yang terkadang sangat tajam. Ibu tidak sedang membela anak ibu, tapi Mas Dewo bukan pria yang mudah ingkar janji."

Bian memeluk ibu mertuanya. Ia menangis seakan menumpahkan perasaan yang begitu menumpuk di dalam hatinya.

"Ada apa? Katakan sama ibu. Ibu akan mendengarkan semua, bagi ibu.. Bian juga adalah putri Ibu sendiri." Kata ibu menemani Bian di kamar.

"Ibu, terus terang kami menikah karena tidak ingin ada proses pacaran." Alasan Bian agar tidak terlalu kaku dan membingungkan. "Mungkin bisa di bilang hati kami masih sama-sama mengambang. Mas Dewo belum tentu cinta sama Bian. Bian juga belum bisa sayang sama Mas Dewo." Ucap jujur Bian mengakui semua. "Maaf Bu.. maafkan Bian."

"Owalaah ndhuk, Bian adalah gadis yang sangat baik yang pernah ibu temui. Langkahmu sudah benar, ikhlas menjadi kunci segalanya namun keikhlasan itu hanya kurang sedikit lagi. Legowo dan pasrah dalam menjalani pernikahan. Dulu ayah dan ibu juga di jodohkan namun kami bisa hidup bahagia hingga saat ini. Nanti saat perutmu sudah terlihat. Anak ini sudah lahir ke dunia. Pasti cinta itu akan semakin besar." Dengan sabar ibu menasihati Bian. "Ibu tau Bian mungkin masih berat bersama Mas Dewo, berbagi ranjang bersama juga berbagi keringat bersama, tapi ingat ndhuk.. jika seorang wanita membuka tubuhnya untuk suami sahnya.. maka Allah menjamin bahagiamu. Jalan karena Allah tidak akan membuatmu sakit..!!"

Bian mengangguk mendengar nasihat sang ibu mertua. "Bian mengerti Bu."

Bang Dewa bersandar meremas dadanya. Ia pun merasakan sakit yang sama seperti Bian karena cinta itu belum ada namun dirinya adalah pemimpin rumah tangga jadi dirinya juga harus tegas membawa kemana arah rumah tangga akan berjalan.

...

Ayah dan ibu melihat kecanggungan di antara anak dan menantunya. Bang Dewa dan Bian saling menunduk, tidak ada komunikasi dan percakapan di antara keduanya. Semua terasa kaku dan berjarak.

"Sebenarnya kalian ini menikah atau tidak??" Tegur Ayah.

"Menikah."

"Menikah yah." Jawab Bian takut.

"Kalau kalian menikah seharusnya tidak begini. Bian kurang manja dan Dewo kurang perhatian. Istrimu sedang hamil, temani kemanapun. Takut terpeleset..!! Do'akan setiap waktu agar jabang bayi di perut istrimu tenang." Tegur Ayah.

"Iya Yah. Maaf..!! Dewo akan lebih perhatian sama istri." Janji Bang Dewa.

"Bian juga. Harus manja sama suami. Hati suami akan lebih tenang kalau istrinya manja. Sebab itu tandanya kami kaum pria masih ada gunanya, masih di anggap ada." Imbuh Ayah.

"Bian ngerti yah. Bian akan berusaha mengubah sikap..!!"

"Itu harus Bian. Berikan ketenangan untuk suamimu. Kunci batin suamimu dan kamu harus mampu..!!!"

Bian mengangguk mendengar nasihat ayah mertua.

Bian kembali menikmati makan malamnya. Sambal, lalapan dengan ikan asin membuat acara makan malamnya kali ini begitu lahap. Ibu mertua tersenyum melihat kesederhanaan menantunya yang sebenarnya memang sangat berkelas.

...

"Ayah dan senang sekali mau dapat cucu Mas." Kata Bian sembari duduk di gubug kecil tengah sawah.

"Iya, nanti kita bilang saja kalau kamu keguguran??" Bang Dewa menghembuskan asap rokok dengan malas.

"Mas bagaimana sih.. perkara seperti itu bukan permainan dan jangan bermain-main soal anak..!!!" Ucap Bian menegur keras ucap Bang Dewa.

"Menurutmu Mas harus bagaimana. Punya istri tapi tidak mau di ajak buat anak. Masa Mas harus memperkosa istri sendiri. Kalau istri tidak mau dan tidak siap apa harus Mas paksa?" Jawab Bang Dewa.

"Ya sudah, demi cucu untuk ibu.. Bian mau." Suara itu lirih namun nyaris tak terdengar.

Bang Dewa tersenyum penuh arti mendengarnya. Namun tidak mungkin ia menunjukkan perasaannya pada Bian.

"Tapi nggak dalam waktu dekat ya Mas. Bian takut." Pinta Bian.

"Memangnya kenapa?"

"Dulu.. pergaulan Bian sangat bebas hingga Bian tau gemerlap dunia malam. Sejak SMP, teman Bian banyak yang menjual diri. Uangnya di pergunakan untuk beli ponsel, sepatu dan untuk menyenangkan diri sendiri. Tepat di suatu hari.. Bian memasang profil di suatu aplikasi, tapi karena Bian masih takut.. teman Bian yang pergi dengan Om-om. Bian hanya menunggu tidak jauh dari hotel itu......" Cerita Bian terhenti mengingat masa lalunya yang kelam.

"Lalu?????"

"Teman Bian kembali kembali dalam keadaan berantakan, dalam sela pahanya sobek, dia berdarah-darah dan........... Kemudian jadi gila. Dia menyalahkan Bian, keluarganya juga masih memberikan teror untuk Bian karena kejadian ini Mas dan masalah ini Bang Seba dan Bang Rawa yang menangani hingga selesai." Cerita Bian pada Bang Dewa.

"Itu masa lalumu. Masa lalu terpahitmu. Sekarang jangan kamu ingat lagi. Yang lalu biarlah berlalu. Semua orang memiliki masa lalu."

"Jika hal seperti itu sangat menyakitkan, kenapa wanita masih mau membuka pahanya?? Bukankah hal tersebut akan di lakukan wanita seumur hidup selama pernikahan."

Bang Dewa ingin bicara namun bibirnya terasa terkunci. Wanita di sampingnya adalah wanita yang sangat pintar tapi juga sangat lugu. Bagaimana bisa kemarin dirinya nyaris merusak malam pertama sedangkan sang istri mengalami trauma parah dalam hidupnya.

"Mas, bisakah kita punya anak tanpa melakukannya. Pakai bayi tabung misalnya." Tanya Bian.

"Dek.. tujuan pernikahan tidak akan pernah tercapai jika kamu melakukannya dengan orang yang salah. Menikah itu berarti kita saling memberi dan menerima, bisa dalam kekurangan juga dalam segala keterbatasan. Katakan jika hatimu sudah siap.. Mas akan ajarkan sebentuk cinta padamu dalam ungkapan yang lain." Jawab Bang Dewa.

"Apakah bisa tercapai sedangkan kita tidak saling mencintai."

"Tergantung.. tergantung perjuangan kita. Apakah ingin lanjut, atau usai sampai disini." Kata Bang Dewa menatap mata Bian.

"Kalau Mas?? Apa keinginan Mas??" Selidik Bian.

Bang Dewa menengadah menatap langit penuh kerlip bintang yang berhamburan di angkasa. "Ingin hidup bersamamu sepanjang hela nafas, hingga tutup usia bahkan jika Tuhan mengijinkan.. selamanya hingga di surga.

"Apa karena ibu?" Tanya Bian dengan ragu.

"Bukan.."

"Lalu karena apa Mas?"

Bang Dewa menghisap batang rokoknya kemudian menghembuskannya asal, ia mengurai senyum penuh arti.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Al Fatih

Al Fatih

kenapa sih Kaka,,ceritamu itu slalu bikin baper aq ☺️

2023-11-23

2

Iis Cah Solo

Iis Cah Solo

sangat menyentuh..😌

2023-09-02

1

🍀 chichi illa 🍒

🍀 chichi illa 🍒

Karena dirimu Dinda ☺️

2023-05-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!