HANINGTYAS (Dia Bukan Benalu)
"AKU MENDING PISAH SAMA KAMU DARIPADA HARUS IKUT KESITU"
Kalimat yang selalu terngiang-ngiang di dalam benak pria yang bernama Adnan itu. Jika mengingatnya, masih terasa tak percaya bahwa perpisahan itu nyata adanya.
"Istriku, tidak ada kalimat lain kah selain itu?" bathin Adnan merenung saat mengingat kalimatnya.
Saat ini Adnan selalu berusaha menuruti semua apa yang dia kehendaki dengan syarat ia tidak melarangnya untuk berkomunikasi dengan putri semata wayang mereka.
Sama halnya dengan orang lain, Adnan juga tidak menginginkan perpisahan ini. Adnan ingin hidup bahagia dan menyaksikan secara bersama-sama perkembangan buah hati mereka secara langsung. Namun, semua sudah terjadi, nasi sudah menjadi bubur, penyesalan seperti apapun akan terasa percuma. Adnan harus menerima kenyataan bahwa ia harus menyandang status duda di usianya yang masih sangat muda.
Ini semua Adnan anggap menjadi teguran untuk hidupnya yang selama ini penuh dengan ketidakbaikan. Inilah resiko yang Adnan terima dari pernikahan yang sejak awal tidak mendapat restu dari kedua orang tua, maupun keluarga besarnya.
Bukan hanya karena sebuah kalimat terus perpisahan ini terjadi, istrinya merupakan anak bungsu yang sangat di manjakan oleh ibunya.
Tak pernah sekalipun ia mendapat teguran atau amarah kecil dari ibunya saat berbuat kesalahan.
Saat mereka masih hidup bersama, Adnan menginginkan mereka hidup mandiri dengan mengontrak untuk sementara, namun, istri dan mertua menolak keras. Mereka tidak ingin tinggal secara terpisah.
Percekcokan dalam rumah tangga semakin sering terjadi tatkala saat itu kemauan istrinya banyak yang belum terpenuhi. Bukan maksud Adnan tidak mau mewujudkan, tetapi Adnan hanya belum mampu dan meminta sang istri untuk lebih bersabar, mengingat pendapatannya kala itu yang masih pas pasan sebagai karyawan bengkel.
Banyak hal yang tak terduga setelah pernikahan terjadi, salah satunya penolakan dari sang istri untuk tinggal terpisah dari kedua orangtuanya., Selama berpacaran, Adnan mengenalinya sebagai sosok gadis yang santun nan bijak.
Tapi, Adnan sebagai suami selalu berusaha, Adnan harus menerima segala hal yang tidak pernah ia sangka dari istrinya
Inilah komitmen Adnan. Ia akan berjuang sampai restu dari orang tuanya ia dapatkan suatu hari nanti.
Hari demi hari, bulan demi bulan
Faktor ekonomi yang menjadi penyebab utama percekcokan sering terjadi, Adnan sebagai manusia biasa ketika pulang dari bekerja mendapat sambutan omelan tentu membuat hati panas. Adnan mencoba bersabar mengingat istrinya yang tengah mengandung dan mereka masih satu atap dengan orang tua.
Tapi, di suatu hari..
Amarah Adnan benar-benar sudah tak terbendung, Adnan spontan mengatakan akan merantau saja agar mendapatkan uang yang banyak, namun, ia justru merespon dengan prasangka yang negatif.
Sang istri malah menuduh Adnan akan mencari wanita lain jika memaksa untuk pergi merantau dan macam-macam prasangka negatif lainnya.
Adnan semakin terpancing emosi dan akhirnya sang istri mengadu kepada ibunya.
Bukan kali pertama ia mengadu, dalam hal apapun ia adukan kepada ibunya dan yang Adnan sayangkan kenapa mertuanya tidak memberi jalan tengah, tetapi malah semakin menyudutkan dirinya.
Jika ditanya soal harga diri, Adnan sudah bagaikan manusia tak punya malu yang masih tetap berada disini. Tapi, rasa cintanya pada sang istri yang tengah mengandung itu tentu tak mudah untuk membuatnya pergi begitu saja.
Sebuah kalimat pedas pernah terucap dari mulut ibu mertuanya, "Jadi suami nggak bisa tanggung jawab"
DEG
Semua telah berlalu, akhirnya istrinya melahirkan putri pertama mereka dengan proses persalinan normal. Adnan tidak bisa mendampinginya, ia hanya menunggu di depan ruangan bersalin karena Adnan sangat tidak bisa melihat darah.
Kepalanya selalu merasa pusing dan perut langsung mual-mual saat melihat darah bercucuran. Rasa itu benar-benar tidak bisa ditahan.
Setelah hadirnya putri kecil di kehidupan mereka, tentu kebutuhan semakin bertambah.
Percekcokan terus semakin sering terjadi, akhirnya wanita itu melontarkan sebuah kalimat pisah, di tambah dukungan dari ibunya.
Awalnya Adnan memohon kepadanya untuk menarik kata-kata itu, tapi, ia berulang kali mengucapkan hal demikian yang akhirnya membuat Adnan mengalah. Ia berharap bisa memberikan waktu pada sang istri untuk menenangkan diri, begitu juga sebaliknya. Kini, ia akan mengupayakan melalui jalan lain.
Akhirnya Adnan benar-benar keluar dari rumah tersebut, ia berharap setelah kepergiannya itu, sang istri merenungkan semuanya dengan hatinya dia yang paling dalam tanpa ikut campur dari ibunya.
Setelah keluar dari rumah tersebut, Adnan memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya. Mereka menyambut Adnan dengan sangat hangat tanpa amarah seperti yang ia khawatirkan selama di perjalanan.
Adnan memohon maaf dan bersimpu di hadapan mereka, ia menceritakan semuanya tanpa ada yang tertinggal. Bunda menatapnya haru, beda dengan ayah yang masih memasang ekspresi tegas. Gambaran dari kebanyakan pria, selalu menyembunyikan kesedihannya di depan anak-anaknya.
"Nan, Ayah dan bunda sudah merestui pernikahan kalian, asalkan istri dan anakmu di bawa kesini." ucap ayah menepuk pundak putranya.
Adnan langsung mendongakkan kepala, seakan tak percaya dengan kalimat yang di lontarkan oleh ayahnya.
"Serius Yah?" tanya Adnan memastikan.
"Iya, Ayah tidak ingin cucu Ayah tumbuh tanpa di dampingi orang tua yang lengkap. Ayah juga tidak ingin mengatur kebahagiaan kamu, karena yang menjalani kehidupan itu bukan Ayah." jawab pria berjenggot itu.
Adnan tersenyum bahagia. Ia berharap sang istri bisa menerimanya kembali dan mereka hidup bahagia disini, di kampung halamannya.
##
Saat malam tiba, Adnan mencoba menghubungi nomor istrinya, ia berharap sang istri belum tidur karena Adnan sudah tidak sabar menyampaikan kalimat yang di ucapkan ayahnya tadi.
Meskipun masih ada ego diantara mereka, wanita itu tetap menerima telepon dari Adnan.
Setelah melepas rindu dengan anaknya yang baru berusia beberapa bulan tersebut, Adnan berbicara dengan istrinya dan menyampaikan apa yang ingin di sampaikan oleh kedua orangtuanya tadi.
Adnan berharap ia menyambut bahagia ucapannya.
Nyatanya...
"AKU MENDING PISAH SAMA KAMU DARIPADA HARUS IKUT KESITU"
Berkali-kali Adnan meyakinkan, mempertanyakan dia dalam kondisi sadar atau tidak, dia tetap menjawab secara sadar memilih pisah dan hidup masing-masing.
Rasanya dunia pria itu runtuh, Adnan sampaikan kepada ayah dan bundanya. Mereka menguatkan dan meminta maaf atas keterlambatan ini.
Setelah itu, Adnan diminta oleh kedua orangtuanya untuk membantu kegiatan mengajar anak-anak mengaji jika sore hari. Sedangkan saat pagi Adnan membantu di toko ayahnya yang cukup besar dan sudah memiliki banyak pelanggan itu.
Bagaimana pun juga, Adnan harus tetap mendapatkan penghasilan untuk mengirimkan kepada istri dan anaknya di sana.
Hingga pada akhirnya, setelah sebulan lebih di rumah, Adnan mendapat tawaran pekerjaan di luar daerah. Kesempatan yang langsung Adnan ambil. Tidak perlu menunggu lama, Adnan berangkat ke lokasi tujuan tanpa memberitahukan kepada istrinya kalau ia merantau.
Adnan bertekat akan berjuang memperbaiki keadaannya, untuk masa depan anaknya kelak.
##
Sudah 1,5 tahun Adnan pergi merantau, selama itu juga ternyata istrinya sudah meresmikan perpisahan itu.
Ya sudah, keputusan ini Adnan terima dengan berusaha ikhlas, yang terpenting ia tidak menjauhkannya dari Maharani, putri kecil mereka.
Bahkan, Adnan mendengar kabar bahwa mantan istrinya sudah memiliki kekasih.
Sebagai manusia normal, Adnan juga pernah mengalami yang namanya rasa ketertarikan ketika melihat perempuan cantik, anggun, atau seksi. Tapi, semua hanya sebatas perkenalan dan pertemanan biasa, atau hanya sekedar kagum. Adnan tidak mau hal bodohnya di masa lalu terulang kembali. Menjalani hubungan terlalu jauh hingga terjerumus dalam dosa yang tidak ringan.
Adnan bekerja sebagai supir pribadi di keluarga bapak Aji, seorang pengusaha sukses dengan 3 orang anak dan istrinya yang cantik. Baginya tidak masalah, apapun kerjaan itu, yang penting halal dan menghasilkan. Apalagi pak Aji menggajinya tidak sedikit, pria itu juga tidak jarang memberikannya bonus.
Jika malam hari, Adnan disini nyambi kuliah, ia ingin hidup lebih baik lagi mumpung umurnya masih muda. Karena kesempatan itu selalu ada untuk mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
gaby
Aq baru gabung thor. Menurutku pernikahan Adnan tll di ikutcampuri oleh kedua ortu masing2. Dan bodohnya Adnan malah ngajak istrinya ikut tinggal sm ortunya Adnan. Di ajak tinggal ngontrak aja ga mau, apalg tinggal 1 atap sm mertua. Hampir smua perempuan menolak tinggal 1 atap sm mertua, termasuk sy. Mending tinggal di kontrakan sepetak drpd tinggal di rmh mewah tp numpang sm mertua. Kaya ga pny harga diri aja.
2023-08-25
0
Fara F
semangat thor💪
2023-05-16
0