Kendaraan yang sangat banyak membuat Adnan harus mengemudikan mobil dengan kecepatan yang sangat rendah. Dari kejauhan, nampak pak Rahman berdiri di pinggir depan pintu kedatangan, Adnan langsung mengenalinya.
Begitu sampai di dekat pak Rahman, Adnan berhenti dan membuka setengah kaca mobil, ia lalu keluar dari mobil.
''Gimana kabarnya Nan?'' tanya pak Rahman mengulurkan tangannya setelah di dekat pria itu.
Adnan langsung membalas jabatan tangan Pak Rahman sembari cengengesan karena seharusnya dirinya yang lebih dulu mengulurkan tangannya.
''Alhamdulillah sehat Pakde, monggo (silakan)'' jawab Adnan mempersilahkan pak Rahman untuk masuk ke dalam mobil lebih dulu karena di belakangnya sudah antri.
Pak Rahman mengangguk.
''Ini Rian suaminya Linda, ini Rehan, ini Tyas.'' jelas pak Rahman mengenalkan rombongan yang dibawanya.
''Ohh, iya iya, Pakde.'' jawab Adnan.
Adnan langsung berjabat tangan dengan satu persatu sembari sekedar bertanya kabar kepada Linda dan Rehan yang sudah ia kenal sebelumnya.
Terakhir, Adnan berjabat tangan dengan Tyas, ntah apa yang ia rasakan, Adnan merasa jantungnya deg-degan, padahal ini pertemuan pertama bagi mereka. Ia memandang wajah gadis itu sesaat, kalau bukan karena gadis itu menarik tangannya, mungkin Adnan tidak akan melepaskan karena tidak sadar.
''Ayo-ayo masuk, sudah ngantri di belakang.'' ajak Adnan salah tingkah.
Adnan menyusuri jalanan yang cukup ramai, banyak kendaraan lalu lalang, seperti biasa jika hari libur, banyak manusia yang keluar rumah untuk sekedar berlibur atau lainnya.
Di dalam mobil, Adnan yang mendominasi obrolan dengan pak Rahman. Saat Adnan melihat kaca di depannya, tak sengaja ia menatap gadis yang duduk tepat di belakangnya. Menyadari mendapat tatapan dari Adnan, gadis itu langsung menunduk dalam.
Adnan menoleh ke samping untuk menyembunyikan senyum tipisnya.
''Kita mampir dulu makan siang ya, biasalah Pakde sesuai perintah pak Bos.'' ucap Adnan dengan nada guyonan.
''Nurut saja, haha'' jawab pak Rahman di ikuti dengan sedikit tertawa.
Adnan berhenti di sebuah rumah makan yang sudah tidak jauh dari kediaman pak Aji.
Rumah makan yang sudah sering Adnan kunjungi juga jika tidak masak. Karena rumah makan tersebut bersebalahan dengan Masjid, maka mereka sekalian melaksanakan shalat dzuhur.
##
''Si Aji baru pulang besok katanya ya?'' tanya Pak Rahman.
''Iya Pakde.'' jawab Adnan.
''Tyas tinggalnya di rumah Aji, 'kan?'' tanya pak Rahman beralih menoleh ke arah gadis yang sedari tadi hanya terdiam jika tidak mendapatkan pertanyaan itu.
''Iya Pakde, katanya begitu.'' jawab Tyas dengan suara pelan.
Adnan langsung membawa rombongan ke rumah pak Aji. Sebelumnya Adnan sudah mengirim pesan ke salah satu ART di rumah pak Aji bahwa ia sudah siap meluncur, maka dari itu saat tiba di kediaman pak Aji, pintu gerbang sudah terbuka lebar.
''Assalamu'alaikum.'' ucap mereka.
''Wa'alaikumussalam, masuk Pakde, Om, Mbak.'' jawab ART-nya yang bernama Marni itu.
Semua masuk sambil menenteng oleh-oleh untuk keluarga bos.
Karena tidak ada kedua bosnya, maka si Mbak Marni yang mengobrol, kebetulan ia sudah kenal dengan pak Rahman yang sering datang kesini.
''Om Adnaaaaan!!'' suara kecil nan melengking itu membuyarkan obrolan mereka.
''Tata sini, salaman dulu dong sama semuanya.'' suruh mbak Marni.
Dengan langkah yang malu-malu dan jari tangan yang dimasukkan ke dalam mulutnya, ia bersalaman satu persatu, setelah selesai langsung lari dan memeluk Adnan manja.
''Oh ya, katanya ada yang mau tinggal disini?'' tanya mbak Marni.
''Oh, iya ini Tyas yang mau tinggal disini.'' jawab pak Rahman menunjuk Tyas.
Tyas mengangguk sembari tersenyum.
Tanpa di sadari, Adnan ikut tersenyum menatap gadis itu.
''Oom dari mana?'' tanya Tata membuyarkan pandangan Adnan.
''Eh, itu Om tadi jemput Pakde di Bandara.'' jawab Adnan yang terkaget.
''Kok Tata nggak di ajak?'' tanyanya cemberut.
''Lihat tuh yang datang 'kan banyak, terus yang di bawa juga banyak, nanti kalau Tata ikut mau duduk dimana coba?'' tanya Adnan balik.
''Duduk sama Om Adnan lah.'' jawab Tata sambil menarik-narik kumis tipis Adnan.
''Ya nggak bisa dong, Om Adnan kan masih nyetir, semalam 'kan udah main, kapan-kapan lagi ya, nunggu perintah dari pak bos.'' jelas Adnan.
''Hah, siapa Om?'' tanya Tata.
''Kapan-kapan kita main lagi kalau di suruh sama papanya Tata, okee.'' Adnan memperjelas kalimatnya.
''Janji ya Om Adnan?'' Tata langsung mengangkat jari kelingkingnya mengajak Adnan untuk berjanji.
''Iya, bos kecil.'' jawab Adnan gemas.
Adnan dan lainnya berpamitan dari kediaman bosnya, kecuali Tyas yang memang akan tinggal di rumah ini.
##
Malam hari, Adnan yang sudah kenal dengan pak Rahman jadi harus menemani ngobrol bersama dengan Rehan, Rian, dan lainnya. Pak Rahman memilih bermalam di mess karena lebih ada teman laki-laki, sementara di kediaman pak Aji yang saudaranya sendiri tidak ada siapa-siapa, kecuali pekerja dan keponakannya.
''Gimana Nan, sudah ada apa belum nih?'' goda pak Rahman.
''Halah Pakde belum ada yang cocok.'' jawab Adnan dengan nada candaan.
''Ya, pelan-pelan saja, biar dapatnya juga yang bener-bener pas.'' ujar pak Rahman.
''Iya Pakde, hehe.'' jawab Adnan kikuk.
Dalam hati, Adnan juga sudah siap untuk move on dengan memiliki pendamping lagi. Namun, selama ini belum ada yang benar-benar membuat hatinya mantap membawa ke pernikahan.
Tiba-tiba pikirannya tertuju pada Tyas, gadis yang baru ia temui hari ini, meskipun katanya mereka berasal dari kampung yang sama. Ia merasakan sesuatu yang berbeda di dalam hati saat menatapnya, seperti merasakan getaran saat melihat gadis yang masih nampak malu-malu itu dengan suasana barunya itu.
Ntahlah......
Malam semakin larut, satu persatu menuju kamarnya masing-masing untuk beristirahat, sementara Adnan masih larut ke dalam pikirannya sendiri. Ada juga beberapa teman lainnya yang masih terjaga di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments