Adnan langsung memarkirkan mobil di garasi belakang, jam 21.00 WIB ia sampai di markas para karyawan yang di sediakan oleh pak Aji, biasa di sebut mess.
"Tidak ada panggilan lagi." gumam Adnan melihat layar hpnya tanpa notifikasi panggilan masuk dari nomor anaknya.
"Mungkin Rani abis mainan terus capek jadi tidur cepet." batin Adnan mencoba berfikir positif.
Adnan langsung bergabung dengan anak-anak lain yang tengah bersantai menikmati malam Minggu. Para laki-laki yang tengah berkumpul saling beradu asap rokok, di hadapannya ada kopi dan juga berbagai macam cemilan.
"Abis apel tempat siapa pak duda?" canda seorang teman yang senior disana.
"Ngapelin anaknya bigboss, haha." jawab Adnan dengan candaan juga.
"Lanjutkan anak muda....." ujar Dika mengacungkan jembolnya.
"Tepatnya pernah muda Bro....." sahut Adnan.
Tumben sekali malam ini tidak ada yang keluar, mereka menghabiskan dengan berkumpul di teras dan membeli makanan ringan sampai larut malam, ada yang hanya sekedar berbincang-bincang, ada yang bermain game online.
##
Pagi hari seperti biasa jika terdapat tanggal merah, meskipun matahari sudah mulai terbit, para penghuni belum ada yang keluar kamar kecuali para wanita yang berstatus istri. Jendela dan pintu masih tertutup rapat, lampu di teras-teras masih menyala, tanda bahwa penghuninya belum ada yang membuka mata.
''WOY WOY!!!!!'' teriak teman sekamar Adnan yang secara tiba-tiba, teriakannya langsung membuat Adnan ikut terbangun karena kaget.
''Kenapa Bro?'' tanya Adnan bingung dan langsung mematikan suara di hpnya yang berbunyi.
''Ada kunti, dimana kuntinya?'' tanya Bagas bergerak layaknya pemburu hantu.
Adnan menepuk keningnya sendiri.
''Haddeeehhhh, ini alarm yang bunyi, kuntinya yang ori masih cuti lahiran.'' ujar Adnan sembarang.
''Sialan lu Bro, bikin gue kaget.'' ucap Bagas kesal dan langsung memilih untuk beranjak bangun.
Jam di dinding menunjukkan pukul 08.10 WIB, Adnan juga bergegas mencuci muka dan melakukan rutinitas di pagi hari di toilet. Menjadi penunggu ruangan itu sembari bertapa dan menghabiskan satu batang rokoknya.
''Waktunya nyuci mobil dulu, biar mening di bawa jemput para tamu.'' gumam Adnan setelah beberapa menit dari toilet.
Tidak sampai 30 menit, mobil sudah bersih dan siap untuk di pakai nanti.
''Masak apa nih kita?'' tanya yang lain.
Mereka sering melakukan masak bersama-sama jika banyak yang libur, beda halnya jika semua sibuk beraktivitas, maka banyak yang memilih untuk mencari warung makan langganan masing-masing.
''Apa aja deh, tapi, aku nanti jam 11 jemput tamu, Bang.'' jawab Adnan.
''Jam berapa sih sekarang?'' tanya lainnya.
''Masih jam 9 Bro.'' sahut Bagas.
''Ohhhh, hiya hiya, kuy lah masak dulu kita.'' jawab Adnan.
Ntah apa yang akan di masak para laki-laki ini, bagi mereka yang penting masak bersama-sama dan hasilnya enak plus mengenyangkan.
Adnan dan Bagas pergi berbelanja sayuran dan para bumbu untuk di masak, setelah semua selesai dan kembali, semua berbagi tugas, ada yang membuat bumbu, ada yang iris-iris sayurannya.
Tidak sampai 60 menit menu makanan sudah tersaji.
Namanya juga beda kepala beda isinya, beda pula cara berfikirnya. Ada yang secara sadar setelah makan langsung di cuci piringnya mengingat memakai secara bersama-sama, ada juga yang dengan cueknya cuma menumpuk piring kotor atau gelas kopi di tempat cucian piring. Kalau tidak saling mengalah, mungkin bisa menjadi sebuah masalah.
##
Adnan langsung buru-buru ke kamar mandi setelah melihat jam di dinding menunjukkan pukul 10.40 WIB.
Ia baru saja selesai menghubungi putrinya, sampai tidak menyadari waktu terus berjalan. Rani memiliki banyak cerita tentang tadi malam, keseruannya bermain bersama sepupunya membuat gadis kecil itu lelah dan tidur lebih cepat, sehingga tidak menghubungi balik ayahnya.
''Jalan dulu Bro.'' ucap Adnan kepada Bagas yang masih fokus dengan game onlinenya di depan pintu kamar.
''Yooo.'' jawab Bagas tanpa memandang Adnan karena matanya masih fokus dengan layar hpnya.
Sebenarnya masih banyak waktunya, karena info dari pak Aji para tamu akan landing sekitar jam 11.45 WIB. Tapi, Adnan tidak ingin terlambat, sebelumnya ia juga ingin mampir ke minimarket terlebih dahulu berbelanja keperluan dia yang sudah mulai menipis.
Adnan memarkirkan mobil di halaman minimarket yang satu arah dengan Bandara.
Ia membeli shampo, odol, tisu, sabun, hal wajibnya yaitu rokok, dan lainnya.
(Hmmmm, padahal Author nggak suka asap rokok😤)
''Oke beres.'' gumam Adnan melihat kreseknya lumayan besar.
Ia melajukan mobil dengan kecepatan sedang agar tidak terlalu lama menunggu di dalam Bandara.
Begitu tiba di area Bandara, ia langsung memarkirkan mobil dengan rapi.
Menunggu ada yang menghubungi, Adnan tetap berada di dalam mobil.
Adnan memutar musik di hpnya dan mendengarkan dengan memasang headset di telinganya. Matanya terpejam sembari menghayati lirik sebuah lagu yang ia dengarkan.
''Apakah aku masih akan diberikan jodoh lagi? jodoh yang benar-benar tidak hanya menerimaku, tapi juga menerima anakku?'' batin Adnan.
Adnan kembali tersenyum membayangkan suatu hal yang ntah kepastiannya akan seperti apa.
Di tengah lamunannya, tiba-tiba musik Adnan berganti nada panggilan masuk, dengan segera Adnan membuka mata dan melihat siapa yang menghubunginya, tercantum nama Pakde Rahman.
''Assalamu'alaikum, Pakde.'' ucap Adnan.
''Wa'alaikumsalam, Pakde sudah turun, Nan.'' ucapnya.
''Ohh, iya iya Pakde tunggu sebentar ya, saya juga sudah di parkiran ini.'' jawab Adnan langsung kembali menghidupkan mesin mobil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments