Sementara itu di kediaman pak Aji, Tyas sedang mencoba untuk akrab dengan para penghuni rumah tersebut. Sebagai sesama seorang pekerja, Tyas tidak ingin menutup diri, apalagi untuk dirinya yang menjadi anak baru disini.
''Mbak, emang bapak sama ibu sudah lama ya ke luar kotanya?'' tanya Tyas memulai percakapan.
''Dari hari Jum'at, Yas, katanya sih besok siang pulangnya.'' jawab mbak Sela.
''Ohh, iya iya.'' jawab Tyas mengerti.
''Emm Mbak, aku 'kan bingung ya disini harus ngapain, jadi jangan sungkan-sungkan bimbing aku ya, hehe.'' ucap Tyas.
''Lah kamu 'kan kerjanya di kantor, Yas.'' sahut mbak Marni.
''Iya sih, tapi 'kan kalau di rumah nggak mungkin juga mau diem aja, aku bukan bosnya loh, Mbak, hehe.'' jelas Tyas polos.
Hahaha
Marni dan Sela langsung spontan tertawa terbahak-bahak mendengar penuturan Tyas yang apa adanya itu.
''Salah ya, Mbak?'' tanya Tyas bingung sembari nyengir.
''Nggak, nggak, kamu ini polos banget, santai aja, nanti lama-lama juga paham sendiri apa yang harus kamu lakukan, tapi, jangan semua pekerjaan rumah kamu bantu, nanti kita di potong gajinya, haha.....'' jawab mbak Marni sembari masih menahan gelak tawa.
''Hehe, iya Mbak, siap.'' jawab Tyas.
''Oh ya, aku 'kan belum tau juga kantornya dimana, besok gimana ya Mbak aku berangkat ke kantornya pak Aji?'' tanya Tyas lagi yang masih bingung.
Keberangkatannya ke kota ini memang bukan di awali dari kemauannya, ia menuruti kemauan bapaknya. Tyas tidak ingin membuat bantahan, ia tidak berani. Ia hanya bisa mengucapkan basmallah sebelum mengiyakan permintaan bapaknya. Lagipula ini bukan permintaan yang buruk.
''Nggak jauh sih kantornya, dekat kok. Oh iya, besok ngikut mas Adnan aja sekalian biar bareng ke kantornya.'' jawab mbak Marni.
''Mas Adnan tuh yang tadi nyupir ya, Mbak?'' tanya Tyas yang mencoba mengingat-ingat nama tersebut, karena takut salah orang.
''Iyups, setiap hari dia juga antar jemput sekolah anak-anak.'' jawab mbak Sela.
''Tapi, mas Adnannya mau nggak ya Mbak kalau aku ikut? soalnya aku malu, Mbak, hehe'' tutur Tyas ragu.
''Ya kenalan dong biar nggak malu, kamu juga nanti bakal sekantor sama dia.'' sahut mbak Marni yang masih berhadapan dengan tumpukan pakaian yang ia setrika.
''Besok tolong bilangin ya, Mbak..hehe'' pinta Tyas sungkan, namun, terpaksa.
''Oke.'' jawab mbak Marni bersedia.
''Mbak, pak Aji galak nggak sih?'' tanya Tyas setengah berbisik. Masih banyak hal yang ingin ia tanyakan pada Marni dan juga Sela yang lebih senior di rumah ini.
''Nggak kok, tenang aja, Yas, pak Aji orangnya suka becanda, jadi siap-siap aja kalau sampai nanti ada yang deketin kamu, sudah bisa di pastikan bakal di ejek suruh cepet-cepet nikah.'' jawab mbak Marni.
''Aku takut di marahin, haha.'' akhirnya Tyas tertawa.
Hahaha
Kedua gadis itu pun juga ikut tergelak.
''Yaaa itu juga harus siap-siap.'' sahut mbak Marni menakut-nakuti.
''Ihh, serius Mbak?'' tanya Tyas benar-benar khawatir.
''Ya serius, namanya juga bos, kalau lagi ada masalah pasti emosi, makanya kamu hati-hati aja.'' ucap mbak Marni mengingatkan.
''Aku jadi deg-degan gini.'' ujar Tyas.
''Udah santai aja, baru juga nyampai, nanti lama-lama juga bakal terbiasa sama keadaan kayak apapun.'' ucap mbak Marni.
''Oke oke, makasih ya Mbak ... Oh ya, mbak Sela kemana tadi?'' tanya Tyas lagi.
''Sama-sama, di ruang tengah lagi nemani Tata main.'' jawab mbak Marni.
''Aku kesana dulu ya, Mbak.'' ucap Tyas pamit.
''Ohh, iya iya.'' jawab mbak Marni masih setia dengan tumpukan pakaian.
Dengan langkah was-was karena takut anaknya bos tidak menerimanya, ia melangkah pelan-pelan akan menghampiri mbak Sela dan Tata. Tata masih tampak semangat bermain, padahal ia baru tiga puluh menit yang lalu pulang dari playground.
''Ehh, Mbak Tyas, sini main sama Tata....'' panggil mbak Sela.
Tyas pun langsung duduk di samping Tata sembari menyapa gadis kecil itu.
''Waahhh Mbak dulu mainannya juga kayak gini lho, suka bikin rumah-rumahan juga.'' ucap Tyas.
''Oh ya?'' balas Tata.
''Hu'um.'' jawab Tyas.
Tyas malah semangat ikut bermain. Tata pun juga langsung tampak menerima kehadiran Tyas.
''Bagus rumah bikinan Mbak Tyas, Tata suka Tata sukaaa.....'' Tata bertepuk tangan senang.
''Yeeyyyy, toss dulu dooong.'' akhirnya Tyas dan Tata mulai lebih akrab melalui perantara mainan.
##
Setelah pak Rahman dan yang lainnya undur diri untuk beristirahat, Adnan masih terjaga di depan kamarnya sampai hampir tengah malam sembari bermain hp untuk membuka aplikasi menonton.
WUUUUSSSSHHHH
Tiba-tiba angin kencang seperti menyiram sesuatu di tubuhnya, terutama bagian wajah karena Adnan sampai merasa kelilipan sesuatu.
Adnan sangat terkejut dan langsung berdiri, ia menoleh ke kanan dan ke kiri, semuanya tenang. Bahkan dedaunan pada pohon pun tidak ada yang bergerak secara berlebihan.
''Kenapa, Nan?'' tanya yang lain saat melihat sikap aneh Adnan.
''Nggak papa, di gigit semut.'' jawab Adnan berbohong, karena di sana ada temannya yang penakut, yaitu Arya
''Oohhh.''
Adnan benar-benar merasakan merinding di sekujur tubuhnya. Padahal dia termasuk sosok yang pemberani, tapi, karena sekarang ini sangat mendadak jadi ia langsung kaget.
Apakah ini efek menonton film? Ah tidak juga, karena Adnan menonton film action.
Kenapa yang lain biasa-biasa saja?
Adnan semakin bergidik ngeri mengingat kejadian singkat yang ia alami baru saja.
Apakah hanya perasaannya saja? Tidak, karena Adnan benar-benar merasa ada sesuatu yang masuk ke dalam matanya sampai terasa perih hingga saat ini.
Adnan melihat jam di layar hpnya ternyata sudah menunjukkan pukul 23.55 WIB. Mungkin ini sebuah peringatan di suruh istirahat, begitu pikir Adnan.
Adnan tidak ingin bercerita dengan teman-temannya, karena jika ia menceritakan kejadian yang baru ia alami, maka sudah bisa di pastikan bakal ada yang ketakutan yaitu Arya, dia laki-laki tulen dan normal, tapi, jika sudah berurusan dengan makhluk halus atau cerita horor lainnya, ia benar-benar tidak berani.
Sebagai seorang teman yang baik, Adnan tidak mau keseringan jail pada temannya itu. Arya merupakan satu-satunya teman yang level kebaikannya di atas rata-rata. Laki-laki itu tidak pernah menunjukkan kemarahannya atas sikap dan perbuatan apapun yang ia terima.
''Ngantuk banget nih, tidur duluan ya!'' seru Adnan.
''Yaaaa!'' jawab beberapa temannya yang masih bertahan di sana.
Adnan langsung merebahkan tubuhnya, ia melihat di sekelilingnya, tidak ada apa-apa. Semakin ia pejamkan mata itu, semakin sulit untuk cepat tidur.
''Demit sialan!'' gerutu Adnan dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Sabrina
lanjut thor
2023-05-05
1