Pesona CEO Menyebalkan

Pesona CEO Menyebalkan

Pertemuan Kembali

Aluna Shea atau biasa di panggil Luna menunggu di sebuah ruangan yang penuh dengan pelamar kerja. Beberapa orang yang terlihat begitu berani tampil dengan baju terbuka. Semua mereka lakukan dengan harapan mendapatkan pekerjaan di perusahaan saat ini iya melamar.

"Mengapa mereka datang dengan berpakaian setengah telanjang. Apakah itu satu-satunya cara supaya mereka bisa mendapatkan pekerjaan ini? Mengapa mereka terlalu merendahkan diri hanya untuk mendapatkan pekerjaan seperti ini? semoga saja bos di sini tidak seperti kebanyakan yang akan menyuruh asistennya untuk melakukan pekerjaan sampingan." Luna berdoa di dalam hatinya. selesai bergumam di dalam hatinya sendiri, Luna menatap ke sekelilingnya. dipandangnya ada beberapa orang yang berpakaian jauh lebih sopan dibanding dengan dirinya. Luna berpikir jika mereka telah menjalani pekerjaan yang sama dengan periode yang tidak singkat. dan apa yang dilihatnya itu membuat Luna merasa minder. ia merasa dirinya tidak akan memenuhi syarat untuk mendapatkan pekerjaan ini. padahal Aluna benar-benar ingin mendapatkan pekerjaan ini supaya ia bisa membantu keuangannya sendiri dan juga ibunya. Aluna telah menyaksikan sendiri sedari ia kecil, bahwa menjadi seorang single parent itu tidaklah mudah. namun Ibu Luna tetap memberikan yang terbaik untuk putrinya. Dia membesarkan Luna dengan penuh kasih sayang dan kebaikan. dan yang Luna sesali adalah dia tidak pernah tahu siapa Ayah kandungnya dan dari mana ia berasal. karena setiap kali Luna bertanya kepada ibunya, ibunya selalu menjawab bahwa adanya Luna adalah hasil dari One Night stand dengan laki-laki yang tidak ia kenali. daripada Luna terus memikirkan hal tersebut, ia memilih untuk mempercayai apa yang ibunya katakan. Luna tidak bisa memaksakan kehendaknya kepada sang ibu. dan tiba-tiba, Luna kembali tersadar akan kenyataan ketika seseorang memanggil namanya. seorang lelaki bermata hitam dan dengan senyum yang menawan. Aku berjalan ke mejanya.

" Hai, saya Rama, kamu pasti Aluna Shea ya. Berjalanlah dan masuk ke pintu di sebelah kiri. Bos sedang sedang menunggumu." Ucap lelaki bernama Rama itu.

" Baiklah, terima kasih." Kata Luna sambil berjalan ke pintu sambil berdoa dalam hati sebelum mengetuk pintu tersebut.

" Masuk" Luna mendengar suara seorang lelaki berkata dari dalam ruangan. Luna segera membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan kantor yang terlihat indah. Luna melihat dua kursi berwarna hitam dengan sandaran dan dua sofa tempat duduk dengan meja kayu berwarna cokelat di tengahnya. Sebuah Jendela dengan dua tanaman hijau di depannya. Sebuah rak buku panjang di belakangnya.

Seseorang yang sedang duduk di kursi itu menutup wajah dengan beberapa dokumen di depannya. sehingga dia belum melihat Luna.

"Silahkan duduk" kata pria itu. Luna merasa Suara terdengar sangat sangat familiar. namun ia berharap bahwa pikirannya itu tidak seharusnya mengganggu.

" Terima kasih tuan." Ucap Luna gugup.

"Ayo di mulai" kata lelaki di depan Luna yang akhirnya mengangkat kepalanya. di saat Luna mengetahui wajah lelaki itu, rasanya darah di tubuhnya benar-benar berhenti untuk mengalir. membuatnya membeku di tempat. Luna masih tidak percaya itu dia. seseorang yang selalu ingin Ia hindari dan berharap tidak akan menemuinya lagi. lelaki tersebut membuat hidup Luna seperti neraka saat mereka duduk di bangku SMA. seseorang yang menjadi musuh bebuyutan luna, Dewa Andriano. Lelaki tersebut telah berubah. Saat ini terlihat lebih tampan. sehingga membuat Luna lupa Apa tujuannya saat ini berada di tempat itu.

" Siapa namamu? " kata lelaki di depannya.

" kalau kamu sudah selesai menatapku, aku ingin wawancara ini segera dimulai" Kata Lelaki itu seolah-olah ia tidak tahu siapa wanita di depannya tersebut.

" apa dia benar-benar menanyakan pertanyaan seperti itu. Aku tidak percaya dia tidak mengenalku. atau dia hanya ingin memastikan saja" gumam Luna dalam hatinya.

" Nama saya Aluna Shea." jawab Luna. dan dia sangat berharap bahwa Dewa tidak ingat siapa dan semua yang pernah Dewa lakukan selama di masa SMA.

" Saya ingin tanya di mana kamu di sekolah waktu SMA? " ucap Dewa.

" Saya bersekolah di SMA Tunas Bangsa" jawab Luna dengan harapan Dewa tidak akan ingat dengan dirinya.

" Maaf tuan, tapi saya merasa aneh Kalau anda hanya bertanya tentang sekolah SMA saya" dengan ragu Luna mengatakan hal tersebut.

"Memangnya kenapa? " tanya Dewa sambil menatap Luna.

"Apakah kamu berpikir kalau aku sudah benar-benar melupakan kamu Shea? " ucap Dewa kembali.

"Oh tidak. Dia mengingatku. dia juga memanggilku dengan nama panggilan sewaktu di SMA. Dengan berat hati, Luna sama sekali tidak ingin mendapatkan pekerjaan ini.

"Lalu kenapa kamu bersikap seperti itu. Kamu tidak mengenalku tadi" kata Luna sedikit jengkel.

"Karena aku merasa lebih baik seperti itu" Ucap Dewa. Lelaki itu masih bertingkah seperti dulu, menyebalkan. Luna tidak mengatakan apa-apa selain menatap lelaki tersebut dengan tajam. jauh dalam lubuk hati Luna yang paling dalam, dia berharap bahwa Dewa telah berubah. namun kenyataannya tidak. Dewa Malah berdiri dan berjalan menuju ke arah jendela. Dewa memunggungi Luna seakan ia memamerkan punggungnya yang tegak tersebut. bahkan dengan ketampanan yang dimiliki oleh Dewa saat Dia memiliki hati seperti setan menurut Luna.

"Aku ngin kamu berada di sini hari Senin pagi, jangan terlambat! " Ucap Dewa dengan tiba-tiba.

"Maksudmu... Aku di terima kerja? " Luna bertanya.

"Apakah aku harus menjelaskan Lebih Detail agar kamu paham? " tanya Dewa kepada Luna.

" Oh tidak, tidak perlu" Luna menjawab dengan terbata-bata.

"Good. Sampai jumpa di hari Senin pagi dengan kopi hitam tanpa gula." ucap Dewa tanpa melihat ke arah Luna.

" Baiklah tuan, tapi ada yang harus saya katakan, kita belum mulai wawancaranya" Ucap Luna.

"Shea, aku sudah mengenalmu hampir setengah dari hidup yang kita jalani. Aku tahu kamu tidak akan menjadi ancaman bagiku, dan dari resume mu, aku tahu semuanya baik-baik saja sebelum kamu sampai ke tempat ini" Luna terdiam mendengar apa yang Dewa katakan.

"Oh baiklah kalau begitu, terima kasih" Luna berkata dengan singkat. Iya senang karena telah mendapatkan pekerjaan. namun di dalam hatinya lu juga merasa khawatir. Apakah pekerjaan ini dia dapatkan karena memahami syarat atau karena Dewa mengenal Luna secara pribadi. atau mungkin ada alasan lain.

"Sampai jumpa hari Senin" ucap Luna sambil berjalan keluar dari ruangan Dewa.

Sambil berjalan keluar gedung, Luna mencoba menghubungi mamanya untuk menyampaikan kabar baik. Namun karena tidak diangkat, dia mengirimi sahabatnya pesan singkat. Luna berfikir jika mamanya sedang sibuk. Setelah beberapa menit, Ada pesan balasan dari Fina, sang mama. Luna segera membacanya. hal yang membalas pesan Luna dan mengajaknya untuk makan siang. karena tidak ingin membuang waktu, Luna segera mencari taksi untuk pulang.

Setelah sampai di rumahnya, Luna segera membersihkan diri lalu memakai pakaian santai. Begitu selesai membutuhkan make up pada wajahnya dengan tipis, Luna segera keluar dari rumah dan memesan taksi online untuk sampai di tempat yang ditentukan oleh sang mamq.

"Mama" Panggil Luna sambil duduk. Tanpa harus di beritahu oleh Fina, Luna sudah tahu di mana iya harus duduk karena saking seringnya ke sini.

"Luna, bagaimana wawancara kerjanya? " Tanya Mamanya ketika anaknya tersebut sudah duduk di depannya.

"Cukup mengejutkan, tapi aku berhasil mendapatkan pekerjaan itu." Jawab Luna.

"Aku ikut senang mendengarnya. Tapi, apa maksudmu dengan aneh?"tanya sang mama dengan penasaran.

"Aku akan menjelaskan setelah makan, aku sudah lapar sekali." jawab Luna. Dan Fina hanya menurut saja.

Hampir setengah jam waktu yang mereka butuhkan untuk menghabiskan makanan yang  berada di piring, Luna sudah bersiap untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

"Mama tidak akan percaya siapa bosku yang baru. Dia adalah si brengsek Dewa Andriano" ucap Luna kepada sang mama.

"Andriano? " Fina yang mendengar berita itu membulatkan mata seakan tak percaya.

"Iya, si brengsek itu. Sepertinya dia tidak berubah sama sekali, dia masih saja tetap membenciku" Balas Luna.

"Aku rasa dia tidak membencimu." bantah Fina.

"Luna sangat yakin ma. Luna pernah mendengar bahwa dia pernah mengatakan kalau sangat membenciku"

"Mama tahu, lucunya, kita bahkan bukan teman sekelas. Dewa Andriano adalah kakak kelasku di SMA" Ucap Luna kembali.

"Dan hal yang membuat aku bingung adalah ketika dia selalu menggertak setiap teman lelaki ku. Dia sampai pernah berantem hanya gara-gara membelaku di sekolah." Ucap Luna dengan kesal mengenang masa lalunya.

"Aku baru mengetahui beberapa waktu terakhir" imbuh Luna lagi.

"Dia memperhatikanmu karena dia menyukaimu" Ucapan mama Fina hanya di jawab senyuman oleh Luna.

"Darimana mama tahu? " Tanya Luna.

"Ya tahu dari manapun lah" Jawan mamanya santai.

"Terserah lah apa yang mama katakan. Aku tidak peduli"

"Tapi luna masih ragu dengan apa yang mama katakan katakan tadi. Soalnya Dewa bertingkah seperti tidak mengenalku pada awalnya." Aluna menjelaskan pada mamanya tentang apa yang terjadi di kantor tempat wawancaranya tadi. Dan betapa brengseknya Dewa. Tapi menurut Luna, iya merasa bahwa Dewa hanya ingin mengetesnya saja. Setelah lama berbincang-bincang, Mama Luna pergi karena harus kembali bekerja di kantornya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!