Hari Pertama Bekerja

Setelah makan siang, Luna memutuskan untuk berbelanja pakaian untuk bekerja. karena terakhir ia memeriksa lemari pakaiannya, Luna merasa tidak ada pakaian yang cocok yang dapat digunakan sebagai asisten pribadi. Ia pun berjalan keluar dari restoran dan naik taksi menuju ke sebelah Mall. Setelah sampai di mall, Luna berkeliling dan memasuki beberapa toko untuk mencari baju yang dirasanya pas untuk dirinya. namun sudah 10 toko yang ia putari dan tidak ada satupun yang pas untuk dirinya. Terakhir ia memasuki sebuah toko. Namun di saat akan memilih baju, Luna mendengar ponselnya berdering. Dan di saat yang bersamaan, Iya melihat sebuah nomor yang tidak dikenalnya.

"Halo" Dengan ragu Luna pun mengangkat panggilan tersebut. Luna berfikir jika yang menghubunginya adalah Dewa untuk mengingatkan agar dirinya tidak terlambat besok.

Setelah menjawab telepon tersebut, Luna mendapatkan kabar buruk jika sang Mama di larikan ke rumah sakit saat dalam perjalanan pulang dari kantor.

"Apakah ini dengan nona Aluna? Ibu anda saat ini ada di rumah sakit. Dia pingsan saat mau pulang. Kita sudah berusaha untuk membangunkannya, tapi tidak bisa. Kita membawanya ke rumah sakit." ucap seseorang dari seberang telepon.

" Di rumah sakit mana sekarang mama saya" Aluna meminta orang tersebut untuk mengirimkan alamat rumah sakit agar dirinya dapat menemui sang Mama. Begitu orang tersebut mengatakan, Luna segera mencari taksi supaya cepat sampai di rumah sakit. Luna merasa khawatir dengan keadaan sang mama. Karena selama ini Mama Luna adalah salah satu orang yang dan jarang sakit, sehingga mendengar mamanya pingsan dan berada di rumah sakit membuat Luna ketakutan.

Saat Luna tiba di rumah sakit, Luna segera menuju ke meja resepsionis.

"Di mana Mama ku?" tanya Luna saat dia sudah di depan petugas resepsionis rumah sakit.

"Siapa namanya?" tanya seorang wanita yang mengenakan seragam perawat.

"Safina Shea" jawab Aluna.

" Ibumu anda ada di lantai dua. Naiklah lift, setelah keluar, jalanlah lurus mengikuti lorong. Mamamu ada di pintu pertama sebelah kiri"

"Terima kasih " kata Aluna. Ia segera meninggalkan meja resepsionis lalu naik lift ke lantai dua. Aluna mengikuti jalan sesuai dengan petunjuk petugas resepsionis tadi. Tidak terlalu sulit mencari ruangan yang dimaksud oleh petugas tersebut. Setelah menemukan ruangan yang dicarinya, Aluna segera masuk ke dalam dan melihat mamanya menggunakan masker oksigen untuk bernafas.

"Ya Tuhan! Apa yang terjadi? " Luna berjalan ke samping mamanya dan ternyata sudah bangun.

"Alhamdulillah... Terima kasih ya Tuhan. di saat melihat sang Mama sudah siuman.

" Mama apa yang terjadi? " tanya Aluna dengan rasa khawatir yang berlebihan.

" Luna jangan menangis. Mama baik-baik saja, tidak perlu khawatir" kata sang mama sambil melepas masker oksigen di wajahnya.

"Bagaimana aku tidak menangis melihat mama seperti ini." ucap Luna sambil memegang tangan mamanya yang terbaring di atas ranjang rumah sakit.

“Jangan khawatir, mama baik-baik saja” kata Fina sambil menggenggam lengan putrinya begitu erat. Dan di saat yang bersamaan, seorang dokter masuk dan meminta Luna untuk menemuinya di ruangan dokter. Tanpa berpikir panjang, Luna pun mengikuti dokter tersebut. Luna berjalan dengan perasaan tak menentu. Ia pun berdoa semoga tidak terjadi apa-apa kepada mamanya. Dokter memberikan sebuah amplop coklat yang mungkin itu berisi surat keterangan tentang kesehatan sang mama. Namun Luna menolak untuk mrmbacanya. Dia lebih memilih untuk mendengarkan apa yang diucapkan oleh dokter.

"Ibu anda menderita kanker payudara , tapi kita bisa... " kata dokter tersebut.

" Tidak... Tidak... ini tidak mungkin terjadi! " Luna tidak membiarkan dokter tersebut menyelesaikan kalimatnya. Iya Pun Menangis.

" Nona Aluna, Saya harap anda akan bersabar dengan semua ini. Semuanya akan baik-baik saja" kata dokter di depan Luna mencoba untuk menghiburnya.

“Ibumu membutuhkan dukungan untuk bisa sembuh dari penyakitnya itu. jadi kamu harus kuat.”

“Anda benar dokter. Aku harus kuat demi mama” kata Luna sambil menyeka air mata yang jatuh di pipinya.

"Jadi, apa yang bisa kita lakukan dok? " tanya Luna berusaha terdengar kuat.

"Oprasi... kurang lebih seperti itu" Kata dokter sambil tersenyum meyakinkan Aluna.

" Ibumu terkena kanker stadium pertama. Untungnya, kami bisa mendeteksinya tepat waktu. Dia perlu dioperasi, dan semuanya akan baik - baik saja"

" Berapa biayanya? " tanya Luna dengan sedikit ragu.

"Sekitar 150 juta" katanya. Luna pun terkejut Ia berpikir dari mana ia akan mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat.

"Dokter, saya tidak punya uang sebanyak itu sekarang, tapi saya berjanji akan mendapatkan uang itu tepat pada waktunya. Tolong jangan hentikan pengobatan untuk ibuku." Luna mengatakan hal tersebut sembari memohon kepada dokter. Ia pun juga berharap bahwa Dewa akan membayarkan gajinya tepat waktu. sehingga ia akan bisa membayar biaya operasi namanya tepat waktu.

" Saya akan pergi dan menemui ibu ku terlebih dahulu." satu-satunya hal yang bisa dilakukan Luna untuk ibunya adalah memberikannya obat hingga Ia mendapatkan uang untuk operasi mamanya.

"Baiklah..." Jawab dokter.

"Terima kasih banyak dokter, terima kasih." Luna merasa senang mendengar jawaban dokter. Hingga ia mengucapkan terima kasih berulang-ulang kali.

" Baiklah, sampai jumpa lagi Nona Aluna." Ucap dokter. Dan Luna pun keluar dari ruangan itu.

Luna berjalan menuju ke ruangan di mana mamanya dirawat. Di saat ia masuk ke dalam ruangan tersebut, Iya melihat mamanya sedang tidur. Luna pun duduk di kursi yang berada di samping tempat tidur. Luna tidak bisa membayangkan hidupnya tanpa sang mama. wanita yang terbaring di depannya itu adalah satu-satunya keluarga yang dimilikinya. Hingga akhirnya, Luna pun menghabiskan akhir pekan di Rumah Sakit Bersama mamanya yang terbaring di atas bramkar rumah sakit.

Hari Senin yang dijanjikan Dewa pun telah tiba, Aluna pergi bekerja di pagi hari dan akan kembali di malam hari ke rumah sakit untuk menemani mamanya.

pagi ini sebelum berangkat bekerja, Aluna sedang mengantri di Starbucks untuk mendapatkan kopi pesanan Bos barunya itu. Kopi hitam tanpa gula seperti yang diminta oleh Dewa Andriano. Aluna pun tiba di gedung perusahaan pada pukul 8:54 pagi. Iya segera masuk ke lift untuk cepat sampai ke ruangan Dewa. Setelah berada di depan pintu, Luna mengetuk pintu ruangan tersebut pada jam 9:00 pagi. Pendengarannya ia gunakan dengan sebaik mungkin dan menunggu tanggapan dari dalam.

"Masuk" Setelah beberapa detik, Aluna mendengar kata masuk dari orang yang berada di dalam ruangan tersebut. Luna masuk dan melihat Dewa yang duduk di kursi kebesarannya sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.

" Apa kabar Shea? " Sapa Dewa.

"Pagi tuan. Ini kopi nya" balas Aluna sambil meletakkan kopi yang dipegangnya ke meja. Dewa pun mengambil kopi tersebut dan meletakkan lebih dekat dengan dirinya.

"Shea" kata Dewa kembali memanggil Luna.

" Iya Tuan "jawab Aluna.

" apa terjadi sesuatu? " tanya Dewa sambil menatap ke arah Aluna.

"Saya baik-baik saja tuan, terima kasih" balas Aluna kepada dewa. Dan Dewa pun tidak berkata apa-apa setelah itu. Luna pun memutuskan untuk keluar kembali dari ruangan tersebut. Namun di saat ia akan memutar knop pintu, iya mendengarkan Dewa berbicara.

"Ada beberapa surat yang harus kamu tandatangani sebagai Asisten pribadiku. duduklah terlebih dahulu, aku akan mengambilkannya" ucap Dewa sesaat kemudian. Aluna duduk sementara Dewa mengeluarkan sebuah kertas.

Setelah Luna membaca kertas yang telah diberikan oleh Dewa Iya menyadari sesuatu. Di dalam surat perjanjian itu tertuliskan bahwa Luna akan setuju untuk bekerja dengan Dewa selama lima tahun tanpa mengundurkan diri. Tapi dewa dapat memecat Luna dan mengakhiri kontrak kapan saja Ia mau.

"Wow lima tahun adalah waktu yang lama. Tidak mungkin saya menandatangani ini."

"Apakah semua asisten pribadi Anda harus menandatangani kontrak kerja selama lima tahun? " Tanya Luna.

"Apa saya juga harus setuju dengan perjanjian ini? " tanya Aluna memberanikan diri.

" Aku pernah memiliki beberapa asisten pribadi yang berhenti bekerja bahkan belum genap 1 bulan bekerja. Jadi aku ingin memastikan kamu tidak berhenti bekerja sebelum waktu kontrak tersebut habis. Bukannya aku kejam, tapi mewawancarai orang baru itu sangat tidak aku suka." Ucap Dewa. Luna akan berbohong jika dia mengatakan saya terkejut, iya sudah mengetahui orang seperti apa Dewa Andriano. Orang yang sangat sulit diajak bekerja sama. Dia ingat saat di SMA dulu, ketika mereka berdua secara sukarela mendekorasi sebuah panggung untuk acara. Dewa Andriano berpura-pura sakit dan menolak untuk melakukan apapun. Hingga akhirnya Luna harus melakukan dekorasi panggung sendirian. Luna merasa tidak bisa menandatangani surat kontrak tersebut. Karena secara tidak langsung, ia akan mengizinkan lelaki kejam di depannya itu untuk memperlakukan dirinya semena-mena. namun di sisi lain, Luna teringat pada mamanya yang terbaring dirancang Rumah Sakit dengan beberapa kabel yang menempel di tubuhnya. Akhirnya, Luna pun menandatangani surat-surat kontrak tersebut. Iya melakukan semua ini demi sang mama.

Setelah menandatangani dokumen di depannya, Luna menyerahkan kembali kertas tersebut kepada dewa. Dan ia pun berdiri untuk keluar dari ruangan tersebut. Namun suara Dewa yang berat telah menghentikan langkahnya.

" kemarilah! " ucap Dewa saat dia selesai menyesat kopi yang dibelikan Luna tadi. dan hal itu bersamaan dengan saat Luna akan meninggalkan ruangan tersebut. Luna pun menurut dan kembali berjalan lalu berdiri di depan Dewa.

" Apa kamu melupakan sesuatu? Kenapa kamu membawakan aku sebuah kopi yang sudah dingin." ucap Dewa sembari menatap tajam ke arah Luna.

"Itu... Aku tadi membawa ke sini masih dalam keadaan panas" Suara Guguk Luna terdengar jelas.

"Tutup mulutmu! " suara Dewa yang nyaring menggelegar di ruangan tersebut.

"Aku tidak ingin mendengar alasan yang tidak masuk akal dari kamu. Apakah kamu melihat rak buku di belakangmu itu? Rak-rak itu penuh dengan file-file penting. Aku ingin semua file itu diatur dalam urutan abjad dan harus selesai sebelum jam makan siang" ucap Dewa dengan Suaranya yang keras. Luna membulatkan matanya karena terkejut dengan tugas yang baru saja diberikan oleh Dewa. Iya merasa tidak mungkin akan menyelesaikan tugas tersebut yang harus selesai di jam makan siang.

"Aku tahu kamu akan mengatakan bahwa kamu tidak akan bisa menyelesaikannya sebelum tengah hari, tetapi aku tidak peduli. aku tetap ingin kamu menyelesaikannya dan aku tidak peduli bagaimanapun caranya" ucapan Dewa terdengar dingin. Iya langsung berbalik membelakangi Aluna. Luna sadar, Iya tidak akan bisa membatalkan semua kontrak yang telah Ia tanda tangani barusan. Hal ini sama saja dengan menyerahkan hidupnya kepada seorang iblis yang kejam di depannya tersebut. Aluna harus bertanggung jawab dengan semua yang dilakukan Dewa terhadapnya.

Salah satu cara yang dilakukan oleh Luna adalah membawa kotak-kotak buku yang tersusun di rak tersebut ke ruangannya sendiri. Luna benar-benar merasa ingin berhenti dari pekerjaannya saat ia melihat pekerjaan yang harus dilakukannya. Luna tahu jika Dewa akan kembali membuat hidupnya seperti di neraka seperti masa SMA dulu. namun jika Luna melarikan diri dari kontrak yang telah ditandatanganinya, ia akan berurusan dengan hukum. Belum lagi ia harus membayar tagihan Rumah Sakit mamanya. Serta biaya operasi yang tidak sedikit. Luna belum siap mengambil segala resiko. Hampir beberapa detik berlalu setelah Luna mengangkat kotak-kotak file tersebut ke ruangannya. iya mulai menyusun file sesuai yang diminta oleh Dewa.

5 menit sebelum menjelang makan siang, Luna telah berhasil menyelesaikan pekerjaan yang dirasakannya seperti kerja rodi tersebut. Tapi tubuhnya benar-benar merasa hancur. Rasa lelah yang dirasakannya benar-benar terasa. Luna pun memutuskan untuk keluar dan makan siang. Namun sebelum ia keluar dari ruangannya, ponselnya berdering dan sebuah pesan singkat dari dewa Iya terima. Dalam pesan tersebut Dewa menyuruh Luna untuk segera ke ruangannya.

Dengan langkah berat, Luna langsung berjalan menuju ke ruangan Dewa. Saat sudah berada di depan pintu Ia pun mengetuk dengan perlahan.

Sebuah suara terdengar di telinga Luna. Luna pun langsung memutar knop pintu dan masuk ke dalam ruangan tersebut. Setelah berada di dalam, Luna melihat Dewa yang duduk di mejanya yang sedang sibuk dengan beberapa dokumen di depannya.

"Ambil file di atas meja itu dan kirim faks ke semua kontak di atasnya," kata Dewa tanpa berpaling dari kertas di depannya.

"Pak, saya akan istirahat dan makan siang terlebih dahulu. saya akan mengerjakannya nanti setelah saya kembali Ketika saya kembali " kata Luna. karena Ia berpikir bahwa tidak mungkin Dewa akan melarangnya untuk makan siang.

"kamu tidak boleh pergi makan siang, dan kalau kamu belum makan itu masalah kamu sendiri" kata Dewa tak berperasaan sambil menatap Intens ke arah Luna. Luna baru menyadari ketika tatapan Dewa beralih dari satu tempat ke tempat lainnya di tubuhnya. Dan hal tersebut benar-benar membuat Luna merasa tidak nyaman ditatap oleh bosnya seperti itu. Apalagi hanya ada mereka berdua di ruanagn tersebut. Akhirnya tanpa menjawab apapun, Luna pun mengambil file yang dimaksud oleh Dewa dan segera keluar dari ruangan tersebut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!