Acara Gala Amal

Setelah 30 menit mengendarai mobilnya, Dewa dan Luna telah sampai di sebuah hotel yang bertuliskan DeAnd. Yang berarti bahwa hotel tersebut adalah milik Dewa Andriano.

" Kamu pemilik hotel ini? " tanya Luna kepada dewa.

"Iya" jawab Dewa dengan senyuman seksi di bibirnya.

" Tapi aku tidak pernah tahu kalau kamu mempunyai hotel. Tak ada satupun file yang menyatakan hotel ini adalah milikmu" ucap Luna.

" Ada banyak hal yang tidak kamu ketahui tentang aku" jawab Dewa dengan santai. Luna dan Dewa pun berjalan dengan perlahan memasuki hotel. Interior Hotel terlihat begitu bagus dan menarik untuk Luna. Saat mereka sudah berada di dalam, Luna melihat aula yang telah dipenuhi oleh orang-orang yang memakai jas mewah dan juga gaun yang terlihat mahal. Luna berpikir bahwa mereka tidak akan membeli baju di pinggir jalan seperti yang ia lakukan. Mereka berdua pun masuk dan mencari tempat duduk.

" Kamu terlihat sangat cantik " saat Luna dan Dewa berjalan menuju ke sebuah kursi yang disediakan, Dewa berbisik di telinga Luna sambil meletakkan tangannya di pinggang wanita tersebut. Apa yang dilakukan oleh Dewa benar-benar membuat Luna terkejut Setengah Mati. Iya menoleh ke arah Dewa yang tersenyum ke arahnya juga. Dipandangnya wajah Dewa yang terlihat begitu tampan dengan senyum manis di bibirnya tersebut. Luna pun membalas senyuman Dewa dan langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. Takut jika Dewa mengetahui bahwa saat ini wajahnya sudah semerah tomat.

Saat Dewa dan Luna akan menuju ke tempat duduk, Iya melihat seorang pria yang mungkin seumuran dengan Dewa menghampiri mereka berdua. Lelaki itu langsung saja memeluk Dewa, sepertinya mereka berdua telah lama kenal, pikir Luna.

"Siapa nona cantik ini Dewa? Apakah dia calon Nona muda di sini?" tanya lelaki yang mendekati Dewa dan Luna tersebut.

" Dia adalah teman kencanku" jawab Dewa kepada lelaki tersebut. Luna benar-benar terkejut dengan apa yang dikatakan Dewa kepada temannya. Iya tak menyangka bahwa Dewa akan mengakui dirinya sebagai teman kencan. bukan sebagai asisten pribadinya.

"Aku Ferdinan, teman terbaik dari Dewa si tukang es ini" Ucap Ferdi sambil mengulurkan tangan ke arah Luna untuk bersalaman.

"Namaku Aluna" Kata Luna sambil membalas uluran tangan Ferdi.

" Semoga malam ini anda menikmati acara Nona muda" ucap Ferdi kepada Luna dan dijawab dengan anggukan. Luna pun tersenyum dengan ramah. setelah berbasa-basi dengan Dewa, Ferdi pun pamit untuk meninggalkan tempat ini dan menuju ke teman-teman yang lain.

" Aku harap kamu mempersiapkan diri karena malam ini kita akan berdansa untuk memenangkan lomba. Dan hasil dari lomba ini akan kita sumbangkan ke rumah sakit." kata Dewa dengan senyum jahat di wajahnya.

"Tidak...Tidak... Aku tidak mau berdansa di denganmu apalagi di depan umum seperti ini. Aku tidak percaya diri, bisa-bisa aku terjatuh saat menari, yang lebih Parah kalau sampai aku pingsan bagaimana" kata Luna kepada dewa sambil menggelengkan kepalanya berkali-kali.

" Sayangnya sudah terlambat Luna. Aku sudah memasukkan namamu ke daftar nama wanita yang akan menjadi pasangan dansa nanti" ucap Dewa sambil tersenyum menyaringai ke arah Luna.

" Aku mohon, tolong hapus namaku dari daftar itu. Aku tidak mau menari apalagi di depan banyak orang" Luna memohon kepada dewa.

" Sudah terlambat. Kamu tidak usah khawatir, semuanya akan baik-baik saja" ucap Dewa semakin senang melihat Luna yang memohon kepadanya. Luna terus memohon agar Dewa mau mengabulkan permintaannya. Namun Dewa hanya menggelengkan kepalanya. Luna menyerah dengan keadaan yang memaksanya untuk berdansa dengan Dewa. Tidak ada gunanya iya memohon seperti itu kepada lelaki batu. Yang ia pikirkan saat ini, adalah bagaimana cara supaya ia tidak mempermalukan diri sendiri di hadapan banyak orang. Namun ia tak juga menemukan cara itu. Luna malah mengalihkan pikirannya ke hal yang lain.

Saat sedang memikirkan Bagaimana cara agar tidak mempermalukan dirinya sendiri, tiba-tiba teringat tentang gaji pertamanya hari ini. Berarti Luna dapat membayar sebagian biaya operasi untuk ibunya. Jika gajinya sebanyak itu, berarti tidak sampai 3 bulan ia sudah dapat melunasi biaya operasi. Tiba-tiba saja Lamunan Luna tersadar ketika ada yang memanggilnya dengan keras

"Aluna Shea" Luna langsung tersadar dari lamunannya ketika namanya dipanggil dari speaker.

" Nona Aluna, Anda harus segera naik ke atas panggung agar acara ini dapat segera dimulai." ucap MC yang berdiri di atas panggung tersebut. dengan segera Aluna pun naik ke atas panggung dan berkumpul bersama wanita-wanita berkelas.

" Akan sangat memalukan kalau aku sampai gagal. Semoga saja Dewa melakukan yang terbaik dan menepati janjinya untuk membuat semua keadaan baik-baik saja" gumam Luna dalam hati. Luna merasa ia akan pingsan di tempat saat dia menunggu giliran. Dan tiba di saat gilirannya menari dansa. MC yang bertugas itu menyebutkan hadiah yang akan diterima berjumlah 50 juta, 70 juta 90 juta... Dan yang terakhir adalah 200 juta. Mendengar ucapan yang terakhir, Luna menoleh ke kanan dan ke kiri. Setelah tahu siapa orang yang akan membayar hadiah tersebut, Luna merasa kaget. Sebuah mata yang selalu Membuat Luna merasa tersiksa. Dan Dewa dengan perlahan langsung naik ke atas panggung dan meraih lengan Luna.

" Mari kita melakukan yang terbaik" ucap Dewa. Luna yang merasa gugup langsung menunduk dan tidak membalas Apa yang diucapkan oleh Dewa.Luna membayangkan, begitu mahal Dewa membayar untuk berdansa dengan dirinya. Tapi fikirannya tiba-tiba berubah. Semua uang itu bukan untuk dirinya sendiri, melainkan akan di sumbangkan ke rumah sakit khusus Kanker.

"Lebih baik aku berhenti membuat diriku berharap lebih. Dari pada akhirnya menyakitkan. Tak usah berfikir kalau aku ternyata sangat berharga" Gumam Luna dalam hati ketika iya mulai berdansa dengan Dewa.

Luna mencoba dengan baik untuk bisa menari mengimbangi Dewa. tubuh Luna begitu serasi dengan tubuh Dewa yang terasa tingginya begitu pas. Tangan Dewa yang berada di pinggang Luna membuatnya merasa nyaman. Sesuatu yang belum pernah ia rasakan selain dengan ibunya. Hampir kurang lebih 5 menit mereka menari, begitu musik dimatikan, Dewa menggandeng tangan Luna turun dari panggung dan duduk di kursi yang tadi ia tempati. Karena waktu sudah beranjak malam, Dewa berpamitan kepada semua rekan-rekannya untuk pulang.

Luna dan Dewa sudah dalam perjalanan mengantarkan Luna pulang ke rumahnya.

" Terima kasih karena Anda sudah menepati janji untuk membuat semuanya baik-baik saja" ucap Luna untuk menghilangkan ketegangan saat berada di dalam mobil dan berdua saja dengan Dewa.

" Sama-sama... Tapi aku akan memberitahumu satu hal. Jangan pernah berfikir yang tidak tidak. Aku melakukan ini adalah untuk melakukan gala amal. tidak lebih. Alasan kenapa aku mengajakmu dan bilang kepada rekan bisnisku kalau kamu adalah teman kencanku adalah karena aku tidak punya pilihan. Aku harus datang dengan pasanganku. Sedangkan saudara perempuan yang biasa aku ajak tidak bisa menemani karena dia sedang sibuk. Jangan berpikir apapun karena di antara kita tidak akan ada yang berubah" ucap Dewa yang menurut Luna sangat kasar kepadanya. Luna tidak menyangka ucapan itu akan dia dengarkan. Namun apa yang ada di pikiran Luna selama ini tidak salah. Bahwa laki-laki di sampingnya tersebut benar-benar tercipta sebagai iblis berbentuk manusia.

Mereka tiba di rumah Luna tidak sampai 30 menit perjalanan. Luna segera membuka pintu mobil dan akan keluar. Namun, saat akan menurunkan kakinya, suara Dewa menghentikan aktifitasnya.

"Besok kamu tidak usah ke kantor. Bersiaplah pada jam 10 pagi. Aku akan menjemputmu dan kita akan ke bandara. Aku akan mengurus Bisnis di luar kota. Kita akan menginap selama satu minggu. Bawalah pakaianmu yang cukup kamu gunakan untuk satu minggu selama kita ada di sana." Ucap Dewa.

"Baik tuan" Kawab Luna langsung keluar dari mobil Dewa. Luna Menunggu Dewa untuk pergi dari depan rumahnya. Setelah Dewa pergi, Luna langsung masuk ke dalam rumah. Hal pertama yang iya lakukan adalah masuk ke dalam kamar ibunya. Luna akan memastikan ibunya beristirahat dengan baik. Setelah membuka pintu, Luna mendapati sang mama telah tidur dengan nyenyak. Iya pun keluar lagi.

Luna berjalan masuk ke dalam kamarnya. Setelah meletakkan tas dan melepas high heelsnya, Luna segera berkemas. Tidak mungkin Luna akan berkemas besok, karena pasti waktunya tidak akan cukup. Iya mengambil satu buah koper lalu memilih baju-baju yang harus di bawanya. Karena kepergian ini sangat mendadak, Luna harus mempersiapkan semua keperluan yang akan iya gunakan nanti ketika berada di luar negeri.

Setelah menyelesaikan berkemasnya, Luna segera membersihkan diri lalu beranjak tidur. Tidak lupa iya memasang Alarm agar tidak telat bangun. Dan juga hal yang tidak iya lupakan, sebuah pengingat untuk mengirimkan uang kepada dokter sebagai biaya oprasi mamanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!