Aluna Shea atau biasa di panggil Luna menunggu di sebuah ruangan yang penuh dengan pelamar kerja. Beberapa orang yang terlihat begitu berani tampil dengan baju terbuka. Semua mereka lakukan dengan harapan mendapatkan pekerjaan di perusahaan saat ini iya melamar.
"Mengapa mereka datang dengan berpakaian setengah telanjang. Apakah itu satu-satunya cara supaya mereka bisa mendapatkan pekerjaan ini? Mengapa mereka terlalu merendahkan diri hanya untuk mendapatkan pekerjaan seperti ini? semoga saja bos di sini tidak seperti kebanyakan yang akan menyuruh asistennya untuk melakukan pekerjaan sampingan." Luna berdoa di dalam hatinya. selesai bergumam di dalam hatinya sendiri, Luna menatap ke sekelilingnya. dipandangnya ada beberapa orang yang berpakaian jauh lebih sopan dibanding dengan dirinya. Luna berpikir jika mereka telah menjalani pekerjaan yang sama dengan periode yang tidak singkat. dan apa yang dilihatnya itu membuat Luna merasa minder. ia merasa dirinya tidak akan memenuhi syarat untuk mendapatkan pekerjaan ini. padahal Aluna benar-benar ingin mendapatkan pekerjaan ini supaya ia bisa membantu keuangannya sendiri dan juga ibunya. Aluna telah menyaksikan sendiri sedari ia kecil, bahwa menjadi seorang single parent itu tidaklah mudah. namun Ibu Luna tetap memberikan yang terbaik untuk putrinya. Dia membesarkan Luna dengan penuh kasih sayang dan kebaikan. dan yang Luna sesali adalah dia tidak pernah tahu siapa Ayah kandungnya dan dari mana ia berasal. karena setiap kali Luna bertanya kepada ibunya, ibunya selalu menjawab bahwa adanya Luna adalah hasil dari One Night stand dengan laki-laki yang tidak ia kenali. daripada Luna terus memikirkan hal tersebut, ia memilih untuk mempercayai apa yang ibunya katakan. Luna tidak bisa memaksakan kehendaknya kepada sang ibu. dan tiba-tiba, Luna kembali tersadar akan kenyataan ketika seseorang memanggil namanya. seorang lelaki bermata hitam dan dengan senyum yang menawan. Aku berjalan ke mejanya.
" Hai, saya Rama, kamu pasti Aluna Shea ya. Berjalanlah dan masuk ke pintu di sebelah kiri. Bos sedang sedang menunggumu." Ucap lelaki bernama Rama itu.
" Baiklah, terima kasih." Kata Luna sambil berjalan ke pintu sambil berdoa dalam hati sebelum mengetuk pintu tersebut.
" Masuk" Luna mendengar suara seorang lelaki berkata dari dalam ruangan. Luna segera membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan kantor yang terlihat indah. Luna melihat dua kursi berwarna hitam dengan sandaran dan dua sofa tempat duduk dengan meja kayu berwarna cokelat di tengahnya. Sebuah Jendela dengan dua tanaman hijau di depannya. Sebuah rak buku panjang di belakangnya.
Seseorang yang sedang duduk di kursi itu menutup wajah dengan beberapa dokumen di depannya. sehingga dia belum melihat Luna.
"Silahkan duduk" kata pria itu. Luna merasa Suara terdengar sangat sangat familiar. namun ia berharap bahwa pikirannya itu tidak seharusnya mengganggu.
" Terima kasih tuan." Ucap Luna gugup.
"Ayo di mulai" kata lelaki di depan Luna yang akhirnya mengangkat kepalanya. di saat Luna mengetahui wajah lelaki itu, rasanya darah di tubuhnya benar-benar berhenti untuk mengalir. membuatnya membeku di tempat. Luna masih tidak percaya itu dia. seseorang yang selalu ingin Ia hindari dan berharap tidak akan menemuinya lagi. lelaki tersebut membuat hidup Luna seperti neraka saat mereka duduk di bangku SMA. seseorang yang menjadi musuh bebuyutan luna, Dewa Andriano. Lelaki tersebut telah berubah. Saat ini terlihat lebih tampan. sehingga membuat Luna lupa Apa tujuannya saat ini berada di tempat itu.
" Siapa namamu? " kata lelaki di depannya.
" kalau kamu sudah selesai menatapku, aku ingin wawancara ini segera dimulai" Kata Lelaki itu seolah-olah ia tidak tahu siapa wanita di depannya tersebut.
" apa dia benar-benar menanyakan pertanyaan seperti itu. Aku tidak percaya dia tidak mengenalku. atau dia hanya ingin memastikan saja" gumam Luna dalam hatinya.
" Nama saya Aluna Shea." jawab Luna. dan dia sangat berharap bahwa Dewa tidak ingat siapa dan semua yang pernah Dewa lakukan selama di masa SMA.
" Saya ingin tanya di mana kamu di sekolah waktu SMA? " ucap Dewa.
" Saya bersekolah di SMA Tunas Bangsa" jawab Luna dengan harapan Dewa tidak akan ingat dengan dirinya.
" Maaf tuan, tapi saya merasa aneh Kalau anda hanya bertanya tentang sekolah SMA saya" dengan ragu Luna mengatakan hal tersebut.
"Memangnya kenapa? " tanya Dewa sambil menatap Luna.
"Apakah kamu berpikir kalau aku sudah benar-benar melupakan kamu Shea? " ucap Dewa kembali.
"Oh tidak. Dia mengingatku. dia juga memanggilku dengan nama panggilan sewaktu di SMA. Dengan berat hati, Luna sama sekali tidak ingin mendapatkan pekerjaan ini.
"Lalu kenapa kamu bersikap seperti itu. Kamu tidak mengenalku tadi" kata Luna sedikit jengkel.
"Karena aku merasa lebih baik seperti itu" Ucap Dewa. Lelaki itu masih bertingkah seperti dulu, menyebalkan. Luna tidak mengatakan apa-apa selain menatap lelaki tersebut dengan tajam. jauh dalam lubuk hati Luna yang paling dalam, dia berharap bahwa Dewa telah berubah. namun kenyataannya tidak. Dewa Malah berdiri dan berjalan menuju ke arah jendela. Dewa memunggungi Luna seakan ia memamerkan punggungnya yang tegak tersebut. bahkan dengan ketampanan yang dimiliki oleh Dewa saat Dia memiliki hati seperti setan menurut Luna.
"Aku ngin kamu berada di sini hari Senin pagi, jangan terlambat! " Ucap Dewa dengan tiba-tiba.
"Maksudmu... Aku di terima kerja? " Luna bertanya.
"Apakah aku harus menjelaskan Lebih Detail agar kamu paham? " tanya Dewa kepada Luna.
" Oh tidak, tidak perlu" Luna menjawab dengan terbata-bata.
"Good. Sampai jumpa di hari Senin pagi dengan kopi hitam tanpa gula." ucap Dewa tanpa melihat ke arah Luna.
" Baiklah tuan, tapi ada yang harus saya katakan, kita belum mulai wawancaranya" Ucap Luna.
"Shea, aku sudah mengenalmu hampir setengah dari hidup yang kita jalani. Aku tahu kamu tidak akan menjadi ancaman bagiku, dan dari resume mu, aku tahu semuanya baik-baik saja sebelum kamu sampai ke tempat ini" Luna terdiam mendengar apa yang Dewa katakan.
"Oh baiklah kalau begitu, terima kasih" Luna berkata dengan singkat. Iya senang karena telah mendapatkan pekerjaan. namun di dalam hatinya lu juga merasa khawatir. Apakah pekerjaan ini dia dapatkan karena memahami syarat atau karena Dewa mengenal Luna secara pribadi. atau mungkin ada alasan lain.
"Sampai jumpa hari Senin" ucap Luna sambil berjalan keluar dari ruangan Dewa.
Sambil berjalan keluar gedung, Luna mencoba menghubungi mamanya untuk menyampaikan kabar baik. Namun karena tidak diangkat, dia mengirimi sahabatnya pesan singkat. Luna berfikir jika mamanya sedang sibuk. Setelah beberapa menit, Ada pesan balasan dari Fina, sang mama. Luna segera membacanya. hal yang membalas pesan Luna dan mengajaknya untuk makan siang. karena tidak ingin membuang waktu, Luna segera mencari taksi untuk pulang.
Setelah sampai di rumahnya, Luna segera membersihkan diri lalu memakai pakaian santai. Begitu selesai membutuhkan make up pada wajahnya dengan tipis, Luna segera keluar dari rumah dan memesan taksi online untuk sampai di tempat yang ditentukan oleh sang mamq.
"Mama" Panggil Luna sambil duduk. Tanpa harus di beritahu oleh Fina, Luna sudah tahu di mana iya harus duduk karena saking seringnya ke sini.
"Luna, bagaimana wawancara kerjanya? " Tanya Mamanya ketika anaknya tersebut sudah duduk di depannya.
"Cukup mengejutkan, tapi aku berhasil mendapatkan pekerjaan itu." Jawab Luna.
"Aku ikut senang mendengarnya. Tapi, apa maksudmu dengan aneh?"tanya sang mama dengan penasaran.
"Aku akan menjelaskan setelah makan, aku sudah lapar sekali." jawab Luna. Dan Fina hanya menurut saja.
Hampir setengah jam waktu yang mereka butuhkan untuk menghabiskan makanan yang berada di piring, Luna sudah bersiap untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
"Mama tidak akan percaya siapa bosku yang baru. Dia adalah si brengsek Dewa Andriano" ucap Luna kepada sang mama.
"Andriano? " Fina yang mendengar berita itu membulatkan mata seakan tak percaya.
"Iya, si brengsek itu. Sepertinya dia tidak berubah sama sekali, dia masih saja tetap membenciku" Balas Luna.
"Aku rasa dia tidak membencimu." bantah Fina.
"Luna sangat yakin ma. Luna pernah mendengar bahwa dia pernah mengatakan kalau sangat membenciku"
"Mama tahu, lucunya, kita bahkan bukan teman sekelas. Dewa Andriano adalah kakak kelasku di SMA" Ucap Luna kembali.
"Dan hal yang membuat aku bingung adalah ketika dia selalu menggertak setiap teman lelaki ku. Dia sampai pernah berantem hanya gara-gara membelaku di sekolah." Ucap Luna dengan kesal mengenang masa lalunya.
"Aku baru mengetahui beberapa waktu terakhir" imbuh Luna lagi.
"Dia memperhatikanmu karena dia menyukaimu" Ucapan mama Fina hanya di jawab senyuman oleh Luna.
"Darimana mama tahu? " Tanya Luna.
"Ya tahu dari manapun lah" Jawan mamanya santai.
"Terserah lah apa yang mama katakan. Aku tidak peduli"
"Tapi luna masih ragu dengan apa yang mama katakan katakan tadi. Soalnya Dewa bertingkah seperti tidak mengenalku pada awalnya." Aluna menjelaskan pada mamanya tentang apa yang terjadi di kantor tempat wawancaranya tadi. Dan betapa brengseknya Dewa. Tapi menurut Luna, iya merasa bahwa Dewa hanya ingin mengetesnya saja. Setelah lama berbincang-bincang, Mama Luna pergi karena harus kembali bekerja di kantornya
Setelah makan siang, Luna memutuskan untuk berbelanja pakaian untuk bekerja. karena terakhir ia memeriksa lemari pakaiannya, Luna merasa tidak ada pakaian yang cocok yang dapat digunakan sebagai asisten pribadi. Ia pun berjalan keluar dari restoran dan naik taksi menuju ke sebelah Mall. Setelah sampai di mall, Luna berkeliling dan memasuki beberapa toko untuk mencari baju yang dirasanya pas untuk dirinya. namun sudah 10 toko yang ia putari dan tidak ada satupun yang pas untuk dirinya. Terakhir ia memasuki sebuah toko. Namun di saat akan memilih baju, Luna mendengar ponselnya berdering. Dan di saat yang bersamaan, Iya melihat sebuah nomor yang tidak dikenalnya.
"Halo" Dengan ragu Luna pun mengangkat panggilan tersebut. Luna berfikir jika yang menghubunginya adalah Dewa untuk mengingatkan agar dirinya tidak terlambat besok.
Setelah menjawab telepon tersebut, Luna mendapatkan kabar buruk jika sang Mama di larikan ke rumah sakit saat dalam perjalanan pulang dari kantor.
"Apakah ini dengan nona Aluna? Ibu anda saat ini ada di rumah sakit. Dia pingsan saat mau pulang. Kita sudah berusaha untuk membangunkannya, tapi tidak bisa. Kita membawanya ke rumah sakit." ucap seseorang dari seberang telepon.
" Di rumah sakit mana sekarang mama saya" Aluna meminta orang tersebut untuk mengirimkan alamat rumah sakit agar dirinya dapat menemui sang Mama. Begitu orang tersebut mengatakan, Luna segera mencari taksi supaya cepat sampai di rumah sakit. Luna merasa khawatir dengan keadaan sang mama. Karena selama ini Mama Luna adalah salah satu orang yang dan jarang sakit, sehingga mendengar mamanya pingsan dan berada di rumah sakit membuat Luna ketakutan.
Saat Luna tiba di rumah sakit, Luna segera menuju ke meja resepsionis.
"Di mana Mama ku?" tanya Luna saat dia sudah di depan petugas resepsionis rumah sakit.
"Siapa namanya?" tanya seorang wanita yang mengenakan seragam perawat.
"Safina Shea" jawab Aluna.
" Ibumu anda ada di lantai dua. Naiklah lift, setelah keluar, jalanlah lurus mengikuti lorong. Mamamu ada di pintu pertama sebelah kiri"
"Terima kasih " kata Aluna. Ia segera meninggalkan meja resepsionis lalu naik lift ke lantai dua. Aluna mengikuti jalan sesuai dengan petunjuk petugas resepsionis tadi. Tidak terlalu sulit mencari ruangan yang dimaksud oleh petugas tersebut. Setelah menemukan ruangan yang dicarinya, Aluna segera masuk ke dalam dan melihat mamanya menggunakan masker oksigen untuk bernafas.
"Ya Tuhan! Apa yang terjadi? " Luna berjalan ke samping mamanya dan ternyata sudah bangun.
"Alhamdulillah... Terima kasih ya Tuhan. di saat melihat sang Mama sudah siuman.
" Mama apa yang terjadi? " tanya Aluna dengan rasa khawatir yang berlebihan.
" Luna jangan menangis. Mama baik-baik saja, tidak perlu khawatir" kata sang mama sambil melepas masker oksigen di wajahnya.
"Bagaimana aku tidak menangis melihat mama seperti ini." ucap Luna sambil memegang tangan mamanya yang terbaring di atas ranjang rumah sakit.
“Jangan khawatir, mama baik-baik saja” kata Fina sambil menggenggam lengan putrinya begitu erat. Dan di saat yang bersamaan, seorang dokter masuk dan meminta Luna untuk menemuinya di ruangan dokter. Tanpa berpikir panjang, Luna pun mengikuti dokter tersebut. Luna berjalan dengan perasaan tak menentu. Ia pun berdoa semoga tidak terjadi apa-apa kepada mamanya. Dokter memberikan sebuah amplop coklat yang mungkin itu berisi surat keterangan tentang kesehatan sang mama. Namun Luna menolak untuk mrmbacanya. Dia lebih memilih untuk mendengarkan apa yang diucapkan oleh dokter.
"Ibu anda menderita kanker payudara , tapi kita bisa... " kata dokter tersebut.
" Tidak... Tidak... ini tidak mungkin terjadi! " Luna tidak membiarkan dokter tersebut menyelesaikan kalimatnya. Iya Pun Menangis.
" Nona Aluna, Saya harap anda akan bersabar dengan semua ini. Semuanya akan baik-baik saja" kata dokter di depan Luna mencoba untuk menghiburnya.
“Ibumu membutuhkan dukungan untuk bisa sembuh dari penyakitnya itu. jadi kamu harus kuat.”
“Anda benar dokter. Aku harus kuat demi mama” kata Luna sambil menyeka air mata yang jatuh di pipinya.
"Jadi, apa yang bisa kita lakukan dok? " tanya Luna berusaha terdengar kuat.
"Oprasi... kurang lebih seperti itu" Kata dokter sambil tersenyum meyakinkan Aluna.
" Ibumu terkena kanker stadium pertama. Untungnya, kami bisa mendeteksinya tepat waktu. Dia perlu dioperasi, dan semuanya akan baik - baik saja"
" Berapa biayanya? " tanya Luna dengan sedikit ragu.
"Sekitar 150 juta" katanya. Luna pun terkejut Ia berpikir dari mana ia akan mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat.
"Dokter, saya tidak punya uang sebanyak itu sekarang, tapi saya berjanji akan mendapatkan uang itu tepat pada waktunya. Tolong jangan hentikan pengobatan untuk ibuku." Luna mengatakan hal tersebut sembari memohon kepada dokter. Ia pun juga berharap bahwa Dewa akan membayarkan gajinya tepat waktu. sehingga ia akan bisa membayar biaya operasi namanya tepat waktu.
" Saya akan pergi dan menemui ibu ku terlebih dahulu." satu-satunya hal yang bisa dilakukan Luna untuk ibunya adalah memberikannya obat hingga Ia mendapatkan uang untuk operasi mamanya.
"Baiklah..." Jawab dokter.
"Terima kasih banyak dokter, terima kasih." Luna merasa senang mendengar jawaban dokter. Hingga ia mengucapkan terima kasih berulang-ulang kali.
" Baiklah, sampai jumpa lagi Nona Aluna." Ucap dokter. Dan Luna pun keluar dari ruangan itu.
Luna berjalan menuju ke ruangan di mana mamanya dirawat. Di saat ia masuk ke dalam ruangan tersebut, Iya melihat mamanya sedang tidur. Luna pun duduk di kursi yang berada di samping tempat tidur. Luna tidak bisa membayangkan hidupnya tanpa sang mama. wanita yang terbaring di depannya itu adalah satu-satunya keluarga yang dimilikinya. Hingga akhirnya, Luna pun menghabiskan akhir pekan di Rumah Sakit Bersama mamanya yang terbaring di atas bramkar rumah sakit.
Hari Senin yang dijanjikan Dewa pun telah tiba, Aluna pergi bekerja di pagi hari dan akan kembali di malam hari ke rumah sakit untuk menemani mamanya.
pagi ini sebelum berangkat bekerja, Aluna sedang mengantri di Starbucks untuk mendapatkan kopi pesanan Bos barunya itu. Kopi hitam tanpa gula seperti yang diminta oleh Dewa Andriano. Aluna pun tiba di gedung perusahaan pada pukul 8:54 pagi. Iya segera masuk ke lift untuk cepat sampai ke ruangan Dewa. Setelah berada di depan pintu, Luna mengetuk pintu ruangan tersebut pada jam 9:00 pagi. Pendengarannya ia gunakan dengan sebaik mungkin dan menunggu tanggapan dari dalam.
"Masuk" Setelah beberapa detik, Aluna mendengar kata masuk dari orang yang berada di dalam ruangan tersebut. Luna masuk dan melihat Dewa yang duduk di kursi kebesarannya sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.
" Apa kabar Shea? " Sapa Dewa.
"Pagi tuan. Ini kopi nya" balas Aluna sambil meletakkan kopi yang dipegangnya ke meja. Dewa pun mengambil kopi tersebut dan meletakkan lebih dekat dengan dirinya.
"Shea" kata Dewa kembali memanggil Luna.
" Iya Tuan "jawab Aluna.
" apa terjadi sesuatu? " tanya Dewa sambil menatap ke arah Aluna.
"Saya baik-baik saja tuan, terima kasih" balas Aluna kepada dewa. Dan Dewa pun tidak berkata apa-apa setelah itu. Luna pun memutuskan untuk keluar kembali dari ruangan tersebut. Namun di saat ia akan memutar knop pintu, iya mendengarkan Dewa berbicara.
"Ada beberapa surat yang harus kamu tandatangani sebagai Asisten pribadiku. duduklah terlebih dahulu, aku akan mengambilkannya" ucap Dewa sesaat kemudian. Aluna duduk sementara Dewa mengeluarkan sebuah kertas.
Setelah Luna membaca kertas yang telah diberikan oleh Dewa Iya menyadari sesuatu. Di dalam surat perjanjian itu tertuliskan bahwa Luna akan setuju untuk bekerja dengan Dewa selama lima tahun tanpa mengundurkan diri. Tapi dewa dapat memecat Luna dan mengakhiri kontrak kapan saja Ia mau.
"Wow lima tahun adalah waktu yang lama. Tidak mungkin saya menandatangani ini."
"Apakah semua asisten pribadi Anda harus menandatangani kontrak kerja selama lima tahun? " Tanya Luna.
"Apa saya juga harus setuju dengan perjanjian ini? " tanya Aluna memberanikan diri.
" Aku pernah memiliki beberapa asisten pribadi yang berhenti bekerja bahkan belum genap 1 bulan bekerja. Jadi aku ingin memastikan kamu tidak berhenti bekerja sebelum waktu kontrak tersebut habis. Bukannya aku kejam, tapi mewawancarai orang baru itu sangat tidak aku suka." Ucap Dewa. Luna akan berbohong jika dia mengatakan saya terkejut, iya sudah mengetahui orang seperti apa Dewa Andriano. Orang yang sangat sulit diajak bekerja sama. Dia ingat saat di SMA dulu, ketika mereka berdua secara sukarela mendekorasi sebuah panggung untuk acara. Dewa Andriano berpura-pura sakit dan menolak untuk melakukan apapun. Hingga akhirnya Luna harus melakukan dekorasi panggung sendirian. Luna merasa tidak bisa menandatangani surat kontrak tersebut. Karena secara tidak langsung, ia akan mengizinkan lelaki kejam di depannya itu untuk memperlakukan dirinya semena-mena. namun di sisi lain, Luna teringat pada mamanya yang terbaring dirancang Rumah Sakit dengan beberapa kabel yang menempel di tubuhnya. Akhirnya, Luna pun menandatangani surat-surat kontrak tersebut. Iya melakukan semua ini demi sang mama.
Setelah menandatangani dokumen di depannya, Luna menyerahkan kembali kertas tersebut kepada dewa. Dan ia pun berdiri untuk keluar dari ruangan tersebut. Namun suara Dewa yang berat telah menghentikan langkahnya.
" kemarilah! " ucap Dewa saat dia selesai menyesat kopi yang dibelikan Luna tadi. dan hal itu bersamaan dengan saat Luna akan meninggalkan ruangan tersebut. Luna pun menurut dan kembali berjalan lalu berdiri di depan Dewa.
" Apa kamu melupakan sesuatu? Kenapa kamu membawakan aku sebuah kopi yang sudah dingin." ucap Dewa sembari menatap tajam ke arah Luna.
"Itu... Aku tadi membawa ke sini masih dalam keadaan panas" Suara Guguk Luna terdengar jelas.
"Tutup mulutmu! " suara Dewa yang nyaring menggelegar di ruangan tersebut.
"Aku tidak ingin mendengar alasan yang tidak masuk akal dari kamu. Apakah kamu melihat rak buku di belakangmu itu? Rak-rak itu penuh dengan file-file penting. Aku ingin semua file itu diatur dalam urutan abjad dan harus selesai sebelum jam makan siang" ucap Dewa dengan Suaranya yang keras. Luna membulatkan matanya karena terkejut dengan tugas yang baru saja diberikan oleh Dewa. Iya merasa tidak mungkin akan menyelesaikan tugas tersebut yang harus selesai di jam makan siang.
"Aku tahu kamu akan mengatakan bahwa kamu tidak akan bisa menyelesaikannya sebelum tengah hari, tetapi aku tidak peduli. aku tetap ingin kamu menyelesaikannya dan aku tidak peduli bagaimanapun caranya" ucapan Dewa terdengar dingin. Iya langsung berbalik membelakangi Aluna. Luna sadar, Iya tidak akan bisa membatalkan semua kontrak yang telah Ia tanda tangani barusan. Hal ini sama saja dengan menyerahkan hidupnya kepada seorang iblis yang kejam di depannya tersebut. Aluna harus bertanggung jawab dengan semua yang dilakukan Dewa terhadapnya.
Salah satu cara yang dilakukan oleh Luna adalah membawa kotak-kotak buku yang tersusun di rak tersebut ke ruangannya sendiri. Luna benar-benar merasa ingin berhenti dari pekerjaannya saat ia melihat pekerjaan yang harus dilakukannya. Luna tahu jika Dewa akan kembali membuat hidupnya seperti di neraka seperti masa SMA dulu. namun jika Luna melarikan diri dari kontrak yang telah ditandatanganinya, ia akan berurusan dengan hukum. Belum lagi ia harus membayar tagihan Rumah Sakit mamanya. Serta biaya operasi yang tidak sedikit. Luna belum siap mengambil segala resiko. Hampir beberapa detik berlalu setelah Luna mengangkat kotak-kotak file tersebut ke ruangannya. iya mulai menyusun file sesuai yang diminta oleh Dewa.
5 menit sebelum menjelang makan siang, Luna telah berhasil menyelesaikan pekerjaan yang dirasakannya seperti kerja rodi tersebut. Tapi tubuhnya benar-benar merasa hancur. Rasa lelah yang dirasakannya benar-benar terasa. Luna pun memutuskan untuk keluar dan makan siang. Namun sebelum ia keluar dari ruangannya, ponselnya berdering dan sebuah pesan singkat dari dewa Iya terima. Dalam pesan tersebut Dewa menyuruh Luna untuk segera ke ruangannya.
Dengan langkah berat, Luna langsung berjalan menuju ke ruangan Dewa. Saat sudah berada di depan pintu Ia pun mengetuk dengan perlahan.
Sebuah suara terdengar di telinga Luna. Luna pun langsung memutar knop pintu dan masuk ke dalam ruangan tersebut. Setelah berada di dalam, Luna melihat Dewa yang duduk di mejanya yang sedang sibuk dengan beberapa dokumen di depannya.
"Ambil file di atas meja itu dan kirim faks ke semua kontak di atasnya," kata Dewa tanpa berpaling dari kertas di depannya.
"Pak, saya akan istirahat dan makan siang terlebih dahulu. saya akan mengerjakannya nanti setelah saya kembali Ketika saya kembali " kata Luna. karena Ia berpikir bahwa tidak mungkin Dewa akan melarangnya untuk makan siang.
"kamu tidak boleh pergi makan siang, dan kalau kamu belum makan itu masalah kamu sendiri" kata Dewa tak berperasaan sambil menatap Intens ke arah Luna. Luna baru menyadari ketika tatapan Dewa beralih dari satu tempat ke tempat lainnya di tubuhnya. Dan hal tersebut benar-benar membuat Luna merasa tidak nyaman ditatap oleh bosnya seperti itu. Apalagi hanya ada mereka berdua di ruanagn tersebut. Akhirnya tanpa menjawab apapun, Luna pun mengambil file yang dimaksud oleh Dewa dan segera keluar dari ruangan tersebut.
Satu bulan telah berlalu sejak Luna bekerja di perusahaan Dewa. Dan yang Luna rasakan adalah tersiksa. Semua pekerjaan yang iya lakukan tidak ada yang benar. Pernah suatu hari Luna lupa mengirimkan sebuah email ke seseorang, atau Luna mencatat nomor dengan salah. Dewa memarahinya sengan habis-habisan. Masalah kopi yang terlalu panas atau dingin pun juga menjadi masalah untuk Dewa. Luna merasakan panas di hatinya setiap hari. Yang di harapkan Luna adalah seseorang yang memiliki hati, bukan iblis yang berupa manusia.
Di saat yang sama, Luna mendengar ponselnya berdering. Luna sudah mengira bahwa pesan masuk itu pasti dari Dewa. Namun setelah melihatnya, Luna terkejut.
"75.000.000" ucap Luna dengan kagum. Dan uang itu telah masuk ke rekening pribadinya. Pengirim atas nama Dewa Andriano. Luna tersenyum memandang deretan angka rupiah yang berada di M-bankingnya. Gaji yang setara di dapatkan oleh Luna, sepadan dengan kerja keras yang di lakukannya. Dan saat memandang jam, sudah menunjukkan waktu makan siang. Luna pun berdiri dan keluar dari ruangannya.
Luna masuk ke dalam lift, Luna mendengar ponselnya berdering.
'Halo tuan, ada yang bisa saya bantu? " ucap Luna ketika dia sudah menggeser layar ponselnya.
"Aku buruh kamu, cepat ke ruangan saya sekarang juga" Suara Dewa terdengar sangat keras di telinga Luna, sehingga iya sampai menutup telinganya. Dan belum sempat Luna menjawab apapun, Dewa sudah mengakhiri panggilan itu. Tak ada pilihan lain, akhirnya Luna berjalan dengan malas menuju ke ruangan bos kejamnya itu.
'Tok tok tok' Luna mengetuk pintu ruangan Dewa.
"Masuk" terdengar suara dari dalam ruangan tersebut. Luna segera membuka pintu dan masuk. Saat sudah di dalam ruangan tersebut, Luna melihat Dewa yang tengah sibuk dengan tumpukan dokumen di depannya.
"Aku mau kamu pergi ke alamat ini untuk mengambil pesanan jas yang akan aku gunakan untuk malam ini. Dan kamu gunakan kartu ini untuk membeli bajumu sendiri yang cocok untuk nanti malam juga." Kata Dewa di depan Luna.
"Baiklah tuan. Tapi saya tidak perlu menggunakan uang anda untuk membeli keperluan pribadiku. Aku sudah punya uang sendiri. Dan terima kasih atas gajij yang telah anda berikan" Ucap Luna.
"Aku tidak bertanya apakah kamu punya uang atau tidak. Kalau aku sudah mengatakan gunakan kartuku, ya gunakan saja. Gajimu terserah mau kamu gunakan untuk apa" Kata Dewa kembali. Luna merasa ingin memprotes apa yang sudah Dewa katakan. Namun iya mengurungkannya karena mungkin akan menjadi urusan yang panjang. Luna pun segera mengambil secarik kertas bertuliskan alamat itu serta sebuah kartu kredit yang di berikan oleh Dewa. Iya langsung keluar dari ruangan yang menurutnya membuat sesak di dada tersebut.
Ketika Luna telah sampai pada alamat yang berada di tulisan tersebut. Iya melihat sebuah toko pakaian dengan brand terkenal. Luna pun segera masuk. setelah berkata kepada petugas yang melayani di toko tersebut, akhirnya Luna mendapatkan apa yang disuruh kan oleh Dewa. dan di saat yang bersamaan ia mendengar ponselnya berdering.
" lebih baik kamu cepat melakukan tugasmu dengan baik dan jangan terlambat kembali ke kantor" isi pesan yang dikirimkan oleh Dewa kepada Luna. akhirnya setelah mengambil setelan jas milik Dewa, Luna segera mencari baju yang pas untuk dirinya sendiri.
" Aduh aku kenapa bisa lupa sih. Kenapa nggak aku tanyain acara acara apa malam ini" kumam Luna sendiri saat dia keluar dari toko tersebut. akhirnya ia berpindah sebuah mall dan di sana ia mencari baju yang akan digunakan untuk nanti malam.
"Baju yang seperti apa ya yang akan aku pakai nanti malam. Lagian aku nggak tahu itu acara apa. dasar Dewa selalu menyebalkan dan seenaknya sendiri" kalau Luna saat Iya mengitari beberapa butik yang berada di mall.
" wah yang ini cocok sekali... Kak saya mau yang ini yang ini satu ya" setelah mencobanya Luna merasa bahwa gaun itu sangat cocok untuk dirinya. enggak ya ingin pelayan di toko baju tersebut membungkusnya. Iya bener-bener teringat dengan pesan singkat yang dikirimkan oleh Dewa kepadanya tadi. tak ingin membuang-buang waktu, Luna pun segera kembali ke kantor.
setelah buru-buru untuk segera bisa sampai ke kantor. Luna langsung menuju ke ruangan Dewa. Luna segera mengetuk pintu ruangan tersebut. bolak-balik ia mengetuk dan tak ada jawaban sekalipun. hampir beberapa menit berlalu setelah ia datang. karena tak ada jawaban sama sekali, Luna pun membuka pintu dan segera masuk.
" kok nggak ada ya. Ke mana sih? " gumam Luna sendiri saat dia sudah berada di ruangan Dewa. karena tak ada orang di situ, Luna langsung menggantungkan jas yang iya pegang ke sebuah gantungan.
" setelah makan siang kamu boleh pulang. dan Bersiaplah untuk acara nanti malam" ucap Dewa secara tiba-tiba mengejutkan Luna. Luna menoleh ke kanan dan ke kiri menyapu ruangan tersebut dengan pandangannya. dan ia melihat Dewa yang baru saja keluar dari kamar mandi pribadinya.
" baik Tuan Terima kasih" setelah mengucapkan terima kasih, Luna pun langsung keluar dari ruangan Dewa.
" Aduh, kenapa aku bisa lupa untuk menanyakan acara apa nanti malam ini. Ah nanti aku akan mengirimkan pesan sajalah kepada dewa." Aluna mengambil ponselnya lalu menanyakan acara apa nanti malam yang akan ia datangi.
" acara gala amal. Kamu Pulanglah Dan bersiaplah mulai dari sekarang aku akan menjemput ke rumahmu" balasan dari dewa membuat Luna membacanya dengan serius.
Setelah Luna sampai di rumahnya, dia beristirahat. Iya segera mandi dan merias dirinya. Begitu selesai mandi, Luna segera mencoba baju yang baru saja dibelinya. Dan waktu saat ini menunjukkan pukul 07.20 menit. Luna merasa santai karena dia telah selesai berdandan sebelum Dewa datang ke rumahnya. Luna menggunakan sebuah gaun berwarna hitam dengan lengan panjang. Make up Flawless dengan lipstik berwarna merah.
Saat baru saja duduk di sofa, Luna mendengar bel rumahnya berbunyi. Luna sudah mengira jika yang datang tersebut adalah dewa. Dengan cepat Luna berdiri.
" Mama lu mah pergi dulu ya. Jangan lupa untuk minum obatnya" Luna berpamitan kepada mamanya terlebih dahulu sebelum pergi.
" Iya sayang hati-hati, selamat bersenang-senang" jawab Mama Luna dari dalam dapur. Luna pun segera keluar dari rumah. di luar rumah ia melihat Dewa yang sedang bersandar di mobilnya.
"Wah Dewa tampan sekali" gumam Luna dalam hatinya. di saat Luna sudah mendekat ke arahnya, Dewa membukakan pintu mobil. dan setelah Luna masuk, Dewa menutup pintu lalu berputar mengelilingi mobil untuk masuk ke kursi kemudi.
"Apakah kamu sudah siap berangkat? " tanya Dewa sambil memasangkan sabuk pengamannya dan tersenyum pada Luna.
" tumben sekali dia bisa tersenyum" ucap Luna dalam hatinya.
" Ya sudah Mari kita berangkat"jawab Luna dengan singkat. akhirnya Dewa menjalankan mobilnya menuju ke tempat acara diadakan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!