Balas Dendam Seorang Istri
Fajar pagi mulai memudar,di gantikan dengan warna yang lebih terang darinya. Cahaya itu mulai menyilaukan mata siapapun yang hendak menatap ke arah langit.
Seorang gadis desa yang baru saja memetik sayuran di kebun.Tengah berjalan ke arah rumah sederhana milik keluarganya.Dengan alas sandal jepit, serta beberapa jejak lumpur yang tertinggal di pinggir kaki gadis itu.
Namun senyum ceria tak pernah hilang dari sudut bibirnya. Indira baru saja berpapasan dengan seorang pemuda yang selama ini dia sukai.Heru, pemuda yang sejak kecil sudah sering bermain bersamanya.
Gadis itu terbayang wajah Heru hingga tanpa sadar sudah sampai di rumah.Dia meletakkan sayuran yang baru dia petik tadi di atas baskom kecil.
"Indira,Indira. Kamu ini selalu memikirkannya," batin Indira heran pada dirinya sendiri.
Indira membersihkan dahulu kakinya dengan air mengalirq di dekatnya. Kemudian duduk di kursi samping rumah. Sambil memilah sayuran-sayuran tadi.
Suara langkah kaki dari dalam rumah terdengar di telinga gadis itu.Serta suara yang tak asing memanggilnya.
"Ra! Indira!" panggil namanya oleh pemilik langkah kaki tadi.
"Ya bu, Indira di samping rumah nih," Jawab Indira dengan suara khas miliknya yang lembut.
Hidup sebagai gadis desa,Indira terbiasa dengan sopan dan santun yang telah di ajarkan oleh kedua orang tuanya.
Sang ibu bernama Aminah datang menemui Indira dengan langkahnya yang terburu-buru.Wanita berusia hampir kepala lima itu datang sambil membenarkan jilbab yang dia pakai.
"Ada apa bu?" tanya Indira. Tangannya masih sibuk dengan sayuran yang dia petik tadi.
"Indira,cepat kamu ganti pakaianmu itu!" pinta Aminah pada putri bungsunya.Indira adalah bungsu dari tiga bersaudara, dia memiliki dua kakak laki-laki. Keduanya masih berada di kebun pagi ini.
"Tapi bu, Indira belum selesai memilah sayuran ini?" balasnya.
"Sudah,letakkan saja di situ! Sekarang kamu berganti pakaian yang bagus sana!" pinta Aminah. Indira tampak kebingungan, terlihat dari raut wajahnya.
"Memangnya mau kemana bu?" tanya Indira.
"Sudah,jangan banyak tanya. Kamu turuti saja perintah ibu.Ayah kamu sudah menunggu di ruang tamu." Aminah mendorong pelan tubuh Indira agar segera masuk ke dalam kamarnya.
Indira hanya diam sambil mematuhi sang ibu. Dia tidak berhenti bertanya dalam hati,ada hal apa yang membuat ibunya tampak begitu bersemangat seperti sekarang ini.
"Kamu pakai ini saja Dira!" ucap Aminah sambil menyerahkan pakaian yang dia ambil dari almari baju Indira.
"Kita mau kemana sih bu?" tanya Indira masih penasaran.
"Sudah kamu pakai saja, hari ini kita kedatangan tamu dari luar kota nak," jawab Aminah.
Indira menatap heran, tamu dari kota yang di maksud ibunya siapa. Setahu Indira mereka tidak memiliki sanak saudara di kota sana. Lalu siapa yang akan bertamu?
Kepala Indira pusing ketika mencoba memikirkannya. Dia akhirnya segera mengganti pakaiannya tadi. Setelah itu merapikan rambutnya.
Aminah keluar terlebih dahulu dari kamar putrinya. Dia berlari ke dapur untuk menyiapkan minuman dan camilan untuk tamunya.
Langkahnya terhenti di depan kamar Indira kembali. Di kedua tangannya tampak sibuk dengan membawa nampan berisi camilan dan minuman.
"Indira, bawa ini ke ruang tamu!" pinta Aminah.
"Baik bu," Indira segera keluar dari kamarnya dan menerima nampan itu. Dia mengikuti langkah ibunya menuju ke ruang tamu.
Ekor matanya tampak melirik ke arah kursi di ruang tamu itu. Namun hanya tubuh bagian belakang yang bisa Indira lihat. Tampak dua pria duduk berdampingan di depan bapaknya.
"Maaf ya menunggu lama. Ayo Indira berikan minumannya pada tamu kita," ucap Aminah sesampainya tak jauh dari kursi tamu.
"Baik bu," Indira menganggukkan kepalanya. Dia segera meletakkan nampan berisi minuman dan camilan yang sejak tadi dia bawa.
Indira sekilas melihat wajah dua pria di depannya itu. Satu sudah seusia bapaknya sedangkan yang satu lagi. Tak jauh beda dengan dirinya.
"Terima kasih bu, maaf merepotkan," ucap salah satu diantara mereka.
"Tidak apa-apa kok nak Reno, jangan sungkan. Ayo silahkan di minum, pak Ilham,nak Reno." Ucap pak Wahid, bapak dari Indira.
"Baik pak," jawab Reno dan di ikuti dengan anggukan dari pak Ilham. Ayah dari Reno.
"Oh iya Indira. Perkenalkan,ini pak Ilham dan di sampingnya itu Reno. Putra semata wayangnya. Dan nak Reno, ini anak bungsu saya,Indira." Ucap pak Wahid memperkenalkan keduanya.Mereka bersalaman sambil melempar senyum.
Indira duduk di samping ibunya. Sejak dia datang ke ruang tamu. Reno tidak bisa lepas memandang wajah ayu milik Indira.Namun dia merasa tidak nyaman dengan tatapan itu.
Reno tampak terpesona,sangat terlihat oleh Ilham. Sang ayah memperhatikan Reno dan Indira sejak tadi.
"Nak Indira ini benar-benar cantik, iya kan Reno?" tanya pak Ilham setelah selesai meneguk minumannya.
"Benar yah," jawab Reno tanpa malu. Indira merasa ada hal yang di sembunyikan kedua orang tuanya.
"Kalau begitu, kamu mau kan menikah dengannya?" tanya Ilham pada putranya.
Reno mengangguk, sedangkan Indira membulatkan kedua matanya. Dia berpikir mungkin salah mendengar ucapan pak Ilham tadi.
"Bagus, tapi nak Indira kira-kira mau atau tidak ya?" tanya pak Ilham.
Kini semua mata tertuju pada Indira. Dia terdiam sambil meremas jari-jari miliknya.
"Menikah?" satu kata itu akhirnya keluar dari bibir sang gadis.
"Iya nak, pak Ilham dan Reno datang kesini untuk melamar mu," jelas pak Wahid.
Kedua mata Indira mulai berkaca-kaca. Namun dengan sekuat tenaga dia menahannya agar tidak sampai terjatuh.
"Tapi pak, Indira baru saja bertemu dengan mas Reno hari ini. Sebelumnya Indira tidak pernah bertemu. Kenapa tiba-tiba menikah?" tanya Indira dengan suara parau.
"Hahaha, sepertinya nak Indira sedikit terkejut. Tidak apa-apa, nak Indira bisa memikirkan terlebih dahulu saja. Sambil kedepannya bisa mengenal baik Reno," ucap pak Ilham.
"Benar nak, kalian bisa saling mengenal terlebih dahulu," Aminah mengelus punggung tangan putrinya. Dia tahu apa yang sedang di rasakan oleh Indira saat ini.
Reno dan Indira saling bertemu tatap, mereka memiliki pikiran masing-masing di kepalanya.
"Iya, pak bu,biarkan kami saling mengenal dahulu," ucap Reno.
"Iya nak Reno, Indira kamu bawa nak Reno jalan-jalan di dekat sini. Bapak dan ibu hendak berbincang dengan pak Ilham,bisa kan nak?" pinta pak Wahid.
"Baik pak,mari mas ikut saya." Indira pamit undur diri.
"Baik," di ikuti Reno di belakang gadis itu.
Keduanya berjalan ke luar rumah, melihat di sekeliling rumah milik Indira. Suasana pedesaan yang tenang,serta udara yang masih sejuk. Membuat Reno merasa segar. Dia tidak berhenti memperhatikan wajah cantik Indira. Meski pun tanpa make up yang terpoles di sana.Indira tetap cantik alami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Hana Yunani
Aku suka alur ceritanya🥰
2023-08-03
2