Lupakan Saja

Kepala Aminah tiba-tiba terasa kosong, ketika dia mendengar pernyataan dari dua anak muda di depannya ini. Kebingungan tengah menghampirinya. Dia menatap Heru dan Indira bergantian.

"Jangan teruskan lagi hubungan kalian? Indira kamu tahu kan bagaimana sikap bapak kamu?" ucap Aminah melarang keduanya untuk bersama.

Indira hanya bisa mematung di tempatnya berdiri.Isi dalam kepalanya tengah memikirkan bapaknya. Sedangkan hatinya tengah memikirkan Heru.

"Tapi tante, Heru pasti bisa membahagiakan Indira. Heru mohon jangan larang kami untuk bersama," pinta Heru.

"Tidak Heru, tante tidak bisa membiarkan kalian bersama. Sebentar lagi Indira akan menikah. Sebaiknya kamu menjauh dia saja." Ucap Aminah tegas. Dia tidak akan membiarkan Heru mengganggu Indira kembali.

"Ayo Indira, kita pulang!" ajak Aminah sambil menarik tangan Indira agar mengikuti langkahnya.

"Tapi bu, Indira belum selesai berbicara dengan Heru," Indira enggan untuk meninggalkan Heru begitu saja.

"Sudah, ayo pulang!" Aminah tidak memperdulikan ucapan Indira.

"Indira!" panggil Heru,dia terduduk lemas di atas kursi. Sambil melihat Indira yang pergi bersama ibunya.

Heru tertunduk pasrah, dia mengacak rambutnya begitu saja.

"Indira,tunggu aku! Aku pasti akan membawamu pergi bersama denganku," batin Heru bertekad kuat.

Indira dan Aminah sampai di rumah mereka. Sang ibu menarik Indira ke dalam kamarnya lalu mengunci gadis itu.

"Kamu renungkan dulu kesalahan kamu Indira. Ibu tidak mau kamu dan Heru berbuat hal yang membuat malu keluarga kita, besok nak Reno akan ke sini melamar kamu serta menentukan waktu pernikahan kalian!" ucap Aminah pada putrinya sebelum menutup pintu kamar gadis itu.

Indira hanya bisa menyandar pada pintu kamarnya. Mendengar ucapan ibunya tadi.

"Dia akan ke sini besok?" gumam Indira gelisah.Dia belum siap menghadapi perjodohan ini.

Air di sudut mata gadis itu mulai bergulir ke bawah. Melewati kedua pipinya yang mulus itu.

Keesokan harinya, Reno dan keluarganya benar-benar datang untuk melamar Indira. Pria itu tampak rapi dan gagah jika di pandang mata.

Para tetangga menjadi riuh karena melihat banyaknya hadiah yang di bawakan untuk melamar gadis itu.Tapi dia tidak merasa senang sama sekali. Dia masih memikirkan perasaan Heru.Pria itu pasti akan sangat terpukul.

"Indira," sapa Reno ketika di dekat Indira.

"Iya mas," jawab Indira, namun gadis itu refleks menjauh dari Reno.

Keduanya berada di depan teras,setelah acara seserahan selesai.

"Kamu marah ya? Maafkan aku Indira sedikit tergesa-gesa. Sebenarnya aku harus ke luar negeri, tapi papa ku meminta untuk segera menikahi mu. Kamu mau kan menikah denganku?" tanya Reno.

"Lalu setelah menikah kita akan tinggal di luar negeri selama mas menyelesaikan pekerjaan mas di sana," jelasnya lagi. Indira masih terdiam, belum memberi jawaban sedikitpun.

"Indira hanya bisa mengikuti kemauan kalian saja. Apa yang menurut bapak dan ibu baik, Indira akan mengikutinya," jawab Indira.

Reno tersenyum,dia tidak salah memilih calon istri dalam diri Indira.Gadis itu selain baik juga penurut.

Setelah di musyawarahkan bersama, Indira dan Reno akan melangsungkan pernikahan mereka dua hari lagi.

Kabar itu cepat sampai di telinga Heru. Dia tidak bisa menyembunyikan kesedihannya.

Begitu pula dengan Indira, setelah acara keluarga selesai. Dia pamit menuju ke kamarnya. Di dalam kamar dia menumpahkan segala keluh kesah yang terpendam dalam hati gadis itu.

"Aku belum siap untuk menikah,bagaimana ini?" gumam Indira di sela-sela tangisnya.

Suara ponsel menghentikan sejenak air mata di kedua matanya. Indira menatap nama yang tertera di sana. Heru tengah mencoba melakukan panggilan.Indira segera menerima panggilan itu. Hatinya sedikit khawatir.

"Halo Indira," ucap Heru dari seberang.

"Iya,ini Indira mas." Jawabnya.

"Ayo kita bertemu Indira malam ini!" ajak Heru.

"Maaf mas, Indira tidak bisa keluar dari rumah."

"Karena sebentar lagi kamu akan menikah? Lalu bagaimana dengan perasaan kita Indira?" tanya Heru di dalam panggilannya.

"Maaf mas,tolong lupain Indira mulai saat ini! Mungkin kita belum berjodoh!" ucap Indira dengan suara tersendat karena menahan air matanya.

"Tidak Indira, aku tidak akan menyerah begitu saja!Tolong kamu batalkan pernikahan kamu itu. Demi aku Indira? Demi kita!" ucap Heru menggebu-gebu,penuh dengan harapan.

"Maaf mas, Indira tetap tidak bisa. Indira takut melawan kedua orang tua Indira," balas Indira,lalu dengan cepat menutup panggilan mereka.

"Indira! Halo! Indira!" ucap Heru kesal karena panggilannya di tutup begitu saja. Dia melempar ponselnya ke sembarang arah.

"Maaf mas," ucap Indira dengan suara pelannya. Dia merasa bersalah telah menyakiti Heru dengan keputusan yang dia ambil. Tapi Indira juga terpaksa menerimanya.

Heru yang sudah kalut memilih untuk pergi ke rumah Indira malam ini. Dia harus berbicara dengan gadis itu segera.

Heru memastikan tidak ada orang yang melihatnya di dekat rumah itu. Karena suasana sudah sangat sepi. Termasuk lingkungan rumah Indira.

Heru berdiri di depan jendela kamar gadis itu. Dia memanggil pelan nama Indira agar gadis itu bangun dan membuka jendelanya.

"Indira," panggilnya untuk ke sekian kalinya.

Indira yang belum tidur nyenyak mendengar seseorang memanggil dirinya.Dia mendekat ke arah jendela kamarnya. Lalu membuka perlahan daun jendela itu.

"Indira," Heru senang akhirnya Indira membuka jendelanya.

"Heru, kenapa ke sini malam-malam begini?" tanya Indira dengan suara kecil,dia panik dan takut jika ada yang melihat keduanya. Dan akhirnya bisa menimbulkan fitnah yang tidak dia inginkan.

"Maaf Indira,tapi aku terpaksa ke sini? Aku mohon padamu jangan menikah dengan pria itu!" pinta Heru sambil memegang tangan Indira. Gadis itu tampak terkejut dengan perlakuan Heru pada dirinya.

Reno terbangun karena haus, malam ini dia tinggal di rumah milik Indira. Ketika dia berjalan ke arah dapur untuk mengambil segelas air. Reno tidak sengaja mendengar dua orang tengah berbicara.

Reno mencari sumber suara dari arah dapur. Ternyata suara itu dari jendela kamar Indira. Reno mengintip keduanya yang tengah berbicara.

Sayup-sayup dia bisa mendengar pembicaraan mereka. Karena letak dapur dan kamar Indira tidak terlalu jauh.

"Siapa pria itu?" gumam Reno bertanya-tanya, karena dia baru pertama kali melihat Heru.

Reno memperhatikan mereka berdua, dia bisa menyimpulkan bahwa ada perasaan diantara keduanya. Reno hanya bisa menyimpulkan senyum di bibirnya.

"Heru, kembalilah dan lupakan saja aku! Aku tidak bisa menolak perjodohan ini, kamu mengertilah!" ucap Indira tidak ingin Heru menaruh harapan lagi pada dirinya.

"Tidak Indira, jangan menyerah!" Aku mohon, beri aku kesempatan untuk bisa membuktikan bahwa aku pantas untukmu Indira." Heru memohon pada gadis yang dia cintai.

"Maaf Heru, aku tidak bisa memutuskan apapun. Besok adalah hari pernikahannya, ayah dan ibu pasti marah jika mengetahui hal ini," ucap Indira takut.

Reno masih memperhatikan keduanya dari jendela dapur. Tampak raut wajahnya tidak suka melihat Heru memegang tangan Indira.

"Nak Reno sedang apa?" tanya Aminah ketika melihat Reno yang berdiri di dekat jendela dapur. Reno sedikit terkejut dengan kehadiran calon ibu mertuanya itu.

"Ah ini bu,hanya sedikit haus. Jadi mencari air minum." Jawab Reno, dia segera menutup tirai yang tadi sedikit dia singkap.

"Oh begitu, kirain nak Reno lapar. Kalau lapar ibu bisa buatkan makanan sekarang," ucap Aminah menawarkan makanan pada calon menantunya itu.

"Tidak perlu bu, Reno hanya haus.Tidak lapar kok," jawab Reno.

"Baiklah,kalau begitu ibu kembali ke kamar dahulu," Aminah akhirnya kembali ke kamarnya karena masih sangat mengantuk. Dia tidak curiga bahwa ada tamu yang tidak di undang datang dan tengah mengganggu putrinya.

Reno juga tidak memberitahu Aminah. Selama Indira masih di batas wajar. Dia hanya akan memperhatikan gadis itu dari jauh.

Setelah Aminah pergi, Reno kembali menyingkap tirai jendela di dapur itu. Untuk memperhatikan Indira dan Heru kembali.

Tampak wajah Heru tertunduk lesu karena jendela kamar Indira sudah tertutup kembali. Pria itu tetap berdiri di depan jendela.

"Sungguh sangat kasihan, tapi maaf sebentar lagi Indira akan menjadi milikku, kamu tidak pantas untuk dirinya," gumam Reno sambil tersenyum puas.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!