Tentang Perasaan

Heru mencoba menghubungi Indira ketika malam hampir tiba. Lewat ponsel jadul yang dia miliki. Dia mencoba mengirim pesan pada gadis itu.

"Ayolah Indira, balas pesanku?" gumam Heru di teras depan rumahnya sambil melihat kearah ponsel di tangan.

"Heru," panggil nenek dari pria itu.

"Iya nek," jawab Heru. Sang nenek menghampiri Heru. Ikut duduk di samping pria itu.

"Kamu kenapa? Nenek lihat sejak pulang dari ladang,gelisah sekali?" tanya neneknya.

"Heru baik-baik saja kok nek," jawab Heru tidak ingin membuat neneknya khawatir.

"Kamu yakin?" tanyanya.

Heru menganggukkan kepalanya. Dia hanya bisa memendam masalahnya sendiri. Tidak boleh membuat neneknya kepikiran. Karena wanita itu sering sakit-sakitan sejak beberapa bulan ini.

Heru hanya tinggal berdua dengan sang nenek. Kedua orang tuanya entah dimana. Heru sejak kecil tidak pernah bertemu dengan mereka.

"Heru, kalau ada masalah jangan di pendam sendiri. Nenek tahu kamu sedih karena kabar Indira kan?" tanya neneknya.

"Iya nek, Indira dipersunting oleh pria dari kota. Heru tidak rela nek," jawab Heru.

"Apa Indira tahu perasaanmu kepadanya?" tanya neneknya lagi. Heru menggelengkan kepalanya.

"Heru belum sempat mengatakannya nek," ucap Heru sambil menghela napas berat.Sang nenek menepuk pundak Heru.

"Jangan menyerah nak, kamu coba mengatakannya pada Indira. Siapa tahu dia juga sama,menyukai dirimu," ucap nenek.

"Baik nek," balas Heru sambil melemparkan senyumnya.

Suara ponsel di tangan Heru menghentikan percakapan keduanya. Sebuah pesan balasan dari Indira tertera di layar ponselnya.

Gadis itu menyetujui bertemu dengan Heru, tapi tidak malam ini. Dia meminta bertemu besok pagi di taman desa. Heru segera membalasnya.

"Nek, doain ya semoga Indira adalah jodoh Heru," ucap Heru pada neneknya sambil memegang tangan wanita itu.

"Iya, nenek selalu mendoakan yang terbaik untukmu Heru," balas sang nenek.

Di dalam kamar, Indira meletakkan ponselnya begitu saja. Dia berbaring di atas ranjang. Membenamkan wajahnya pada bantal.

"Bagaimana ini? Aku tidak ingin menikah dengan mas Reno." Batin Indira gelisah.

Pintu kamarnya tidak tertutup, Aminah melihat putrinya yang tampak gelisah sejak Reno datang.

Aminah masuk ke dalam kamar,mendekati putri bungsunya itu.

"Dira," panggil Aminah.

Indira bangun dari tempatnya tidur,duduk di pinggir ranjang.

"Iya bu."

"Ibu perhatikan,kamu kok tampaknya sedih nak. Kenapa? Apa karena nak Reno?" tanya Aminah tidak tega melihat Indira bersedih.

"Tidak kok bu, Indira cuma bingung. Kenapa harus mas Reno yang di jodohkan sama Indira?" gumamnya pelan.Aminah lalu mengelus rambut Indira.

"Sebenarnya ada cerita di balik perjodohan ini nak," jelas Aminah.

"Apa itu bu?" tanya Indira penasaran.

"Kakek mu dulu pernah menolong seorang teman, beliau dalam kesulitan saat itu. Tepatnya malam ketika kakek mu berjalan di lereng gunung. Beliau melihat seseorang yang hampir meninggal karena jatuh dari jurang. Kakek mu membawanya ke rumah dan merawatnya hingga sembuh. Pria yang di tolong itu adalah kakeknya Reno."

Jelas Aminah menceritakan apa yang dia ketahui.

"Dan sejak beliau sembuh, keduanya sepakan untuk saling berkomunikasi dan menjadi keluarga. Hingga mereka memutuskan untuk menjodohkan masing-masing dari keturunan mereka. Dan kamu lah yang beruntung itu nak," jelas Aminah.

"Tapi bu, Indira tidak mencintai mas Reno." Indira masih berharap perjodohan mereka tidak akan terjadi.

"Cinta bisa tumbuh setelah kalian menikah Indira. Kamu jangan khawatir akan hal itu, lagi pula Reno sepertinya anak yang baik. Ibu yakin kamu pasti akan bahagia jika bersama dengannya.

Indira hanya bisa terdiam, tak tahu lagi apa yang harus dia katakan pada ibunya. Hatinya semakin di landa kegelisahan. Dia hanya berharap bisa bertemu Heru secepatnya dan mengatakan tentang perasaannya pada pria itu. Sebelum dia menikah dengan Reno.

Esok hari tiba, Heru bergegas menuju ke taman di dekat desa mereka. Begitu pula dengan Indira. Dia juga menuju ke tempat janjian mereka berdua.

Tak perlu waktu lama untuk keduanya bisa sampai di tempat itu. Karena kebetulan tamannya tak jauh dari rumah keduanya.

"Indira," panggil Heru ketika melihat Indira datang. Heru datang lebih awal dari gadis itu. Dia duduk di kursi panjang yang ada di taman itu.

"Heru," Indira ikut duduk di kursi itu.

"Indira,ada hal yang ingin aku katakan kepadamu saat ini," ucap Heru tanpa basa-basi lagi.

"Aku juga Heru," jawab Indira.

Keduanya saling duduk berhadapan. Tampak mereka sama-sama gelisah.

"Kalau begitu biarkan aku duluan yang mengatakannya Indira," Heru ingin segera mengatakan apa yang ada di dalam hatinya.

"Baiklah, tentang apa itu?" tanya Indira.

"Sebenarnya,aku sudah lama menyukai mu Indira." Kalimat itu akhirnya keluar juga dari mulut Heru.

Gadis itu tidak terkejut, namun senyum di bibirnya menandakan bahwa dia senang akan pernyataan dari Heru tadi.

"Jadi bisa kah kamu tidak menerima pria itu?" tanya Heru di akhir kalimatnya.

"Hal yang sama, yang ingin aku katakan padamu Heru. Aku juga sudah lama menyukaimu. Namun jika kamu memintaku untuk tidak menerima pria itu. Mungkin akan sulit,karena kami telah di jodohkan sejak kecil oleh kakek kami," jelas Indira dengan suara pelan.

Heru yang tadinya sudah senang mendengar bahwa Indira juga menyukainya berubah sendu. Karena ternyata Indira di jodohkan oleh pria itu.

"Tapi Indira, kita bisa membatalkan perjodohan itu. Selama kamu mau?" ucap Heru masih berharap.

"Bagaimana caranya?" tanya Indira tidak mengerti maksud dari ucapan Heru.

Heru menatap serius ke arah Indira. Dia ingin sekali memeluk gadis di depannya itu.

"Ayo kita kawin lari!" ajak Heru pada Indira. Seketika Indira terkejut mendengarnya. Tidak pernah sedikitpun dia memiliki niatan untuk kawin lari bersama Heru.

"Tidak, aku tidak mau Heru. Aku takut ayah dan ibu ku akan marah," ucap Indira.

"Jangan takut Indira,aku akan melamar kamu secepatnya. Selama kita saling mencintai,mereka pasti akan membiarkan kita bersama."

Heru memegang tangan Indira erat.Dia sangat bersungguh-sungguh ingin memiliki Indira.

"Lupakan saja Heru, niat mu untuk melamar ku. Kedua orang tuaku pasti akan menolaknya," Indira tahu betul bagaimana sifat kedua orang tuanya. Jika memiliki keinginan.

"Kamu menyerah?" tanya Heru.

"Aku tidak tahu Heru, aku menyukaimu. Tapi tidak berani melawan kedua orang tuaku, hanya mereka yang aku miliki," jelas Indira pada pria di depannya itu.Dia berharap Heru bisa mengerti keputusannya.

"Lalu bagaimana denganku,aku tidak bisa melihatmu bersama pria lain Indira." Heru menatap dalam ke dalam mata Indira.

"Indira!" panggil Aminah tidak sengaja ketika melihat putrinya di taman itu.Berduaan dengan Heru.

"Ibu!" Indira segera melepaskan tangan Heru dari punggung tangannya.Dia sangat panik,takut jika ibunya tahu bahwa dia dan Heru saling menyukai.

"Apa yang kalian lakukan berdua di sini? Kenapa saling berpegangan tangan?" tanya Aminah curiga.

"Tidak ada apa-apa kok bu, tadi kita hanya kebetulan bertemu saja. Iya kan Heru?" Indira mencoba menjelaskan pada ibunya agar tidak marah.

"Tante, Heru menyukai Indira. Begitu sebaliknya." Ucap Heru dengan memberanikan dirinya. Indira menatap tajam Heru. Gadis itu takut jika sampai ibunya marah.

Aminah terdiam di depan dua remaja itu. Dia tengah mencerna apa yang telah dia dengar tadi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!