Sudut mata Indira mulai berkaca-kaca. Dia tidak percaya bahwa hari ini dia akan menikah. Namun bukan dengan pria yang dia cintai.Hatinya terluka, tapi dia tahu Heru lebih terluka darinya.
Di depan cermin kamarnya,Indira menatap lama pantulan tubuhnya. Satu kata yang akan di katakan oleh orang yang melihatnya yaitu cantik.
Indira sangat cantik dengan kebaya putih yang dia kenakan saat ini. Di tambah riasan di wajahnya yang membuatnya terlihat berbeda dari hari biasanya.
Namun sayang tak ada sedikitpun kebahagiaan terlihat di raut wajahnya.Gadis itu masih memikirkan bagaimana perasaan Heru.
"Indira, sudah siap?" suara ibunya membuat Indira tersadar kembali. Dia segera mengusap kedua sudut matanya.
"Ibu," Indira berbalik badan ke arah ibunya.
"Ya ampun, cantiknya putri ibu," ucap Aminah memuji kecantikan Indira.
Indira hanya bisa membalasnya dengan senyuman kecil diantara sudut bibir gadis itu.
"Ayo kita ke depan nak, para tamu dan penghulu sudah menunggu mu," ucap Aminah kembali.
"Baik bu," jawab Indira pasrah.Dia mengikuti langkah ibunya yang menggandeng lengannya.Mereka menuju ke ruang utama di rumah itu.
Penghulu dan para tamu sudah menunggu di sana. Begitu pula Reno dan keluarganya. Reno menatap takjub pada Indira.Pria itu mengagumi kecantikan Indira.
"Indira," panggilnya dengan suara pelan.
Indira tersenyum lalu duduk di samping ayahnya. Sebelum ijab di ucapkan maka Indira belum halal bagi Reno.
"Baiklah, pengantin wanita sudah tiba. Bagaimana kalau kita segerakan saja acaranya?" tanya sang penghulu.
"Iya pak, silahkan di mulai," ucap ayahnya Indira.
Sang penghulu mengangguk, lalu menjabat tangan Reno.Pria itu sedikit gugup karena hal baru baginya.
"Nak Reno sudah siap?" tanya penghulu di depan Reno.
"Sudah pak," jawab Reno,sebelumnya dia menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan perlahan untuk meredakan kegugupannya.
Indira mencuri pandang ke arah pintu keluar rumahnya. Dia berharap Heru datang.
"Apa yang kamu inginkan Indira? Dia sudah sangat menderita,jangan lagi berharap dia datang!" batin Indira menolak keinginan kecil di hatinya itu.
Reno mulia mengucapkan kalimat ijabnya. Meski gugup dia telah berhasil melakukannya dengan sekali ucap.
"Bagaimana para saksi? Sah?" tanya penghulu pada para saksi yang ada.
"Sah!" ucapan serentak memenuhi ruangan itu.
Sudut mata Indira tanpa terasa mengalirkan air mata. Dia akhirnya menjadi istri Reno. Pria yang tidak dia cintai.Sedangkan Reno tampak bahagia telah berhasil memperistri Indira.
Dari balik pintu,Heru memperhatikan Indira.Dia mengepalkan kedua telapak tangannya.Rasa kecewa bercampur aduk di dalam benak pria itu.
"Sekalipun kamu tidak menjadi milikku sekarang, suatu hari nanti kamu pasti bisa ku miliki. Indira,tunggu aku datang padamu secara layak,"batin Heru berjanji untuk tetap mencintai Indira sampai kapanpun.
Heru pergi tanpa berniat masuk ke dalam rumah itu. Dia tidak sanggup memberi kata selamat pada pernikahan Indira.
Usai ijab kabul terlaksana, kedua mempelai berlanjut ke acara selanjutnya. Yaitu resepsi pernikahan keduanya. Reno dan Indira harus berfoto bersama.
Indira terpaksa harus tersenyum palsu agar keluarganya bahagia. Di dalam hatinya dia ingin acara itu segera berakhir.
Para tamu yang datang silih berganti, Indira dan Reno sudah mulai kelelahan karena hari sudah hampir sore. Mereka tak berhenti bersalaman dengan para tamu yang datang itu.
Indira duduk diam di sudut ranjang kamar miliknya.Dia gugup karena saat ini dia tidak sendiri. Ada Reno di dalam kamarnya. Mereka sudah sah menjadi suami istri. Dan malam ini mungkin Indira akan kehilangan keperawanan yang sudah lama dia jaga.
Gadis itu belum siap, dia tidak ingin memberikan harta paling berharganya pada Reno.
"Bagaimana ini? Apa dia akan memintanya malam ini?"Batin Indira khawatir. Kedua tangannya saling meremas.
Reno sudah berganti pakaian, dia melihat Indira yang duduk di ranjang dengan gugup. Dia hanya bisa tersenyum kecil melihat tingkah lugu istrinya itu.
"Kamu gak ganti baju Indira?" tanya Reno memecah keheningan diantara keduanya.
"Ah, iya mas Indira ganti baju kok," ucap Indira dengan gugup, dia segera beranjak dari ranjang dan mengambil pakaian ganti dari almarinya.
Setelah itu dia pergi ke kamar mandi untuk berganti pakaian.
"Duh gimana ini?" ucap Indira ketika berada di dalam kamar mandi rumahnya. Dia berjalan mondar-mandir di dalam sana.
"Ah apa aku bilang sedang haid saja ya?Dia pasti bisa mengerti," gumamnya lagi mencari ide agar terbebas malam ini.
Indira lalu menganggukkan kepalanya, menyetujui idenya tadi.Setelah itu dia segera berganti pakaian dan membersihkan make up yang ada pada wajahnya.
Hampir setengah jam Indira baru selesai.Dia segera menuju ke kamarnya,karena malam sudah semakin larut.
Dengan langkah pelan Indira masuk ke dalam kamar. Reno masih belum juga tidur. Pria itu masih sibuk memeriksa ponselnya.
"Belum tidur mas?" tanya Indira. Seolah dia lupa bahwa malam ini malam pertama bagi keduanya berada dalam satu ranjang.
"Mas belum ngantuk Indira, kamu tidur dulu saja kalau sudah mengantuk," balas Reno.
Indira tercengang mendengar jawaban dari Reno. Pria itu tidak menyentuhnya malam ini. Ada perasaan lega di dalam hati gadis itu.
"Baik mas," Indira naik ke atas ranjang dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.Dia mulai memejamkan kedua matanya. Namun tetap waspada pada Reno.
Pria itu mengalihkan pandangannya ke arah Indira. Dia tahu bahwa gadis itu lelah dan masih belum bisa menerima dirinya. Jadi Reno tidak akan menyentuhnya dalam waktu dekat.
Reno ingin memberi waktu bagi Indira untuk terbiasa dengan dirinya. Dan membuat gadis itu mencintai Reno suatu hari nanti.
Malam itu Indira dan Reno hanya tidur bersama dalam satu ranjang. Hal tersebut berlangsung hingga keduanya akan pergi ke kota.
Tepat tiga hari setelah keduanya menikah. Reno dan sang ayah mengajak Indira untuk ikut bersama keduanya.
Mereka harus kembali ke kota untuk bekerja. Indira tidak bisa menolaknya.Meski dia enggan tapi Reno sudah menjadi suaminya. Kemana pun pria itu pergi, Indira harus tetap bersama.
"Nak Reno, kenapa tidak tinggal lebih lama lagi di sini nak?" tanya Aminah, belum siap berpisah dengan putri satu-satunya itu.
"Sebenarnya Reno ingin begitu bu. Tapi bagaimana lagi,Reno sudah di desak pekerjaan di sana," jawab Reno. Mereka tengah makan malam bersama di ruang makan.
"Benar, bu Aminah. Kami harus kembali. Tapi ibu dan bapak tenang saja,Indira akan baik-baik saja bersama kami di kota nanti," jelas ayah Reno pada keluarga Indira.
"Baiklah kalau begitu, kami juga tidak bisa melarang kalian untuk kembali. Tapi jangan lupa, kalau ada waktu sering-seringlah berkunjung ke sini ya nak Reno," ucap Aminah.
"Baik bu, Reno janji," jawab Reno. Mereka kembali menikmati makan malam yang telah di sediakan.
Besok pagi mereka harus kembali ke kota. Indira pun sudah bersiap dengan beberapa pakaian yang harus dia bawa dalam koper kecil.
Aminah menatap sedih Indira pagi ini, dia harus berpisah dengan putrinya.
"Bu, kami pamit ya?" ucap Reno ketika mereka sudah berada di depan rumah.
"Iya nak Reno," jawab Aminah.
Wanita itu lalu berjalan ke arah Indira. Dia memeluk tubuh putrinya. Berat saat harus berpisah dari gadis itu.
"Bu, Indira pamit. Ibu baik-baik ya di rumah." Indira membalas pelukan Aminah.
Pak Ilham dan Wahid hanya bisa memandang diam keduanya. Mereka tahu bahwa ikatan ibu dan anak begitu kuat.
"Iya, ibu pasti akan baik-baik saja.Jangan lupa sering memberi kabar pada ibu nak," pinta Aminah. Dia sudah tidak bisa menahan air mata yang sejak tadi sudah bersarang di kedua sudut matanya.
"Baik bu," Indira pun juga menitikkan air mata. Baru kali ini dia jauh dari keluarganya.
Setelah memeluk sang ibu,dia beralih memeluk ayahnya. Dan juga kedua kakak gadis itu.
Mereka berpisah hari ini,Indira,Reno dan pak Ilham masuk ke dalam mobil. Mereka harus segera berangkat ke kota.
Ketika mobil sudah melaju, Aminah semakin deras menitikkan air matanya. Wahid hanya bisa merangkul wanita itu agar bisa lebih tenang. Dia sendiri juga sedih melihat putrinya yang harus jauh dari mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments