Baby El
"Darimana saja kamu? jadi istri bukannya di rumah nunggu suami pulang, malah klayapan nggak jelas," sindir seorang wanita paruh baya yang masih sangat terlihat bugar di usianya yang sudah menginjak setengah abad, baju dan perhiasan yang melekat pada tubuh wanita itu turut mendukung penampilannya terlihat muda.
Seorang wanita muda yang baru saja pulang berkumpul dengan teman-temannya, menyalami wanita itu walaupun enggan, dan sangat malas rasanya. Pun sama seperti yang dirasakan oleh wanita paruh baya itu, dia hanya memutar mata jengah saat wanita muda itu mencium punggung tangannya.
"Mama udah lama?" tanya Alin basa-basi pada sang mertua. Ia tak berniat sama sekali untuk menjawab pertanyaan yang Sofia lontarkan padanya.
"Lumayan, kamu belum menjawab pertanyaanku Marlina, dari mana kamu?" ulang Sofia kali ini dengan lebih ketus.
Alin alias Marlina itu tersenyum kaku, dia sangat tidak suka orang lain memanggilnya dengan nama yang menurutnya kampungan itu. Namun, Alin tak ingin bertengkar dengan Sofia hari ini.
"Dari rumah temen Ma, Alin bosen di rumah. Mama mau minum apa? Biar Alin buatkan." Alin beranjak ke dapur tanpa menunggu sang ibu mertua menjawab, setidaknya itulah alasan yang Alin gunakan untuk menghindari wanita itu.
"Kenapa wanita itu terus datang kemari, kurang kerjaan banget sih. Bikin bete aja," Alin menggerutu membuka lemari pendingin lalu mengambil sebotol air mineral untuk mendinginkan otaknya yang hampir mendidih.
Hubungan Alin dengan Sofia sebenarnya bisa di bilang baik. Sofia bukan tipe ibu mertua yang suka ikut campur urusan anak-anaknya, hanya saja belakangan ini dia sangat cerewet. Dia terus saja meminta cucu dari Tian, suami Alin.
"Nyonya mau makan sekarang?" Tanya siti, asisten rumah tangga di rumah besar itu.
"Nggak, nanti aja. Hilang selera makanku lihat Mak lampir itu, sejak kapan dia datang?" Tanya Alin pada wanita paruh baya yang mengunakan daster sederhana itu.
"Jam sembilan pagi Nyonya Sofia datang, Nyonya," jawab Siti dengan sopan.
"Sepagi itu, gila. Bener- bener kurang kerjaan. Ya sudah layani dia, aku mau istirahat capek. nanti kalau Tian pulang bilang saja aku istirahat di kamar."
"Baik Nyonya."
Alin meletakkan botol kosong di meja dan segera beranjak pergi ke kamarnya. Dia benar-benar merasa malas jika harus duduk berdua dengan sang mertua, bisa di pastikan wanita itu akan menceramahi dia sampai gumoh.
Angin malam berhembus kencang, membelai kasar dahan pohon yang berjajar sepanjang jalan aspal, Menimbulkan bunyi gemerisik yang cukup keras. Seorang laki-laki tampan berusia tiga puluh delapan tahun mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Malam ini jalanan tidak begitu ramai, Tian bisa dengan leluasa melajukan mobil mewah yang ia kendarai. Pria itu ingin segera samai di rumah, ia bahkan meninggalkan beberapa berkas yang belum ia tanda tangani agar bisa pulang lebih cepat
Dia merasa cemas jika terjadi sesuatu di rumahnya, sang istri terus saja mengirim pesan agar Tian segera pulang. Tian paham dengan apa yang di rasakan sang istri saat ini, tetapi dia juga tak bisa berbuat banyak untuk hal itu.
Tian menginjak pedal gas, agar mobilnya melaju lebih cepat. Butuh setengah jam perjalanan dari kantor ke rumahnya. Gerbang di buka saat penjaga melihat mobil mewah sang majika, TIan segera masuk dan memarkirkan mobilnya didepan rumah.
Pria berwajah oriental dengan tinggi seratus delapan puluh centi meter itu seger turun dan melangkah lebar, masuk. Dia tersenyum saat melihat sang IBu duduk di ruang tamu seolah menunggu kedatangannya.
"Ma," panggil Tian seraya menghampiri sang Ibu, ia meraih tangan yang putih pucat itu menciumnya dengan takzim dan memeluk Sofia dengan hangat.
Sofia tersenyum, ia pun memeluk erat tubuh tegap Tian. Sofia sangat menyayangi putranya itu, begitu pula Tian. Dia sangat menghormati dan menyayangi kedua orang tuanya.
"Mama datang sendiri? Papa mana Ma?" tanya Tian setelah melepaskan pelukan mereka. Ia kemudian duduk di samping Sofia sambil melonggarkan dasi yang melingkar di lehernya.
Rasa lelah jelas tercetak jelas di wajah Tian, Sofia menatap lekat wajah sang putra yang sudah lebih dari lima tahun berumah tangga itu.
"Papamu ke Singapura, dia pulang lusa. Mama kesepian di rumah, jadi Mama mau nginep di sini, nggak apa-apa kan?"
Tian diam sejenak, bukan dia tidak ingin Ibunya untuk bermalam di rumah besarnya itu. Akan tetapi jelas itu akan membuat sang istri tidak senang. Sofia tersenyum miring melihat raut wajah Tian yang terlihat bimbang.
"Kenapa Tian? Kamu nggak suka ya Mama nginep di sini? Takut Marlina marah?" Sofia bangkit dari duduknya, wanita paruh baya itu melangkah menuju meja makan.
Tian segera menyusul langkah sang Ibu. Tian segera menarik kursi untuk Sosia duduk.
"Cepat bersihkan dirimu dan ajak istrimu untuk makan malam," titah Sofia.
"Iya Ma."
Pri itu pun bergegas ke kamar. Dia tersenyum saat melihat sang istri menyambutnya dengan baju seksi yang membalut tubuh padatnya.
"Mas, baru pulang?" Alin langsung berhambur memeluk tubuh Tian yang masih berdiri diambang pintu.
"Hem, aku tadi duduk sebentar sama Mama di bawah," jawab Tian sambil mengendus Aroma mawar dari ceruk leher sang istri.
Alin melepaskan tangan yang melingkar di leher Tian, ia merasa tidak suka saat suaminya itu menyebut ibu mertua menyebalkan itu.
"Aku mandi dulu ya, setelah itu kita makan malam." Tian mengecup kening Alin sebelum berlalu ke kamar mandi.
Alin hanya memanyunkan bibirnya kesal tanpa menjawab. Tak butuh lama untuk Tian membersihkan diri, dengan sedikit terpaksa Alin mau untuk makan malam bersama.
Alin mengerutkan keningnya saat melihat menu makanan yang tersaji di meja makan. Dalam hati wanita itu mengumpat kesal, dia hanya mendelik tajam pada sang mertua yang sedang tersenyum manis menyambut anaknya.
"Mama masak sendiri lho ini khusus buat kalian, makan yang banyak ya," ujar Sofia bersemangat, ia bangkit mengambil piring untuk putranya.
Tian menghentikan tangan Sofia saat wanita itu hendak mengambilkan nasi dan lauk untuknya.
"Mama duduk saja, biar aku ambil sendiri. Seharusnya aku yang melayani Mama, bukan sebaliknya." Sofia pun kembali duduk, ia merasa sangat senang dengan perhatian Tian yang tak pernah berubah padanya, sementara Alin hanya bisa menatap dongkol pada kehangatan Ibu dan ana yang menurutnya terlalu lebay.
"Kenapa Lin? Apa makanannya tidak enak? Ibu masak khusus lho, ini baik untuk progam hamil kalian," ujar Sofia dengan sengaja.
Alin yang sedari tadi sudah menahan kesal membuang sendoknya dengan kasar, Tian yang melihat itu segera mengusap punggung sang istri seolah memintanya untuk sabar. Alin menoleh pada sang suami yang menatapnya , wanita itu membuang mukanya sabil berdecih.
"Ma, aku mohon jangan bahas ini lagi," Tian berkata dengan nada selembut mungkin pada Sofia.
"Membahas apa Nak? Promil? Apa Mama salah, Mama hanya ingin kalian cepat punya anak, apa aku tidak ingin punya keturunan Tian? Sudah lima tahun kalian menikah, dokter juga sudah menyatakan kalau kalian sehat dan subur, kenapa kalian terus menundanya? Mau sampai kapan kalian seperti ini?"
"Mama sudah punya cucu dari Kak Devi kan? untuk apa terus mendesak aku untuk hamil!" pekik Alin yang sudah mulai emosi, dia marasa jengah karena mertuanya itu terus meminta cucu darinya.
"Sayang duduklah, kita bicarakan baik-baik," bujuk Tian pada istrinya yang sudah berdiri dengan tangan mengepal di meja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Lina aja
lanjut thor
2024-10-26
0
Anita♥️♥️
mungkin Alin g pengen hamil,tapi di paksa sama bu Sofia x ya,,
2024-04-01
0
Isna Maria Prianti
☺️☺️☺️☺️☺️
2024-03-03
0