part 2: Karena ini sumber hidupku

...⛰️Bukan karena aku merasa paling hebat saat mencoba untuk bertahan dengan kerasnya cobaan hidup ku, tapi saat melihat senyuman putriku entah dari mana datangnya sumber kehidupan ku hingga aku begitu kuat. Segala rasa sakit dan juga kesedihan seketika sirna karena melihat wajah putriku ⛰️...

      Setelah mengepak beberapa keperluan yang akan dibawa ke warung Walda kembali membereskan beberapa barang yang sempat berantakan tadi. Ia tidak ingin saat kembali dari warung harus membereskan nya lagi nanti.

Lagi dan lagi ucapan beberapa tetangga yang sedang meroasting dirinya kembali teringat dan seolah tengah dibisikkan lagi ke telinga nya. Tidak bisa ia pungkiri bahwa ia sebenarnya sakit hati karena itu, namun dengan cepat ia menggeleng karena tidak ada gunanya mengingat itu yang ujungnya akan membuat ia sakit hati nantinya.

"Sudahlah Walda! Untuk apa kamu mengingat itu? Kamu tidak akan pernah merasa aman jika terus saja mendengarkan ucapan orang-orang yang mengkritik hidup mu. Ingat tujuan utama dalam hidup mu adalah kebahagiaan Zewa buah hatimu satu-satunya."

Walda mencoba untuk menguatkan kembali hatinya, ia sungguh tidak ingin berlarut-larut dalam mengingat dan memikirkan rasa sakit yang ia lalui karena ucapan orang lain dan juga kehidupan suram yang sudah sangat lama ia jalani selama ini.

Ia tersenyum pelan saat mengingat wajah putrinya yang begitu cantik dengan kulit berwarna putih bersih ditambah dengan netra yang begitu bulat dan hitam bak sedang mengenakan softlens. Dan alis mata yang begitu rapi ditambah dengan bulu mata yang memang tipis namun begitu lentik indah hingga siapapun yang memandang Zewa akan mengatakan kalau gadis cilik itu sangat cantik bak seorang putri dongeng.

"Aku hanya perlu bekerja keras agar putriku bisa hidup layaknya seorang putri,"gumam Walda tersenyum hangat membayangkan putrinya benar-benar akan hidup bahagia.

Ia dengan cepat menyelesaikan pekerjaan dirumah kemudian mengunci pintu dan berjalan menuju warung yang tidak terlalu jauh dan berjarak sekitar 7 menit berjalan kaki dari rumah.

Sedikit sesal dalam hati Walda karena menolak tawaran Dewa untuk membawakan barang yang ia perlukan di warung nanti. Karena saat ini Walda sangat kerepotan dengan barang bawaannya, bagaimana tidak? Saat ini perempuan beranak satu itu sedang menyandang tas yang berisi baju ganti putrinya karena sepulang sekolah Zewa akan diantar langsung ke warung. Tidak hanya itu ia juga menenteng dua ember berisi beberapa bumbu jadi dan juga bahan lainnya. Tidak hanya sampai disitu ia juga membawa beberapa plastik yang berisi sayuran segar.

"Huh! Terlalu merepotkan membawa ini sekaligus, namun lebih membuang waktu jika harus bolak-balik menjemput ini ke rumah. Hari sudah mulai panjang dan warung belum juga dibuka."

Walda sedikit berdumal karena merasa kecewa dengan dirinya yang sudah sangat lama bekerja namun sampai kini belum juga secakap orang lain. Umur masih muda bukanlah alasan karena ia sudah menjadi seorang ibu kini.

Setelah berjalan sedikit lama ia pun melihat warungnya yang sedikit lebih lumayan dibandingkan rumahnya. Kalau rumahnya berdinding papan dan setengah beton lain halnya dengan warung yang memang sengaja ia tampilkan sebaik mungkin agar pelanggan nyaman makan disana.

Dinding yang di cat indah berwarna abu tua dan diberikan beberapa hiasan sederhana. Tidak hanya itu pencahayaan disana juga sangat baik ditambah lagi berada di sekitar beberapa kantor dan perusahaan besar. Hal itu yang menjadi nilai plus bagi Walda sehingga ia tertarik untuk membeli warung itu dengan harga yang tinggi meskipun harus melakukan pinjaman ke rentenir.

"Mari tersenyum memulai hari dan ingatlah kalau masih ada tujuan yang harus dicapai. Zewa adalah tujuan itu!"

Walda terlihat kesulitan dengan beberapa barang bawaannya. Ia terlihat sangat lucuu dengan penampilan sederhana nya namun tidak mengurangi kecantikan alami yang ia miliki itu.

Dewa yang saat ini sedang sibuk dengan mengajari beberapa anak buahnya yang sering ia sebut dengan panggilan anak-anak nya. Tidak sengaja ia berbalik dan melihat sosok Walda yang berjalan dengan lambat dan sedikit kesulitan saat membawa beberapa barang bawaannya.

"Loh! Bukankah tadi dia mengatakan barang bawaannya hanya sedikit? Yang begitu mana sedikit namanya."

Dewa benar-benar mengacungi jempol sikap Walda yang sangat berusaha mandiri itu, gadis muda dan juga lugu itu benar-benar tidak bisa ia tampik lagi pesona nya.

"Sangat menggemaskan!" Dewa tersenyum tipis dan tidak bisa menahan untuk jantung yang selalu saja semakin kencang debaran nya.

"Ha? Maksud mas saya menggemaskan?" Tanya Rio yang sedang sibuk memperbaiki rem mobil di dekat Dewa.

Laki-laki yang berusia sangat muda dan jauh dari Dewa menatap tidak mengerti kearah bosnya karena saat ia sedang sibuk mengurus bengkel malah disebut menggemaskan.

"Apa ada sesuatu diwajah saya mas? Atau ada oli menempel?" Tanya Rio lagi dengan wajah tidak mengerti.

Tuk

Sebuah obeng terlempar tepat sasaran disebuah kotak perkakas ditangan Rio. Ia menatap kearah samping dan melihat kearah sang pelempar itu.

"Kenapa?"

"Bodoh!"

Seorang gadis yang berperawakan sangat jantan dengan baju bengkel dan rambut dikuncir asal. Gadis itu mengatai Rio adalah laki-laki bodoh yang jelas akan menimbulkan sedikit pertikaian karena sang empu sangat tidak terima dengan hinaan tanpa dasar itu.

"Maksud lu paan ha? Gak ada angin gak ada ujan lu ngatainn gua bodoh?" Kesel Rio menatap nyalak kearah Susan.

"Jelas-jelas mas Dewa lagi ngeliat kearah mbak warung malah lu yang ngerasa disebut menggemaskan? Sehat lu? Ahhh jangan-jangan lu itu homo sampai geer sama mas Dewa?"

"Sekate-kate lu yah, cewek kok mulutnya kek makhluk di kebun binatang aja. Gak teratur,"sindir Rio tidak mau kalah.

"Dari pada elu ngerasa manusia tapi kelakuan kek banci, manja sama ngeselinnn."

Lagi dan lagi pagi inii mereka akan menghabiskan sedikit energi untuk saling berdebat. Sejak pertama kali kedatangan Rio ke bengkel mereka sudah menunjukkan chemistry yang sangat tidak cocok. Sering cekcok dan saling adu mulut yang tiada habisnya.

"Mas liat tuh si Susan! Masa dia menganggu ketenangan karyawan sebaik sa..."

Seketika ucapan Rio terhenti karena melihat sosok yang paling ia segani itu sudah tidak lagi berada di hadapan nya. Dewa sudah meluncur untuk membantu sang pujaan hati.

Susan yang melihat Rio terdiam dan menganga kearah Dewa langsung tertawa "Tuh kan, mana kang Cepu lagiii!"

Mereka menatap kearah Dewa yang berjalan dengan gagah kearah Walda yang terlihat sangat kesulitan untuk membawa barang bawaannya.

"Gue masih heran, sejak kapan seorang mas Dewa begitu perhatian kepada seorang perempuan? Bertahun-tahun gue kenal mas dewa dia tuh cuek banget serius. Apa mbak warung make pelet yah sampai bisa ambil hati mas Dewa?"tanya Susan kearah Rio yang sedikit menjauh darinya.

"Dihh siapa yah? Emang kita kenal?"

Rio menjauh dan lebih memilih melanjutkan pekerjaannya mengacungi Susan yang langsung terlihat kesal karena ulah Rio yang sepertinya sengaja membuat ia kesal.

"Njing, dasar anak manja ngeselinnn." Susan jugaa lebih memilih untuk melanjutkan pekerjaannya.

Sedangkan Dewa yang dengan senyuman hangatnya berjalan kearah Walda yang hampir saja menjatuhkan plastik berisi sayuran itu.

"Hati-hati, barang sebanyak ini benar-benar bisa membahayakan mu!"

Dengan sigap Dewa mengambil dua ember ditangan Walda dan juga mengambil alih tas ransel milik Zewa.

Walda sedikit kaget dan terlonjak namun ia kembali stabil saat tau itu adalah Dewa. Bukan baru kali ini ia mendapatkan banyak bantuan dari Dewa, semenjak kedatangan nya di daerah ini Dewa lah yang banyak membantunya baik itu beradaptasi dan juga membantu dalam banyak hal.

"Mas Dewa! Biar saya saja mas. Saya bisa dan sedikit lagi sampai kok,"ucap Walda dengan wajah tidak enak.

Dewa dengan cepat menggeleng dan tersenyum hangat "Sudah sampai ditangan saya jadi sedikit susah untuk mengembangkan nya hihi. Harus pake obeng deh kayaknya biar lepas,"tutur Dewa dengan sedikit candaan.

Dengan pelan Walda tertawa karena ia juga sebenarnya memang sedikit receh dan cepat tanggap dengan lelucon yang dibuat oleh Dewa.

"Kalau begitu mohon maaf mas sudah merepotkan."

"Kalau ini merepotkan saya jelas tidak akan datang membantu. Yang ada saya akan bersembunyi dan berpura-pura tidak melihat hihi."

Mereka terus berjalan kearah warung dan Dewa melihat Walda yang berjalan lurus membelakangi nya. Bahkan saat memandang dari belakang saja Dewa sangat kesulitan untuk membentengi dirinya agar tidak terlalu jatuh ke dalam pesona seorang Walda.

"Kita sudah sampai mas, terimakasih banyak mas letakkan saja disana biar saya yang membawanya masuk."

"Kamu buka saja pintunya biar saya yang masukin ke dalam, kamu juga bakal kesulitan membawanya sekaligus bukan?"

"Saya bisa menjemput sebagian lagi nanti mas, saya tidak enak terlalu banyak merepotkan mas."

"Sama sekali tidak merepotkan, kalau begini saja repot lebih baik tidak usah bernafas sekalian hihi."

Dengan pelan Walda berbalik dan membuka pintu, terlalu sering menolak juga ia malah semakin merasa bersalah dengan kebaikan Dewa.

Dewa membawa masuk dua ember itu dan meletakkan nya di dekat pantry. Agar Walda tidak kesulitan untuk mengangkat dan meraihnya nanti.

Setelah itu Dewa langsung bergegas untuk keluar, walaupun ia sangat ingin terus melihat wajah manis Walda namun berlama-lama disana apalagi hanya ada mereka berdua benar-benar bukanlah hal yang benar untuk dilihat. Mengingat status Walda juga ia tidak ingin membahayakan gadis itu dengan beberapa rumor yang tidak benar tentang mereka.

"Kalau begitu saya kembali ke bengkel yah. Kalau ada keperluan yang mungkin bisa saya bantu silahkan datang ke bengkel."

"Tunggu mas!"

Dewa seketika menghentikan langkahnya dan berbalik kearah Walda.

"Terima kasih atas bantuan mas, saya merasa tidak enak kalau tidak membalas bantuan mas. Bagaimana dengan secangkir teh?" Tanya Walda tanpa terduga.

Namun raut wajah Dewa sedikit dilema, jelas ia sangat senang dengan hal itu dan bahkan ia hampir berteriak namun mengingat itu akan membuat Walda dalam suasana yang sulit ia sedikit bingung harus menjawab apa.

Walda yang juga sadar dengan perubahan wajah Dewa langsung merasa sedikit bingung. apakah ia terkesan agresif dan seolah sedang menggoda Dewa? Bagaimana jika Dewa sampai salah faham.

"Bu,,bukan berarti saya menggoda mas dengan menawarkan teh, sa,,saya hanya merasa tidak enak saat mas sudah membantu saya tapi saya hanya mengatakan kata terima kasih saja. Mohon maa jangan salah faham,"ucap Walda sedikit panik.

"Saya sangat faham dengan maksud baik kamu, saya sama sekali tidak menganggap kamu sedang menggoda saya. Untuk teh nya terimakasih dan kamu juga terlihat sedang sibuk mengurus dan mempersiapkan warung, bukankah saya akan terlihat egois jika diwaktu penting ini malah merepotkan mu minta dibuatkan teh."

"Kalau begitu saya pamit yah. Semangat bekerja untuk kita."

Dewa pergi dan meninggalkan Walda yang sedikit kebingungan dengan sikap Dewa yang semakin hari semakin memperlihatkan keakraban mereka. Seolah mereka sudah saling mengenal dengan jangka waktu yang panjang dan Walda merasa sangat aman di dekat laki-laki lajang itu.

"Dia laki-laki yang baik, semoga bertemu dengan perempuan yang baik pula."

Jujur itu adalah doa yang tulus untuk Dewa, karena Walda bisa merasakan kebaikan yang murni dari Dewa. Laki-laki itu ramah sudah pada dasarnya dan bukan karena dibuat-buat. Saat membantu orang lain juga ia tak pandang bulu dan tidak pernah modus atau sekedar cari kesempatan.

Bukan baru kali ini Walda di dekati oleh banyak lelaki, seringkali kita mendengar kata janda kembang bukan? Sepertinya Walda termasuk dalam hal itu.

Tempat ini bukanlah tempat pertama kalinya Walda tinggali, ia sudah berkali-kali pindah dan mencari tempat yang cocok untuk ia dan putrinya hidup dengan tenang. Ia sudah mengalami banyak hal termasuk di dekati oleh banyak pria.

Diantara banyak nya pria itu baru Dewa yang begitu tulus membantu, selebihnya Walda hanya dimanfaatkan dan juga hampir saja dilecehkan. Walda gadis yang sudah melalui banyak hal hingga ia berakhir sekuat ini.

Ia sama sekali tidak pernah berniat untuk mengenal laki-laki lagi, ia hanya butuh putrinya bahagia itu saja.

"Baiklah semangat untuk kita,"gumam Walda mulai membuka jendela satu persatu.

Saat membuka jendela ia kembali melihat sosok Dewa yang kini sibuk memperbaiki sesuatu di bengkel nya. Laki-laki itu terlihat sangat serius dan berkarisma saat serius.

Walda berbalik dengan cepat dan menurunkan beberapa kursi di warungnya. Setelah selesai ia pun berjalan kearah dapur untuk kembali mempersiapkan jualan nya.

Gadis itu sebenarnya tidak begitu menyukai pekerjaan memasak. Namun hanya ini peluang yang bisa ia lakukan, ia tidak bisa melawan ego hanya karena kenyamanan. Syukur nya masakan yang ia sajikan termasuk lezat walaupun ia sangat kesulitan dalam melakukan hal itu.

Ia memutuskan untuk memasak karena Zewa yang terus saja memuji masakannya dan selalu saja mengatakan agar mamah segera membuka warung makan.

"Putri kecilku yang manis, mamah akan membuat hidupmu hanya melewati jalan berbunga saja. Maafkan ibu karena sudah menjadi seorang ibu yang gagal untuk mu."

Walda dan segala sesal dalam hidupnya, ia terus saja mencoba menciptakan kehidupan yang bahagia untuk putri kecilnya. Beberapa kata yang sering kali ia ucapkan"Seberapa banyak rasa sesal dan kesalku karena seorang putri semanis kamu harus memiliki ibu gagal seperti ku. Lebih besar dari itu aku harus berjuang untuk kebahagiaan mu. Tuan putri cantikku!"

...🦄 Bersambung 🦄...

...(Selasa 02 Mei 2023)...

Aaa tolongg Walda keren banget, untuk ibu-ibu hebat yang selalu saja berusaha untuk memberikan kebahagiaan untuk putrinya. Semoga kalian sehat selalu dan diberikan kemudahan dalam menjalankan segala urusan. Kalian hebattt!

Jangan lupa yah like komen dan votenya wan kawan.

See you guys 🧀

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!